Bidan Kita

Home Blog Page 29

Gentle Birth is About Faith (Birth Story)

Awal Cerita

Menjelang subuh, rabu 4 mei 2016, saya merasa nyeri datang dan pergi di perut bawah. seperti nyeri haid tapi jauh lebih kuat. sudah hampir tiga minggu si mbak mudik jadi seperti hari-hari sebelumnya, pagi itu saya beberes meja makan dan dapur, cuci piring, masukin pakaian kotor ke mesin cuci, nyapu, dan menyiapkan bekal naila sekolah.

Masih bisa saya lakukan sambil sesekali gerak dan goyang sana-sini saat nyeri datang.

jam 08:00 setelah naila berangkat sekolah, gelombang cinta dari rahim itu mulai rutin datang. saya tidak lepas dari apps kontraksi nyaman di hp yang sudah saya pasang sejak dua hari sebelumnya. setiap rasa itu muncul, saya berjalan mondar mandir, goyang-goyang, ataupun naik ke gym ball lalu memutar. saya lakukan pernafasan dalam ketika menjelang siang rasa itu semakin kuat.

Suami sengaja tidak ke mana-mana hari itu. di kamar sambil memijit, ngelap keringat, dan memantau saya. hospital bag sudah dia siapkan di mobil jikalau sewaktu-waktu harus ke rumah sakit. dia tampak santai dan tidak panik karena setiap kali bertanya ‘gimana, udah berasa sakit mi?’ saya jawab ‘biasa aja’ sambil masih ketawa-ketawa.


Jam 12.00 saya merasa ada flek-flek yang diikuti darah segar. kami memutuskan berangkat ke rumah sakit untuk mengecek pembukaan. saya diturunkan di pintu igd dan suami memarkir mobil. saya berjalan sendiri ke petugas dan di sana menunggu untuk dirujuk ke ruang bersalin. ‘mau pakai kursi roda atau jalan bu?’ ‘mau jalan sendiri aja’, kata saya. bergerak akan membuat rasa gelombang rahim tidak terlalu kuat.

Di ruang bersalin di lantai 3, saya dicek sana-sini. vt dan sudah pembukaan 1. ‘aaah lega, tinggal sembilan lagi,’ pikirku. saya perkirakan diperbolehkan pulang dulu.

Kemudian alat rekam jantung bayi dipasang di perut buncit saya. setiap kontraksi tiba, alat itu berbunyi lebih keras. berisik sekali. raut wajah bu bidan tidak terlihat gembira. ‘kita ulang lagi ya bu. setiap kontraksi denyut jantung janin selalu turun atau naik drastis di bawah 120 dan di atas 160’, katanya menjelaskan. ‘kalau kita ulang nanti hasilnya masih sama, ada kemungkinan harus caesar.’ saya terkejut sebentar.

Saya masih santai sambil sesekali melatih pernafasan setiap kali kontraksi datang. usai rekam jantung kedua, tiba-tiba masuk whatsap dari dr. adi: ‘bu harum, maaf ya. hasil ctg kurang menggembirakan walau sudah diulang’. adik tidak kuat dengan kontraksi sehingga gak bisa nunggu lebih lama lagi, yang berarti kontraksi lebih intens dan lebih kuat. akan sangat bahaya untuk adik.

Ditambah info dari bidan bahwa dr. adi merencanakan segera melakukan cito caesar karena emergency: fetal distress. sesaat saya ingat ilmu dari workshop bu yesie bahwa salahsatu alasan harus sc adalah fetal distress, selain plasenta previa dan pre eclampsia. deg! saat itu juga saya langsung switch otak ke plan b: operasi caesar.

Whatsapan dengan bu yesie sejak tadi diakhiri dengan ‘njenengan harus tetap rileks dan tenang ya mbak harum agar kondisi adik bayi tetap baik. karena kalo stress dan panik tidak akan membantu proses’.

Mama dan adik saya tiba di rs sebelum jam 3, waktu yang ditentukan untuk menjalani operasi. mereka datang sambil senyam-senyum tanpa khawatir sama sekali. ‘tenang aja..cuma sebentar kok,’ kata mama. segala macam prosedur saya ikuti. cek darah, hb, tensi, alergi, pasang infus, pasang kateter, ganti baju rs. saya ikuti semua sambil tetap tenang, dan mendengarkan musik relaksasi dari hape. asli…saya berasa nyantai banget! tanpa rasa khawatir sedikit pun.

