3. Amniotomi (pemecahan air ketuban) untuk mempercepat proses persalinan: The Cochrane Library melaporkan: “Bukti tidak mendukung proses Amniotomi (pemecahan air ketuban) bagi perempuan dalam persalinan spontan. Tujuan Amniotomi (pemecahan air ketuban) adalah untuk mempercepat dan memperkuat kontraksi, dan dengan demikian memperpendek panjang/lamanya proses persalinan. Selaput ketuban yang tertusuk dengan hook crochet yang bergagang panjang selama pemeriksaan vagina. Pecah selaput diduga melepaskan zat kimia dan hormon yang merangsang kontraksi. Amniotomi telah menjadi praktek standar dalam beberapa tahun terakhir di banyak negara di dunia. Di beberapa RS itu didukung dan dilakukan secara rutin pada semua wanita, dan di RS banyak digunakan untuk wanita yang proses persalinannya berkepanjangan. Namun, ada sedikit bukti bahwa proses persalinan yang lebih pendek memiliki manfaat bagi ibu atau bayi. Ada sejumlah risiko penting tapi jarang yang terkait dengan amniotomi, termasuk masalah dengan tali pusar atau denyut jantung bayi. Tinjauan studi menilai penggunaan amniotomi rutin di semua proses persalinan yang dimulai secara spontan. Ia juga menilai penggunaan amniotomi dalam proses persalinan yang dimulai secara spontan tetapi telah menjadi berkepanjangan. Ada 14 penelitian, yang melibatkan 4893 wanita, tidak ada yang menilai apakah amniotomi meningkatan nyeri perempuan dalam proses persalinan. Bukti menunjukkan tidak ada pemendekan panjang tahap pertama persalinan dan justru terjadi peningkatan kemungkinan operasi caesar akibat amniotomi rutin. Jadi Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa pemecahan air ketuban akan membantu untuk kemajuan proses persalinan. Namun ternyata Intervensi ini telah menunjukkan justru meningkatkan risiko seperti infeksi, detak jantung dan masalah tali pusat
The Cochrane Library. Amniotomy for shortening spontaneous labor.
4. Pemantauan janin elektronik terus menerus:ÂKongres Amerika of Obstetricians dan Gynecologists (2005) merekomendasikan bahwa wanita yang sehat tanpa komplikasi dapat dimonitor dengan auskultasi intermiten. Auskultasi intermiten bukan EFM (Electronic Foetal Monitoring) aman dapat mengurangi tingkat bedah caesar. Di Indonesia ini jarang dilakukan, biasanya hanya di lakukan selama 20 atau 40 menit saja untuk mengetahui kesejahteraan janin.
American College of Obstetricians and Gynecologists [ACOG]. (2005). ACOG practice bulletin #70: Intrapartum fetal heart rate monitoring. Obstetrics and Gynecology, 106(6), 1453 1460.
Gourounti, K., & Sandall, J. (2007). Admission cardiotocographyversus intermittent auscultation of fetal heart rate: Effects on neonatal Apgar score, on the rate of caesarean sections and on the rate of instrumentaldelivery A systematic review. InternationalJournal of Nursing Studies, 44(6), 1029 1035
5. Episiotomi rutin: Tidak ada studi yang menemukan manfaat untuk episiotomi rutin. Rekomendasi saat ini adalah menggunakan episiotomi bila ada indikasi gawat janin. Mitos tentang prosedur ini adalah dapat memperpendek tahap kala 2 persalinan. Studi terbaru oleh Jurnal American Medical Association menyatakan bahwa jenis trauma parah dapat menimbulkan lebih banyak masalah dengan peningkatan risiko infeksi, bengkak, inkontinensia dan penurunan fungsi seksual.
Dannecker, C., Hillemanns, P., Strauss, A., Hasbargen, U., Hepp, H., & Anthuber, C. (2004). Episiotomy and perineal tears presumed to be imminent: Randomized controlled trial.Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 83(4), 364:368.
Hartmann, K., Viswanathan, M., Palmieri, R., Gartlehner, G., Thorp, J., & Lohr, K. N. (2005). Outcomes of routine episiotomy: A systematic review.Journal of the American Medical Association, 293(17), 2141:2148.
Klein, M., Gauthier, R., Robbins, J., Kaczorowski, J., Jorgensen, S., Franco, E., et al. (1994). Relationship of episiotomy to perineal trauma and morbidity, sexual dysfunction, and pelvic floor relaxation. American Journal of Obstetrics and Gynecology, 171(3), 591:598.
6. USG rutin untuk memperkirakan ukuran janin:”estimasi berat janin tidak akurat, dengan sensitivitas yang sangat kurang untuk prediksi kompromi janin.” (Dudley 2005).”Prediksi makrosomia janin tetap merupakan tugas yang tidak akurat bahkan dengan peralatan USG modern” (Henrickson2oo8). “Cukup kesalahan dalam estimasi berat badan janin. Dapat membatasi. Ketepatan dan kegunaan klinis pengukuran ini “(Landon 2000).
Dudley NJ. A systematic review of the ultrasound estimation of fetal weight. Ultrasound Obstet Gynecol. 2005 Jan;25(1):80-9.
Henrickson T.The macrosomic fetus: a challenge in current obstetrics. Acta Obstet Gynecol Scand. 2008;87(2):134-45.
Landon MB. Prenatal diagnosis of macrosomia in pregnancy complicated by diabetes mellitus. J Matern Fetal Med. 2000 Jan-Feb;9(1):52-4.