Pengen sukses VBAC? BACA INI DULU!
Melahirkan bukan sekadar proses fisik mengeluarkan bayi dari rahim.
Bagi banyak ibu, terutama yang pernah menjalani operasi sesar, melahirkan adalah cerita tentang luka, harapan, dan keinginan untuk pulih secara utuh—bukan hanya dari bekas jahitan, tapi juga dari trauma dan kehilangan kendali yang pernah dirasakan.
Di antara bisikan keluarga yang bilang,
“Nggak usah ambil risiko, SC aja lagi…”
dan rasa dalam hati yang berkata,
“Tapi aku ingin mencoba… bisa nggak sih melahirkan normal?”
di situlah lahir keraguan, rasa takut, dan sekaligus semangat yang pelan-pelan tumbuh.
VBAC (Vaginal Birth After Cesarean) bukan sekadar istilah medis.
Ia adalah simbol dari kepercayaan kembali pada tubuh sendiri.
Ia adalah proses penyembuhan batin dan kebangkitan keyakinan sebagai seorang ibu.
Tulisan ini hadir bukan untuk memaksakan pilihan,
tapi untuk membuka wawasan—bahwa Anda punya pilihan.
Bahwa VBAC itu mungkin.
Bahwa VBAC bisa menjadi proses lahir yang aman, indah, dan bermakna—jika dipersiapkan dengan benar.
Tak bisa di pungkiri, angka operasi SESAR di negeri ini makin hari makin merebak. makin hari makin banyak. tapi penyebabnya macam macam, ku tulis berdasarkan rangking ya?:
1. gara gara ibu hamilnya takut, lalu kurang pengetahuan, tidak percaya diri, gampang di hasut dan akhirnya kepincut untuk SC
2. gara gara kalau SC pake BPJS GRATIS. dan SIMPLE, bisa dipilih tanggalnya (rahim udah kayak mesin pokoknya) ini karena bisa jadi tingkat ekonomi dimana si ibu tidak siap secara financial, atau memang mental gratisan. jadi pokoknya yang penting gratis!
3. gara gara terjebak dalam SISTEM, dimana biasanya terjadi karena CASCADE INTERVENTION, aliyas intervensi yang terjadi gara gara melakukan intervensi sebelumnya.
4. TERAKHIR memang karena ada indikasi medis untuk harus operasi sesar.
nah nomor 1 sampai 3 adalah yang paling sering terjadi. itulah kenapa sebaiknya Anda membaca dulu tentang apa itu operasi sesar, indikasi hingga efek sampingnya disini
Tapi… Apa Itu VBAC Sebenarnya?
VBAC adalah singkatan dari Vaginal Birth After Cesarean, yaitu proses melahirkan secara normal (pervaginam) setelah sebelumnya pernah menjalani operasi sesar (SC).
Artinya, ibu yang dulu pernah melahirkan lewat jalan operasi, tetap punya kemungkinan dan hak untuk melahirkan normal di kehamilan berikutnya—asalkan memenuhi syarat klinis dan mendapat dukungan yang tepat.
Mitos yang Masih Sering Beredar:
“Sekali SC, selamanya harus SC.”
Kalimat ini masih sangat sering diucapkan oleh tenaga kesehatan, keluarga, bahkan dipercaya oleh ibu itu sendiri.
Padahal, pernyataan ini tidak didukung bukti ilmiah, dan WHO serta ACOG (American College of Obstetricians and Gynecologists) telah lama menyatakan:
“VBAC adalah pilihan yang aman dan direkomendasikan bagi sebagian besar perempuan dengan satu SC sebelumnya dengan sayatan transversal bawah.”
Apa Bedanya VBAC dan SC Ulang?