Memasuki lobi ruang operasi dengan kondisi sudah digeledek di atas tempat tidur, saya lihat dr. adi berlari tergopoh-gopoh untuk menemui saya dan suami. kami mengobrol sebentar dan beliau menjelaskan grafik hasil ctg. beliau juga mengijinkan suami saya nanti masuk menemani. ah legaaa…

Di ruang operasi, saya tidak merasa takut sama sekali. apalagi dr ratih, spesialis anestesi menyambut saya dengan ramah ‘halo bu…saya dr ratih yang akan melakukan anestesi’ dan beliau menjelaskan prosedurnya serta efek yang akan saya rasakan setelah itu. suntikan di tulang belakang tidak terasa sakit sama sekali. perawat (atau asisten dokternya ya?) di sebelah kanan merangkul dan menggenggam tangan saya dengan nyaman saat anestesi dilakukan. tak lama kedua kaki saya tak bisa digerakkan.

‘kita mulai ya bu..’ kata dokter adi di sebelah kiri bawah saya. ‘naaaah ini dia obat paling manjurnya datang…’ kata dr ratih bercanda saat suami saya dengan pakaian steril lengkap duduk di sebelah kanan saya. sepanjang operasi, sesekali saya mengobrol dengan para nakes yang berada di ruang itu, sambil tangan saya digenggam dan dahi dielus-elus oleh suami. saya tidak merasa asing berada di ruang itu.

Sesaat sebelum ada rasa tidak nyaman sedikit di perut, dr adi dan dr ratih bergantian mengatakan kepada saya ‘tenang ya bu, setelah ini akan terasa agak tidak nyaman sedikit’ dan tak lama kemudian….’oeeeeeeek!!!’ tangis bayi mungil itu terdengar dan wajah gembilnya terlihat diarahkan ke saya. ‘ketuban bagus, plasenta bagus, tidak ada lilitan’ kata dr adi memberi laporan pandangan mata. ‘selamat ya pak..bu. lahirnya jam 15:45’

Tak lama kemudian adik didekatkan ke saya. tapi karena kasusnya emergency, fetal distress…maka dr adi menjelaskan bahwa dokter anaknya tidak mengijinkan saya melakukan imd saat itu karena harus segera di-oksigen dan diobservasi. suami saya keluar untuk mengikuti adik ke kamar bayi, dan mengadzani Abizhar Naeem Nugroho.

Tinggallah saya di situ menanti jahitan selesai dilakukan. saya mulai menggigil kedinginan. sangat dingin. dr ratih menjelaskan bahwa itu salahsatu efek anestesi. beliau genggam tangan saya sambil berkata ‘yuk alihkan rasa dinginnya ke hal lain yang enak-enak, hangat-hangat’ saya pun pejamkan mata, nafas panjang buang nafas panjang, dan alihkan rasa dingin itu. berhasil!

Selesai penjahitan, dr adi pamit. saya ucapkan terima kasih. kembali ke kamar setelah beberapa saat di recovery room…alhamdulillah tidak ada rasa pusing, mual, dan rasa tak nyaman lainnya. keluarga terdekat sudah berkumpul semua: suami, naila, mama, mama mertua, kedua adik saya dan keponakan. hari-hari berikutnya mereka bergantian menemani saya.

Paginya, saya sudah bisa miring kiri kanan untuk menyusui Izhar. dan dua hari setelah operasi saya sudah bisa duduk dan belajar jalan.

