
Maka dari itu… Artikel ini Ditulis
Kami percaya: Ibu berhak tahu. Ibu berhak paham. Ibu berhak sembuh, bukan cuma secara fisik, tapi juga secara emosional.
Robekan perineum bukan akhir dari proses lahir—ia adalah awal dari proses pemulihan. Dan pemulihan yang utuh hanya mungkin terjadi jika ibu:
- diberi ruang untuk memahami apa yang terjadi,
- dibekali pengetahuan untuk merawat dirinya,
- dan dihormati sepanjang perjalanan postpartum-nya.
Di artikel ini, kita akan bahas bersama, langkah demi langkah:
- Bagaimana cara merawat luka jahitan,
- Cara mengatasi keloid dan nyeri jangka panjang,
- Latihan ringan untuk memulihkan dasar panggul,
- Tips hubungan intim setelah trauma perineum,
- Hingga terapi herbal dan pijat lembut yang aman dan efektif.
Karena tubuh ibu layak dirawat dengan lembut, tidak diabaikan.
Dan proses kelahiran yang suci itu layak ditutup dengan pemulihan yang sadar, pelan, dan penuh kasih.
“Lahirannya lancar sih, tapi setelahnya… duduk aja ngeri, apalagi waktu cebok atau pas disuruh periksa ulang.”
“Robekannya katanya ringan, tapi sampai sekarang masih nyeri dan aku belum berani berhubungan sama suami.”
“Aku nggak tahu harus ngapain selain tunggu ‘sembuh sendiri’. Tapi ternyata nggak semudah itu.”
Robekan perineum—baik alami maupun akibat episiotomi—bukan hanya persoalan teknis di ruang bersalin. Ia menyisakan proses pemulihan fisik dan emosional yang jauh lebih kompleks dari sekadar “sudah dijahit, sudah beres.”
Sayangnya, sebagian besar ibu tidak dibekali panduan perawatan pasca robekan secara menyeluruh. Bahkan sering kali pertanyaannya dianggap remeh:
“Luka dikit aja kok.”
“Biasa itu, nanti juga sembuh sendiri.”
“Namanya juga abis lahiran, sabar aja.”
Padahal, jika tidak ditangani dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, luka kecil pun bisa jadi sumber trauma besar.
“Aku nggak nyangka… justru fase setelah melahirkan yang paling bikin aku kaget. Rasanya perih banget waktu duduk, jalan aja nahan napas.”
Kalimat seperti ini sering kami dengar.
Persalinan mungkin sudah selesai. Tapi bagi banyak ibu, perjalanan pulih—baik fisik maupun mental—baru saja dimulai.
Robekan perineum, apalagi yang dijahit, bukan hanya soal luka. Ia bisa menyisakan rasa perih, nyeri saat duduk, bahkan trauma menyentuh area bawah tubuh sendiri. Tapi kabar baiknya: pemulihan itu sangat mungkin—asal kita tahu caranya, dan tubuh diberi waktu serta perawatan yang tepat.
1. Perawatan Luka Jahitan & Robekan Perineum
Setelah melahirkan, luka robekan atau episiotomi akan dijahit dan butuh waktu penyembuhan sekitar 1–2 minggu untuk derajat ringan, dan bisa sampai 4–6 minggu untuk robekan berat.
✅ Perawatan sehari hari:
- Bersihkan area dengan air hangat saat cebok, hindari menggunakan sabun atau cairan pembersih vagina
- Gunakan botol semprot (peri bottle) setelah BAK/BAB untuk mengurangi gesekan.
- Ganti pembalut nifas setiap 2–4 jam untuk mencegah infeksi.
- Keringkan area perineum dengan tepukan lembut, bukan digosok. gunakan tissue atau handuk micro fiber
✅ Kompres & Rendaman:
- Sitz bath (rendaman air hangat dengan garam epsom, daun sirih, atau chamomile) dapat mengurangi perih dan mempercepat pemulihan.
- Gunakan kompres dingin dalam 48 jam pertama jika ada bengkak, lalu beralih ke kompres hangat.
Steen et al. (2002) menyatakan bahwa perawatan higienis dan kompres herbal membantu mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan jaringan.
2. Mengatasi Keloid, Nyeri, dan Adhesi
Kadang, luka yang sembuh tidak kembali seperti semula. Ada ibu yang mengeluhkan:
- Nyeri saat duduk meskipun sudah berminggu-minggu,
- Terasa mengganjal saat disentuh,
- atau bahkan muncul keloid atau jaringan parut menebal.
Kemungkinan penyebab:
- Teknik jahit yang terlalu tegang,
- Reaksi peradangan berlebih,
- Perawatan luka yang kurang optimal.
Solusi alami & terbukti:
- Pijat perineum pascamelahirkan dengan lubricant yang berbasis air untuk menghindari iritasi (dilakukan setelah luka sembuh total).
- Kompres hangat dengan rendaman herbal (sirih, chamomile).
- Terapi manual oleh fisioterapis untuk mengurangi adhesi fascia.
Menurut International Urogynecology Journal (2020), pendekatan holistik termasuk mobilisasi jaringan lunak dan pelatihan dasar panggul terbukti efektif mengurangi nyeri kronis pascarobekan.
3. Yoga & Senam Pemulihan Dasar Panggul