Fakta Ilmiah tentang Keberhasilan VBAC:
- Tingkat keberhasilan VBAC:
Sekitar 70–80% ibu yang mencoba VBAC berhasil melahirkan normal dengan aman. - Risiko ruptur uterus (robekan rahim):
Hanya sekitar 0,5–0,9% pada ibu dengan 1 bekas SC dan sayatan melintang bawah. - Risiko komplikasi VBAC vs SC ulangan:
Dalam banyak kasus, SC berulang justru punya risiko lebih tinggi, terutama dalam jangka panjang (seperti adhesi, plasenta previa/akreta, dan gangguan fertilitas). - WHO (2024):
“SC berulang tanpa indikasi dapat menyebabkan peningkatan morbiditas jangka panjang. VBAC harus ditawarkan sebagai alternatif yang aman jika tidak ada kontraindikasi.” - ACOG Practice Bulletin No. 205 (2019):
“Trial of labor after cesarean (TOLAC) is a safe and appropriate option for most women with a prior cesarean delivery.”
Kondisi Lapangan di Indonesia:
VBAC secara ilmiah diakui aman, efektif, dan menyehatkan — tapi mengapa justru sulit sekali diwujudkan di Indonesia?
Mari kita bedah faktornya satu per satu:
1. Model Bisnis Rumah Sakit dan Pembayaran BPJS:
- Operasi sesar = lebih mahal = lebih “menguntungkan” dari sisi sistem.
SC memberi pemasukan besar untuk rumah sakit dan provider, terutama di RS swasta.
Jadwalnya bisa diatur, waktunya bisa diprediksi, dan tidak perlu menunggu berjam-jam di ruang bersalin. - BPJS menanggung biaya SC dan persalinan pervaginam dengan tarif standar.
Tapi SC memberikan “jaminan waktu” dan efisiensi staf, jadi tetap lebih diminati oleh RS walau dibayar lebih murah. - Kenyataannya: SC sering dijadwalkan “tanpa indikasi” karena lebih praktis secara logistik dan operasional.
Bahkan ada RS yang “membatasi” jumlah ibu bersalin normal karena dianggap menyita waktu ruang bersalin terlalu lama.
2. Mentalitas Provider: ‘Gak Mau Repot, Takut, dan Tak Terlatih’
- Banyak dokter dan tenaga kesehatan yang tidak dilatih menolong persalinan VBAC, apalagi jika ada riwayat SC.
- Ketakutan akan risiko medicolegal (dituntut jika gagal) membuat mereka main aman: “Ya udah SC aja ya, Bu.”
- Budaya otoriter medis masih kental: keputusan sepihak, tanpa diskusi atau edukasi berarti.
- Bahkan ada provider yang bilang langsung, “Kalau VBAC, silakan cari dokter lain ya. Saya nggak mau ambil risiko.”
3. Mental Klien: Penyakit 2M — Males & Mager
- Banyak ibu yang mengaku ingin VBAC, tapi:
- Tidak mau cari informasi sendiri
- Tidak hadir kelas edukasi
- Tidak menyusun birth plan
- Tidak mau olahraga rutin
- Tidak mau diskusi serius dengan pasangan
➡️ Mereka ingin VBAC, tapi maunya “instan” dan tidak repot.
Padahal VBAC itu bukan kebetulan—ia hasil dari persiapan yang sadar, aktif, dan konsisten.
4. Budaya “Nggampangin” dan “Tar Sok Tar Sok”
- “Nanti deh ikut kelasnya kalo sempat.”
- “Udah deket HPL aja baru cari tahu.”
- “Lahiran kan tinggal ngejan doang, ngapain repot-repot banget.”
- “Kalau udah kontraksi aja deh baru mikir mau SC apa normal.”
➡️ VBAC tidak bisa dijalani dengan mental seperti ini.
Karena tubuh dan rahim bukan robot. Persalinan bukan lomba cepat-cepat lahir.
Dan VBAC butuh kerja sama antara tubuh, pikiran, dukungan, dan waktu.
5. Ibu yang Sudah Luka, Tapi Tidak Mau Pulih
Ada juga ibu yang sebenarnya trauma pasca SC, menangis tiap ingat ruang operasi…
…tapi tidak pernah mengambil langkah pemulihan emosional.
Mereka mengira keinginan VBAC saja sudah cukup. Padahal VBAC sejati dimulai dari pemulihan trauma dan keyakinan baru akan tubuh sendiri.