Saya bersyukur, persiapan fisik dan mental yang saya lakukan selama ini membuahkan hasil. gentle birth is not about vaginal vs caesarian birth. it’s about preparation. it’s about mindfulness, self consciousness.

~~~

Seperti pernah dikatakan oleh pak dokter obgyn, persiapan melahirkan itu seperti persiapan mengikuti marathon. perlu kesiapan mental, melatih fisik, mindset positif, dan memahami seluk beluk tubuh. oya, dan yang tak kalah penting, memilih tenaga dan fasilitas kesehatan yang baik, serta menentukan pendamping melahirkan yang tepat.

Untuk saya, analogi ini jelas sangat signifikan. saya lalu membayangkan bagaimana persiapan saya dua tahun lalu ketika akan mengikuti lomba lari half marathon sepanjang 21 km dan mendaki gunung rinjani setinggi 3726 mdpl.

Tidak hanya latihan fisik, tapi mental saya digembleng untuk mampu mengikis segala pikiran negatif yang nantinya akan muncul dan menggerogoti usaha menuju ke puncak rinjani atau garis finish half marathon itu. saya beruntung menemukan coach yang sangat paham kebutuhan saya, yang menggembleng fisik dan mental sesuai porsinya.

Juga teman-teman yang mendukung sesi latihan, yang pada akhirnya membawa sukses pada pendakian 17 jam (belum turunnya) dan pelarian selama 3,5 jam itu. dan…banyak juga pengalaman mendaki dan kegiatan alam terbuka lain yang sudah melalui persiapan matang, namun harus berubah rencana karena Tuhan berkata lain.

Proses itu jugalah kira-kira yang terjadi selama sembilan bulan mengandung. setelah menikah pada akhir mei 2015, sembari beradaptasi dengan keluarga baru, lingkungan baru, kota baru, tempat tinggal baru, kebiasaan baru, saya masih disibukkan dengan bolak-balik jakarta-jogja untuk urusan kerja.

Satu dua bulan sekali saya berangkat ke jakarta untuk ‘setor muka’ ke kantor yang sangat baik hati memperbolehkan saya bekerja remotely alias working from home. di akhir bulan agustus, saya merasa ada perubahan di tubuh: ada rasa tidak nyaman berkepanjangan di perut dan makin gak bisa ngampet pipis.

Beser terus :-p. tapi di awal september saya harus berangkat ke jakarta untuk mengikuti sebuah workshop, maka dengan badan lemes dan perut gak enak, saya ikuti kegiatan selama seminggu di sana, dengan menyelipkan jadual periksa ke obgyn langganan di rumah sakit siloam semanggi. jreeeeng…hasilnya, saya positif hamil empat minggu!

Terus terang, bukannya otomatis heboh seneng seperti seharusnya dilakukan seorang calon ibu, saya justru terdiam. bingung, bengong, dan bingung. nah lho…apalagi sedang berada jauh dari suami dan keluarga di jogja. makin makin deh mellow melanda.

Berbagai pikiran berkecamuk: ‘ini adaptasi dengan keluarga baru aja belum kelar…gimana kalau saya mudah terpicu stress saat hamil?”, “gimana kalau bayi saya kenapa-kenapa karena saya gak enjoy saat hamil?” dan lain-lain yang pokoknya bikin pikiran gak konsen di sisa-sisa hari saya bekerja di jakarta.

Kembali ke jogja, ditemani suami, saya periksakan lagi kandungan untuk memastikan kehamilan. dan memang betul hasilnya positif. “okay…now what?” proses adaptasi dengan segala yang baru harus saya perpendek waktunya, penuh perjuangan memang, tidak mudah sama sekali.

Tapi…demi segera mempersiapkan kehadiran adik baru diantara kami, saya kabari kantor tentang kondisi ini dan memohon ijin untuk tidak terbang bolak-balik dulu ke jakarta. dan sekali lagi, Tuhan memang baik sekali, bos mengijinkan.

Tapi saya jadi punya konsekuensi berat untuk tetap bekerja 8 jam sehari di rumah, di tengah mual-mual yang kadang singgah, ngurusin kakak, dan…tidak adanya mbak ART yang tiba-tiba mudik gak balik lagi. belum lagi ‘yang lain-lain’. pheeew..asik banget!

Dan…yang agak mengganggu adalah keganjilan ini: sejak hamil saya jadi sangat sensitif! padahal, selama hidup saya biasanya cuek bebek dengan omongan orang lain, luweh bleh ama pikiran orang tentang saya, gak gampang (jarang, malah susah) nangis.

Lhaaa…ini kok tiba-tiba saya jadi gampang mellow, gampang sedih, gampang nangis. anak demam dikit…nangis, suami dikatain ama orang lain…nangis, tikus ngotorin lemari yang barusan saya rapihin…kesel, abis bersih-bersih diberantakin lagi…kesel.

Dan lain-lain banyaaaak sekali. belum lagi kalau lagi beres-beres rumah trus mual melanda, jadinya sebel karena trus harus istirahat. belum lagi kalau pengen nemenin anak main tapi badan lemes. huh sebel banget. kok gini? saya yang biasanya tangguh bisa ngapa-ngapain sendiri tanpa terlalu dipikir jadi berasa lemah banget.

Tapi beruntung, segala curhat ke mama selau ditimpali dengan jawaban spiritual. saya selalu diingatkan untuk ‘kembali ke dalam’, ‘balik lagi’, ‘ke dalam lagi’, ‘ingat…ingat..ingat’, ‘let the Light guide you’…dan ‘lepaskaaaaan’ di saat-saat merasa sedih dan lemah.

