
Karena ketika Anda berfikir demikian, maka ini sangat mengecewakan atau bahkan membuat sakit hati bagi para ibu yang pada akhirnya harus melahirkan dengan dibantu intervensi atau harus melahirkan dengan operasi Caesar.
Biarkan saya jelaskan.
Kita masing-masing wanita memiliki tubuh yang unik, struktur panggul yang unik, latar belakang agama yang unik, latar belakang pendidikan dan lingkungan yang unik dan kompleks, serta kondisi latar belakang pengalaman yangunik yang pada akhirnya mengajarkan kita hal-hal unik tentang tubuh kita, pengalaman dan konsep unik vagina dan kemampuan tubuh kita, dan konsep unik tentang rasa sakit.
Sayapun benar-benar percaya bahwa karena semua ibu adalah “actor” yang berbeda-beda yang sudah mempunyai “naskah” masing-masing dan bahwa proses transformasi, penyembuhan dan pemberdayaan diri untuk menjadi seorang ibu sebenarnya bervariasi dari satu wanita ke wanita lainnya.
Persalinan dan kelahiran, meskipun jelas monumental karena merupakan awal kehidupan manusia, juga monumental karena merupakan awal kehidupan wanita sebagai seorang ibu. Keberhasilannya sebagai ibu baru, saya sangat sering percaya, tergantung pada pandangannya tentang dirinya sendiri saat ia melakukan perjalanan melalui persalinan.
Beberapa ibu, meskipun bayi mereka dilahirkan secara alami, masih saja ada juga yang mengalami trauma yang tidak perlu selama persalinan. Ini bisa menjadi pengalaman yang membingungkan dan membuatnya merasa tersisih.
Bagi para ibu yang telah berusaha melahirkan secara alami dan dituntun pada jalan yang berbeda karena alasan apa pun, bisa ada kesedihan, rasa malu, kekecewaan, kemarahan, rasa tidak aman, dan perasaan tidak mampu.
Alhasil ketika persalinan normal pervaginam menjadi OBSESI dan akhirnya menimbulkan persepsi dan kepercayaan bahwa gentle birth adalah persalinan normal pervaginam, maka filosofi dan esensi tentang gent;e birth itu sendiri jadi hilang, karena akhirnya akan ada perpecahan, judgment, cemoohan, sampai terjadi “mommy war” di kalangan para ibu. Dan ini tidak baik.