Dalam persalinan. Ketika pikiran dalam keadaan tenang menerima keyakinan bahwa persalinan akan berlangsung secara alami, nyaman dan lancar, maka yang akan dialami pun seperti yang diyakini. Selama persalinan tubuh ibu hanya akan merasakan tarikan atau tekanan dari gerakan rahim saat menjalankan tugasnya membuka leher rahim dan mengeluarkan bayi secara alami, namun ibu merasakannya dengan nyaman, dan dengan kesadaran bahwa ibu benar-benar mampu memegang kendali.
Salah satu yang menjadi “momok” wanita di akhir kehamilan adalah timbulnya kontraksi otot rahim. Padahal, sudah selayaknya kontraksi otot rahim yang fungsinya membantu terbukanya jalan lahir pada saat menjelang persalinan ini disambut dengan sukacita. Adanya kontraksilah yang membantu mempermudah keluar/lahirnya bayi. Bila rasa takut muncul, hal ini bisa menghambat keseimbangan hormonal.
Akibat dari rasa takut tersebut, tubuh akan memproduksi hormone adrenalin dalam level yang tinggi dan dengan naiknya kadar hormone adrenalin, secara otomatis kadar hormone oksitosin dalam tubuh akan menurun, oksitoxin yang mana berperan sebagai hormon pemicu kontraksi, tidak berproduksi dengan cukup dan kontraksi pun tak muncul sempurna. Biasanya dalam keadaan seperti ini, terpaksa dilakukan induksi, yaitu pemberian obat-obatan mengandung oksitoxin, dengan cara diminum atau dengan infus.
Rasa takut memang sangat buruk akibatnya dalam proses persalinan. Ketika kita mengalami stres, maka pesan tersebut akan disampaikan ke seluruh reseptor dalam tubuh, sehingga menciptakan reaksi yang berlebihan dan menyimpang. Pesan itu akan menimbulkan perubahan fisik dan kimiawi di dalam tubuh. Saat tubuh dalam keadaan stres, hormon stres katekolamin akan dilepaskan sehingga tubuh memberikan respon untuk “bertempur atau lari” (“fight or flight” )