Untuk melepaskan semua yang tidak penting, untuk hanya memikirkan yang baik-baik, dan tidak perlu mendengarkan yang kurang baik. cukup berhasil. hari-hari saya selanjutnya tidak terasa begitu berat.

Saya lebih cuek, banyakan pasang telinga panci dan muka badak, kerjaan rumah semampunya saya kerjakan kalau bisa. kalau gak kuat yaudah…biarin berantakan aja :-p. di tengah malam ketika sedang nyenyak dan lelah tapi harus menemani naila pipis, ya saya dengan semangat turun tempat tidur menemaninya ke belakang. pagi-pagi di saat badan masih remek tapi harus nyiapin bekal sekolah dan lain-lain…ya saya tetep melakukan dengan sebaik-baiknya.

Alhamdulillah tidak pernah ada drama kepanikan di pagi hari dan bahkan sepanjang hari karena saya ngeset diri menjadi laid back mom.

Segala rasa mual pun alhamdulillah tiba-tiba hilang sama sekali di akhir bulan kedua setelah diajak suami jalan-jalan dan trekking kecil-kecilan ke kaliurang. ajaib! semoga adik nanti suka jalan-jalan liat gunung ama hutan ya :-p.

Lalu kami pun beberapa kali main ke ‘desa’ melihat-lihat pemandangan hijau. memasuki usia kehamilan 13 minggu (alias sudah lewat trimester pertama), saya mulai merencanakan untuk kembali ke berbagai aktivitas sebelum hamil untuk mengalihkan dari hal-hal yang membuat saya mellow: olahraga lagi, merajut lagi, membaca buku-buku yang belum sempat dibaca, menulis lagi, nyortir foto-foto traveling yang belum tersentuh, masak-masak kue lagi, selain tentu saja kerja dengan khusuk. dan horeeee! saya sudah boleh traveling lagi bolak balik jogja-jakarta.

Kegiatan baru pun bertambah dengan belajar shibori, melukis, dan hand lettering. selain kembali bertemu dengan teman-teman lama dan nambah teman baru, juga tambah banyak skill baru. tambah banyak waktu bermanfaat dan ‘me time’ yang menyenangkan.

Dan…di situlah takdir mempertemukan saya dengan bu yesie. saat sedang mencari tempat yoga yang nyaman di jogja, tanpa sengaja saya melihat mind body balance studio di demangan. telponlah saya untuk menanyakan jadual yoga dan disarankan oleh mas di seberang sana untuk mengikuti kelas selasa pagi setelah usia kandungan minimal 20 minggu karena itu dikhususkan bagi ibu hamil.

Maka, pada 22 desember 2015 bertepatan dengan hari ibu, untuk pertama kalinya saya ikut kelas prenatal gentle yoga dengan bu bidan Yesie Aprilia.

Di kelas ini ternyata saya tidak hanya belajar prenatal yoga, tetapi banyak ilmu yang diberikan bu yesie tentang hamil dan melahirkan. banyak kisah-kisah kliennya yang diceritakan untuk memberi semangat positif ke kami.

“kenapa kita diberi Tuhan waktu 40 minggu untuk mengandung anak kita? karena Dia memberi kita waktu mempersiapkannya sebaik mungkin”. “kita mempersiapkan pernikahan saja bisa setahun sebelumnya dengan biaya dan upaya sebesar-besarnya, lha kok mau menyambut kelahiran anak justru kita cuek saja?”. “kalau ditanya sudah persiapan apa saja? jawabnya malah beli box, beli stroller, beli ina ini itu :-P”. bukaaaan…bukan itu yang terpenting.

Saya merasakan manfaat positif seketika setelah mengikuti kelas itu. abis yoga badan berasa enteng, gak pegel-pegel, seger. aura dari bu yesie dan teman-teman di kelas itu memancar positif ke sekitar. dan saya cocok sekali dengan obrolan-obrolan yang beliau sampaikan di kelas…tentang cakra, tentang keseimbangan mind body and soul, tentang olah jiwa, tentang nafas, tentang kebaikan, tentang melepaskan kebencian dan rasa lelah, tentang memberi maaf, tentang alam semesta.

Maka setiap selasa pagi saya menyempatkan mengikuti kelas ini. mas suami pun selalu bersemangat menanyakan dan mengingatkan setiap menjelang hari selasa. sehari-hari di sela hari selasa, saya paksakan badan bergerak mengikuti rangkaian prenatal yoga soft form dari youtube bidankita. kalau lagi rajin bisa sehari dua kali saya lakukan.

Sekali-kali untuk mengobati rasa kangen lari, saya berjalan cepat antara 2-3 km keliling kompleks. “kalau mau jalan, jangan yang model nggliyat nggliyut glendhotan suami itu. harus jalan cepat minimal 3km!,” begitu kata beliau. dan benar…saya rasakan manfaatnya. badan berasa enerjik dan seger selalu!

Di awal februari, bu yesie mengadakan workshop seharian tentang gentle birth. saya ajak mama ikut karena beliau saya harapkan menjadi pendamping ketika saya melahirkan kelak, bergantian dengan suami saya seandainya tidak bisa selalu standby.

Di sini kami belajar banyak sekali! banyak wow moment yang membuat kami menganga sepanjang hari itu. mama sebagai peserta tertua di ruangan, mendapat waktu menceritakan pengalaman ketika melahirkan saya dulu. cerita yang gak terlalu asik itu sudah sering saya dengar berkali-kali: kontraksi lama, nunggu tiga hari gak keluar-keluar, perineum digunting, dijahit, dll.

