Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Panggul Sempit? Atau “Sistem” yang Membuatmu Ragu pada Tubuhmu Sendiri?

Panggul Sempit? Atau “Sistem” yang Membuatmu Ragu pada Tubuhmu Sendiri?

0
Panggul Sempit? Atau “Sistem” yang Membuatmu Ragu pada Tubuhmu Sendiri?
2. Dr. Michel Odent:

Pelopor gentle birth, dokter kandungan asal Prancis

Michel Odent sangat dikenal karena membangun ruang bersalin rumah sakit pertama yang memungkinkan ibu melahirkan di air dan posisi bebas. Ia berkata:

“The pelvis is not a rigid tunnel.”

Artinya, panggul bukanlah lorong sempit yang kaku dan statis.
Panggul adalah struktur hidup, yang bisa melebar, berubah sudut, dan menyesuaikan dengan gerakan, posisi, dan hormon ibu saat melahirkan.

Penjelasan Fisiologis:
  • Hormon relaksin dan oksitosin selama persalinan membuat sendi-sendi panggul lebih lentur.

  • Posisi seperti jongkok, duduk tegak, hands & knees, dan bersandar ke depan membantu membuka diameter inlet dan outlet panggul.

  • Jika ibu berbaring telentang, kapasitas panggul berkurang sampai 30% karena tulang ekor (sacrum) tertekan ke dalam.

Kalau kamu diberi tahu panggulmu sempit hanya karena hasil VE saat kamu berbaring telentang, maka kamu belum diberi kesempatan untuk membuktikan fleksibilitas panggulmu.

3. Dr. Rachel Reed (2020):

Dalam tulisannya dan kuliah publiknya sebagai bidan dan akademisi

Rachel Reed, seorang bidan senior dan dosen kebidanan dari Australia, menekankan bahwa:

“Bayi dan tubuh ibu bekerja sama secara dinamis selama persalinan. Menyimpulkan kegagalan dari awal tanpa proses adalah bentuk pengabaian terhadap fisiologi.”

Ia percaya bahwa persalinan adalah proses dinamis dan individual, bukan protokol yang bisa diukur dengan satu patokan (seperti pembukaan harus 1 cm/jam).

Konteks Ilmiah:
  • Dalam proses persalinan fisiologis, bayi berputar, menyesuaikan, dan “bernegosiasi” dengan panggul ibu.

  • Tubuh ibu merespons secara hormon dan mekanik untuk menyesuaikan dengan kemajuan tersebut.

  • Ketika kita memutuskan untuk “mengakhiri upaya normal” terlalu cepat, kita menolak memberi tubuh kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.

Jika kamu merasa ada tekanan untuk segera induksi atau operasi “karena belum ada kemajuan”, kamu boleh bertanya:

  • Apakah persalinanku diberi cukup waktu dan ruang untuk bekerja?

  • Apakah aku diberi kesempatan untuk bergerak, minum, rileks, dan mendengarkan tubuhku?

Mereka Semua Sepakat—Tubuhmu Tahu Caranya

Tiga tokoh di atas—dokter, bidan, dan peneliti—semuanya menyampaikan satu pesan penting:

“Jangan terburu-buru menyimpulkan tubuhmu gagal. Tubuh perempuan itu bijak, lentur, dan penuh kekuatan tersembunyi. Yang ia butuhkan hanyalah kesempatan.”

Yang Sebenarnya Kita Butuh: Pengetahuan, Kesabaran, dan Kepercayaan

Seringkali, di tengah rasa cemas menunggu tanda-tanda lahiran, ibu bertanya-tanya:

“Kenapa kepala bayinya belum masuk panggul, ya?”
“Apa ada yang salah dengan tubuhku?”
“Jangan-jangan benar kata orang… panggulku sempit?”

Namun sebelum kita menyimpulkan bahwa tubuh ini gagal, ada baiknya kita berhenti sejenak dan bertanya hal-hal penting ini:

Apakah janinnya sudah dalam posisi optimal?

Bayi yang belum berada di posisi terbaik (misalnya posterior, transverse, asinklitik) belum tentu tidak bisa masuk panggul, tapi mungkin sedang mencari jalan terbaiknya.

Solusi: Gerakan prenatal yang membuka ruang dan memperbaiki postur (seperti hands & knees, forward-leaning inversion, yoga) bisa membantu bayi berputar ke posisi optimal.

Apakah ibu sudah diberi kesempatan untuk bergerak dan aktif?

Jika ibu terlalu banyak berbaring, bersandar di sofa, atau hanya diam karena takut “bayinya turun terlalu cepat”, maka gravitasi tidak bekerja.
Padahal gerakanlah yang membuka jalan, bukan hanya waktu.

Solusi: Jalan kaki rutin, duduk di gym ball, naik tangga pelan-pelan, atau melakukan gerakan yoga ringan bisa membantu bayi “menemukan pintu”.

Apakah ada trauma otot, ketegangan ligamen, atau postur tubuh yang tidak seimbang?

Panggul bisa saja “cukup” secara ukuran, tetapi tertutup secara fungsional akibat otot psoas yang kaku, ligament yang menegang, atau fascia yang membatasi ruang.

Solusi: Terapi pelepasan otot, psoas release, atau side-lying release bisa membantu tubuh membuka ruang yang selama ini tersembunyi.

Apakah tubuh ini benar-benar tidak mampu, atau hanya belum diberi waktu dan ruang untuk bekerja?

Persalinan bukanlah perlombaan cepat.
Setiap ibu dan bayi punya “waktu ilahi” masing-masing.
Saat kita terburu-buru, kita sering mengintervensi proses yang sebetulnya masih berlangsung dengan sangat baik.

Solusi: Beri waktu. Beri kepercayaan. Dampingi dengan sabar. Pantau dengan bijak.

Jebakan-Jebakan “Badman” yang Menghancurkan Kepercayaan Diri Ibu

Dalam sistem kebidanan dan medis saat ini, masih banyak asumsi yang tidak berbasis fisiologi namun sudah telanjur menjadi “protokol diam-diam” yang diwariskan dan dipercaya mentah-mentah. Akibatnya? Ibu merasa gagal bahkan sebelum diberi kesempatan untuk membuktikan kekuatan tubuhnya sendiri.

Berikut adalah jebakan-jebakan yang sering muncul di ruang praktik:

❌ “Cuma lewat pemeriksaan dalam (VE/Vaginal Examination), bisa tahu panggul sempit atau enggak kok.”

VE (vaginal examination) hanya memberikan informasi terbatas: posisi serviks, pembukaan, dan posisi bagian terbawah janin.
VE tidak bisa mengukur lebar panggul. Tidak ada satu pun jari manusia yang bisa mengukur secara presisi diameter inlet panggul, posisi sacrum, atau fleksibilitas sendi panggul.

Bahkan WHO (2018) menyebut bahwa pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan hanya bila ada indikasi dan harus disertai informed consent.

Contoh di lapangan:

Ibu D datang ke rumah sakit usia kehamilan 40 minggu. Dokter melakukan VE dan langsung bilang: