
Suatu hari saya menerima WA dari suami klien saya yang istrinya galau karena Hari Perkiraan Lahir sudah lewat sekitar 1 minggu (41minggu), beliau cerita bahwa seorang dokter menganjurkannya untuk di lakukan Induksi.
Suami Klien : Bu Yesie, ini Desi (Nama samaran) lagi menangis bu, dokter Selly (Nama samaran) menyuruh untuk Induksi.
Saya : kenapa harus induksi mas?
Suami Klien : ya karena kata dokter, HPL sudah lewat, jadi kasihan bayinya, harus segera lahir.
Saya : duh mas, jangan induksi dulu, sabar dulu to? Tunggu sebentar. Induksi justru akan meningkatkan resiko operasi lho.
Catatan : ceritanya bunda Desi sebelumnya sudah periksa di tempat saya, dan serviksnya masih kaku, baru membuka sedikit sekali (kurang dari 1 cm), memang berbagai cara induksi alami sudah kami lakukan mulai dari akupresure, akupunktur, moxibution dll namun saat itu kontraksi tetap tidak muncul. Saya hanya menyarankannya untuk sabar, jika hendak kontrol ke dokter kandungan, saat itu saya menganjurkannya untuk pergi ke Jogja, bertemu dengan dr Adi, (beliau dokter yang pro normal), jangan dokter yang pro SC, karena bisa jadi berbagai intervensi akan di ajukan / di usulkan dan itu bisa membuat klien saya ini bertambah galau hingga akhirnya mengambil keputusan yang salah.
Namun ternyata klien saya ini tidak menuruti apa yang saya anjurkan, beliau berdua malah berkonsultasi dengan dokter kandungan yang menurut saya pro SC (sebagian besar kliennya berakhir di meja operasi)
Sekitar 3 hari setelah WA tersebut saya tidak bisa menghubungi bunda Desi, sms dan WA tidak di respon mereka. Dan di hari ke 3 tiba tiba Hp saya berbunyi dan ternyata itu adalah WA dari bunda Desi yag berkata demikan : “bu Yesie , njenengan bener! Akhirnya saya harus operasi setelah berjuang 28 jam. Dan sakitnya luar biasa bu . di bandingkan dengan Epino yang dilakukan di Bidan Kita tidak ada apa apanya.”
Catatan : Epino adalah alat yang kami gunakan untuk melakukan pemijatan perineum bagi para ibu hamil yang umur kehamilannya lebih dari 34-36 minggu. Ini kami lakukan sebagai upaya mencegah robekan perineum saat melahirkan.
Ya….cerita di atas adalah sekelumit kisah tentang induksi dan potensinya berakhirn ke meja operasi. Dan perlu Anda ketahui beberapa penelitian (salah satunya adalah penelitian ini ) menunjukkan bahwa menginduksi persalinan meningkatkan risiko bedah caesar, terutama pada ibu yang pertama kali dengan leher rahim yang masih “mentah” (yang belum melakukan banyak dilatasi dan penipisan).
Dalam studi tersebut, Mereka menemukan bahwa tingkat sesar yang sangat tinggi di antara ibu yang pertama kali yang diinduksi dengan serviks yang belum matang.
Inilah sebabnya mengapa saya menulis artikel ini. Salah satunya adalah sebagai pengetahuan Anda, bahwa Anda harus meminta dokter dan bidan yang merawat Anda untuk menginformasikan Bishop Skor Anda sebelum anda menyetujui untuk menginduksi persalinan.
Apa itu Bishop Skor?
Bishop Skor adalah sebuah ukuran atau pedoman untuk melihat seberapa lembut dan matangnya serviks Anda sebelum persalinan. ini dapat membantu memprediksi apakah tubuh Anda siap untuk melahirkan, dan apakah induksi akan berhasil atau gagal.
Lalu bagaimana cara melihat dan menilai Bishop Skor?
Pemeriksaan vagina dilakukan oleh bidan atau dokter untuk mengevaluasi tingkat:
- dilatasi serviks (seberapa jauh leher rahim telah membuka sejauh ini)
- penipisan serviks (bagaimana dinding serviks menipis)
- konsistensi serviks (bagaimana kondisi serviks apakah sudah melembut atau masih mengencang atau ketat sekali)
- Posisi serviks (bagaimana posisi arah leher rahim apakah mengarah ke depan atau ke belakang relatif menghadap dinding vagina)
- Stasiun janin (seberapa jauh kepala bayi masuk di panggul)
Setiap faktor yang “dinilai” pada skala 0-2 atau 0-3. Skor maksimum yang mungkin adalah 13.
Nah apabila penilaian bishop skor ini kurang dari 5, dan tetap nekad dilakukan induksi , maka bisa di pastikan induksi tersebut sebagian besar akan gagal dan berakhir ke meja operasi. Jika skor menunjukkan hasil > 9 maka kemungkinan besar induksi tersebut akan berhasil.
Bishop Skor hanyalah salah satu alat untuk memprediksi respon wanita terhadap proses induksi. Walaupun faktor-faktor lain penting juga. Nah apa saja faktor itu?
Bude, mohon maaf saya mau tanya.
saya rini dari karawang, persalinan saya yang pertama berakhir di meja hijau tahun 2017 akhir.
Jam 1 malem ketuban rembes, dan sudah ada lendir darah. Saya pergi ke bidan, di cek belum ada pembukaan. Kemudian jam 6 pagi bidan menyarankan induksi ( saat itu kami iyakan karna menurut bidan kl sudah ketuban rembes, hanya bisa menunggu kurang lebih 24 jam ).
Saya induksi melalu infus, dr jam 6 pagi sampai jam 10 malam mentok di bukaan 4 ( sudah habis 2 infusan induksi ) akhirnya saya di rujuk ke RS ( posisinya saya terus2an muntah, dan bidan menyarankan untuk berbaring ke kiri terus).
di RS masih di tunggu pembukaan sampai jam 5 pagi, masih tetap bukaan 4, dan mulesnya sudah luar biasa.
sampai akhirnya dokter menyarankan SC, saya dan suami meng-iyakan.
dan setelah lahiran, menurut ( paraji / tukang urut ibu hamil dan menyusi ) saat mau menguburkan ari2 dan tali pusat, katanya tali pusat saya pendek, jadi sulit untuk bukaan.
Apa hal itu salah satu yg mempengaruhi gagalnya induksi bude?
Saya berniat agar lebih cerdas dalam kehamilan kedua nanti, kalau Tuhan mempercayai saya dan suami untuk punya anak lagi..
Terima kasih bude.
[…] sebelumnya stay di 3.6 kg tiba-tiba melonjak jadi 4.1 kg. Kemudian dia menjalankan apa yang namanya Bishop test untuk melihat ketebalan mulut rahimku (harusnya sudah menipis dan mendekati skor tertentu karena […]