Teori yang bu yesie katakan bahwa seorang ibu akan selalu ingat sedetail apapun saat melahirkan anaknya memang benar. mama bisa menceritakan detik per detik proses kelahiran saya. “maka, jika pengalaman itu buruk dan tidak menyenangkan, akan menjadi trauma seumur hidup” ya, trauma itu nyata adanya. dan ternyata gak cuma ke si ibu lho, si bayi juga merasakan trauma itu.

“dan jika pengalaman melahirkan itu nyaman, senang, senyum, dan tenang…maka akan menjadi kenangan indah seumur hidup”. bayangkan kalau kita selalu diberi informasi bahwa melahirkan itu menyakitkan, maka itulah yang akan kita percayai. seperti yang saya percayai sejak kecil karena cerita-cerita dan adegan-adegan melahirkan di film yang begitu dramatis sampai nyakar-nyakar dan teriak-teriak.

Nah, mulai hari itu otak saya distimulasi dengan kata-kata afirmasi positif, kami diperlihatkan beberapa video proses melahirkan yang tenang tanpa teriak-teriak, kami belajar cara mengalihkan rasa sakit dengan cubitan dan merendam tangan di es batu, kami belajar womb breathing, kami belajar relaksasi dan hypnobirthing, kami belajar massage untuk mengurangi rasa sakit, kami belajar membuat birth plan, hingga belajar belly mapping alias menentukan letak posisi bayi di rahim.

Semakin hari, semakin banyak ilmu baru yang saya dapatkan dari bu yesie. entah dari bertemu langsung saat sesi yoga, dari tulisan-tulisan di website www.bidankita.com, dari artikel, dari postingan di instagram, dari dvd relaksasi yang diberikan gratis di goody bag workshop, maupun dari buku ‘gentle birth balance’ karangannya.

Jujur, setelah mengikuti berbagai ilmu dan pelajaran dari bu yesie, proses kehamilan saya menjadi jauh lebih nyaman. tidak ada lagi kekhawatiran, saya lebih santai, tenang, happy, dan terhubung dengan bayi saya di rahim. saya belajar berkomunikasi dengan bayi saya, kembali ke mindfulness dan balance.

Bahkan dengan bonus saya lebih sabar dan fokus, penuh dengan mindfulness sehingga dalam kegiatan parenting saya sehari-hari kepada naila pun tidak pernah emosi sama sekali.

Di akhir maret, bu yesie mengadakan sesi workshop lagi dan kali ini mengambil tema ‘posisi menentukan prestasi’. di sana kami belajar lagi ilmu-ilmu baru yang lebih banyak berkutat masalah fisiologi tubuh. bahwa ternyata posisi bayi sungsang pun bisa dibalik denngan gerakan yang benar, bahwa ternyata jalan naik turun tangga adalah salah satu cara memperlancar proses kelahiran, bahwa nanti saat kontraksi seharusnya jangan tiduran aja tapi gerak. gerak! gerak! gerak! dan bahwa ketakutan dan kepanikan justru akan menghentikan proses yang sedang terjadi.

Di situ juga saya belajar bahwa jika kita sudah mempersiapkan sebaik mungkin tapi di akhir nanti ternyata harus sc, kita harus ikhlas. pasrah. tetap tenang. dan tidak boleh menyesal. karena emosi negatif itu akan memperburuk kondisi. ya ke ibu ya ke bayi.

It’s all about knowledge. and knowledge is power.

Kami juga belajar teknik rebozzo untuk mempercepat bayi masuk ke panggul, kami diajari untuk ‘mendeteksi’ apakah posisi bayi sudah optimal untuk lahir normal alami, yaitu posisi left occiput anterior (LOA).

Dan yang paling sukses saya praktekkan langsung adalah gerakan yoga untuk menyembuhkan piriformis syndrome alias tusuk-tusuk pantat kanan yang seringkali muncul. beberapa hari saya lakukan gerakan itu, langsung hilang total! benar ternyata…gentle birth is all about balance and harmony.

Ditambah dengan adanya segambreng ibu-ibu gaul dan asik yang kemudian tergabung di grup wasap #laskargentlebirth…setiap hari saya membaca cerita-cerita indah yang positif, saling mendukung, sampai gojekan saru hahahaha! tapi itulah…saya merasa jadi punya support group yang sangat mengerti dan memahami masing-masing.

Saya pun makin percaya diri untuk berganti ke dokter yang lebih memahami konsep gentle birth. maka di usia kandungan 32 minggu saya beralih ke pak dokter adi. saat kontrol ke beliau dengan pedenya saya bisa berdiskusi dan bertanya: “gimana dok, posisi bayi saya udah LOA?” hyiiiish gaya bener hahaha.

Saya pun berdiskusi juga tentang birth plan seperti keinginan saya untuk hanya didampingi suami dan mama bergantian saat proses persalinan, untuk menghindari energi-energi dan komentar negatif yang kemungkinan keluar dari orang-orang selain mereka.

Dan terutama di bagian ‘jika terpaksa harus menjalani sc karena emergency…maka suami diperbolehkan mendampingi ke ruang operasi’. semua keinginan saya diiyakan oleh dr adi. top banget! bahkan di uk 38 minggu plus plus, beliau mengatakan “kalau bisa jangan sampai induksi bu, ini posisi bayi sudah baik.

Ketuban masih banyak. plasenta masih sehat. sudah mengikuti kelas hypnobirthing dan yoga kan? yakin saja ya bu.” alhamdulillah…mak nyeeeessss rasane mendengar energi positif beliau.