Di Indonesia, VBAC bukan sekadar isu medis. Tapi juga soal:
- Sistem yang tidak berpihak
- Provider yang takut dan malas (disclaimer: walaupun tidak semuanya demikian)
- Ibu yang belum memberdayakan diri
- Budaya instan dan menunda-nunda
VBAC Itu Bukan Sekadar Metode Persalinan—Ini Perjalanan Pemulihan Diri
Banyak ibu bilang ingin VBAC. Tapi pertanyaannya, sudahkah benar-benar siap menempuh jalan itu?
VBAC bukan sekadar urusan “lahir normal setelah SC”. Ia adalah proses menyelami luka lama, berdamai dengan trauma yang tak terlihat, dan pelan-pelan membangun kembali rasa percaya yang dulu mungkin hancur di meja operasi.
VBAC adalah undangan untuk kembali percaya pada tubuh yang selama ini diragukan.
Untuk lahirkan anak—dan sekaligus melahirkan diri yang baru: lebih sadar, lebih kuat, dan lebih utuh.
Tapi perjalanan ini bukan untuk yang setengah-setengah.
Bukan untuk yang masih “tar sok tar sok”, yang masih berpikir “kalau bisa SC kenapa harus repot-repot?”
Bukan untuk yang hanya ingin “normal”, tapi tidak siap berubah mindset, tidak mau belajar, tidak mau berproses.
VBAC butuh ibu yang berani ambil kendali.
Yang tahu apa yang diinginkan. Yang mau mengedukasi diri. Yang rela mengupas luka agar bisa benar-benar pulih.
Bukan demi membuktikan diri. Tapi demi memberi ruang pada tubuh dan jiwanya untuk melahirkan sebagaimana ia diciptakan.
Karena pada akhirnya…
VBAC bukan soal boleh atau tidak. Tapi soal:
Apakah kamu tahu hakmu? Apakah kamu siap memperjuangkannya?
Dan jika jawabannya ya, maka buku ini hadir untuk menemanimu.
#BebasTakut Melahirkan Per Vaginam Setelah Operasi Sesar
Bukan sekadar buku. Tapi peta pulang.
Untuk tubuhmu. Untuk hatimu. Untuk kelahiran yang lebih sadar, alami, dan bermakna.
Isi bukunya tidak hanya soal prosedur medis.
Tapi juga membimbing Anda untuk:
✅ Memahami tubuh dan luka pasca SC,
✅ Menyusun strategi VBAC dengan pendekatan gentle birth,
✅ Membedakan mitos vs fakta tentang VBAC,
✅ Memilih provider dan tim support yang tepat,
✅ Menyembuhkan trauma lahiran sebelumnya,
✅ Latihan afirmasi dan relaksasi untuk kelahiran yang tenang,
✅ Dan… yang paling penting:
membangun kepercayaan diri sebagai perempuan yang berdaya.
Buku ini untuk Anda jika:
- Pernah menjalani SC dan ingin punya pengalaman lahiran yang berbeda,
- Masih menyimpan luka atau rasa kecewa dari kelahiran sebelumnya,
- Ingin belajar dan menyiapkan VBAC secara sadar, aman, dan lembut,
- Butuh pegangan kuat dan penuh kasih untuk menghadapi kehamilan berikutnya.
Dapatkan Bukunya Sekarang!

Bisa Anda temukan di GRAMEDIA terdekat di seluruh Indonesia.
Atau jika ingin BONUS spesial berupa:
Surat cinta personal + tanda tangan langsung dari Bidan Yesie,
Anda bisa pesan langsung via WhatsApp: 0813-9281-2299 (admin shop)
Jadi Kami percaya setiap ibu berhak mendapatkan informasi yang lengkap,
bukan ketakutan yang diwariskan turun-temurun.
VBAC bukan untuk semua orang,
tapi setiap ibu berhak tahu bahwa pilihan itu ADA.
Dan kalau Anda sudah mulai membaca tulisan ini,
berarti Anda sudah melangkah di jalan menuju kelahiran yang lebih sadar dan penuh cinta.
Mari lanjutkan langkah itu bersama buku #BebasTakut Melahirkan Per Vaginam Setelah Operasi Sesar.