picture resource=Â http://www.villagematernityservices.com/blog/2014/1/20/natural-vs-medical-labor-induction-know-your-options
Pitocin adalah sebuah obat yang sangat berguna yang digunakan di dunia kebidanan. Pitocin juga merupakan sebuah obat yang sangat menggiurkan agar persalinan bisa segera di mulai yang sebenarnya ini meningkatkan risiko untuk ibu dan bayi dalam cara-cara yang sering bahkan tidak pernah dipertimbangkan.
Saya sudah melakukan posting artikel sebelumnya tentang beberapa risiko / manfaat yang terkait dengan keputusan untuk menginduksi sebuah persalinan. Silahkan buka dan baca link ini:
Keputusan untuk menginduksi atau melakukan induksi persalinan adalah satu hal (dan keputusan yang tidak bisa dianggap remeh)
Saat ini saya hanya akan fokus pada Pitocin. Pitocin adalah Oksitosin versi sintetik yang dibuat manusia yang mana Pitocin oni digunakan untuk menginduksi, merangsang atau menambah kontraksi dalam persalinan. Di Indonesia nama dagang untuk Pitocin antara lain: Syntocinon, Pitocin, Piton S, dll.
Pitocin paling sering diberikan melalui infus IV/drip, meskipun segera setelah melahirkan jika infuse belum di pasang, pitocin ini dapat diberikan dengan cara injeksi intramuskular.
Pitocin-dijuluki “Pit” dan ternyata pitocin ini tidak sinkron atau tidak match dengan oksitosin alami yang ada dan di produksi oleh tubuh manusia.
Mengapa pitocin BERBEDA DARI OKSITOSIN ALAMI yang di produksi TUBUH ANDA?
Oksitosin alami di produksi oleh tubuh manusia,
Sedangkan pitocin merupakan oksitosin tiruan yang dibuat menyerupai fungsi oksitosin alami.
Cara tubuh manusia mengenali dan menanggapi mereka sangat berbeda. Ternyata oksitosin alami di produksi oleh otak dan mempengaruhi otak dalam bentuk yang alami, sedangkan pitocin hanya beredar di dalam aliran darah dan tidak mempengaruhi otak manusia, karena ternyata sebagian besar zat yang masuk ke aliran darah kita tidak bisa masuk ke dalam cairan cerebrospinal. Ini ditujukan sebagai cara untuk melindungi otak kita hanya ada beberapa zat dapat beredar dalam darah ke otak (seperti oksigen dan glukosa)
Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis dan tidak bisa masuk kembali ke otak. Kemudian oksitosin ini di tangka[ oleh reseptor oksitosin yaitu oleh neuron yang banyak terdapat di bagian otak dan sumsum tulang belakang, termasuk amigdala, hipotalamus ventromedial, septum, accumbens inti dan batang otak.
oksitosin dilepaskan oleh otak perempuan selama aktivitas seksual untuk itu penting untuk membentuk ikatan antara pasangan saat dalam proses persalinan. Vasopresin tampaknya memiliki efek yang sama pada laki-laki. Oksitosin memiliki peran dalam perilaku sosial di banyak spesies, sehingga nampaknya memiliki peran yang serupa pada manusia.
Menurut beberapa penelitian, oksitosin mampu mempersiapkan neuron janin untuk proses persalinan. oksitosin dapat mengalir melalui plasenta dan mencapai otak janin dan menginduksi “saklar” dalam aksi neurotransmitter GABA dari rangsang ke neuron kortikal yang menghambat pada janin.
Oksitosin dapat meningkatkan perasaan cinta, empati dan koneksi ke orang lain dengan merangsang aktivitas oksitosin melalui aktivasi reseptor serotonin 5-HT1A. Dengan kata lain – oksitosin alami diproduksi oleh otak dan mempengaruhi otak sebelum menjadi system yang sistemik – sedangkan Pitocin tidak pernah dapat masuk dan mengalir atau di terima otak, sehingga pemberian pitocin ternyata justru akan menekan produksi hormone oksitosin alami dalam tubuh manusia.
Beberapa penelitian mengungkapkan resiko dan bahaya penggunaan pitocin dalam proses persalinan bahkan beberapa penemuan-penemuan baru-baru memngungkapkan bahwa pemberian pitocin berkontribusi terhadap tingkat epidemi autis pada bayi dan balita.
Perbedaan mencolok antara lain Pitocin dengan oksitosin alami adalah tingkat atau dosin pemberian dalam tubuh. Di dalam tubuh, selama persalinan alami dan normal, oksitosin dilepaskan dalam spurts … mengalir … dengan produksi yang naik dan turun ….. Menyebabkan kontraksi, kemudian mereda. Oksitosin alami diproduksi dan dialirkan dalam tubuh sedemikian harmonis sehingga mampu merangsang kontraksi dimana kontraksi ini perlahan naik lalu turun, dengan cara demikian tubuh mengijinkan janin untuk “beristirahat” di antara kontraksi. Sedangkan  Pitocin yang diberikan melalui infus dengan pompa stabil. Tingkat dalam darah tetap konstan – sampai Pitocin ini muncul (biasanya setiap 15-30 menit). Dan ini menyebabkan kontraksi timbul secara terus menerus sehingga tubuh dan rahim tidak diberi kesempatran untuk istirahat sehingga seringkali pemberian oksitosin syntetis ini justru dapat memicu adanya stress pada janin.
Dengan kata lain, Tubuh kita secara alami mulai memproduksi Oksitosin dalam rangka untuk memulai persalinan. Studi menunjukkan bahwa ketika Pitcoin diperkenalkan ke dalam aliran darah ibu, sinyal otaknya menunjukkan bahwa itu memproduksi Oksitosin cukup atau terlalu banyak dan berhenti berkomunikasi secara akurat. Penyebab nomor satu untuk “gawat janin” sering didiagnosis dalam persalinan, sebenarnya sering disebabkan karena pemberian Pitocin. Dalam persalinan bayi perlu istirahat, perlu untuk dapat memilih kecepatan kontraksi. Bayi memiliki cara berkomunikasi dengan otak ibu, bayi dapat mengontrol jika persalinan berlangsung pada kecepatan yang cepat, dengan kecepatan yang lambat atau campuran keduanya. Ketika bayi membutuhkan istirahat, ibu mendapat sinyal ke otak untuk mengurangi kadar oksitosin dan memberikan bayi periode waktu di mana kontraksi menjadi yang tidak intens, ini dimaksudkan agar bayi istirahat dan memilih ritmenya. Setelah Pitocin telah diperkenalkan ke dalam tubuh ibu, otak tidak lagi dapat mengontrol berapa banyak hormon yang produksi. Staf medis (bidan/dokter) sekarang yang memiliki kendali atas berapa banyak oksitosin yang mengalir ke ibu dan seberapa sering rahimnya akan berkontraksi.
omeage from =Â http://thederangedhousewifeonline.blogspot.com/2013/05/newsflash-pitocin-could-harm-your-baby.html
APA EFEK SAMPING DARI Pitocin?
Mari kita lihatbeberapa reaksi yang merugikan berikut telah dilaporkan terjadi pada ibu:
1. Reaksi anafilaksis
2. perdarahan postpartum
3. aritmia pada Jantung