~~~

Ya, begitulah ceritanya. walaupun akhirnya saya harus menjalani operasi caesar karena faktor emergency…saya tidak merasa kecewa, kesal, sedih. saya bisa tetap santai dan tenang. alhamdulillah persiapan selama ini bermanfaat, ada dukungan para nakes yang baik, dan keluarga yang memahami keinginan saya.

Menoleh ke belakang, saya percaya Tuhan mempersiapkan saya sebaik-baiknya untuk tetap tenang selama sc, untuk cepat pulih setelah operasi, kok ya ndilalah tensi saya yang biasanya selalu rendah…bisa normal 120/80 saat operasi. hb saya yang biasanya di bawah 10 bisa mencapai 12 saat operasi, dan fisik saya pas sedang fit-fitnya karena latihan yoga dan jalan cepat yang rutin.

Saya, suami, dan keluarga sudah melakukan persiapan maksimal.
pada akhirnya, di injury time…kami ikhlas pasrah dan percaya pada apapun yang terbaik menurutNya.

Sekali lagi gentle birth is not about vaginal birth vs sectio caesarean
it’s about empowering yourself.
it’s about balance and harmony.
first, it’s all about good preparation. then it’s about faith

Dan sekarang…perjuangan berlanjut. breastfeeding! it’s a lot more challenging than climbing up any mountain tops! hihihi…:-)

Source: http://harumaniss.blogspot.co.id/2016/06/mendadak-caesar.html?m=1

Bersiap Untuk Menikmati Nyeri Persalinan

Apakah Persalinan Harus Nyeri?

Apakah benar melahirkan itu harus nyeri dan sakit? Saya tidak merasakan lho.

Lalu apakah benar melahirkan bisa tanpa rasa sakit? Saya merasakan namun banyak para ibu dan teman saya yang menyatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali.

4Lalu yang benar yang mana?

dahulu saat saya belum mengenal ilmu Hypnobirthing dan Gentle Birth yang saya lihat di SEMUA ruang bersalin, baik di Rumah Sakit, di Klinik, maupun di tempat praktek saya sendiri, TIDAK ADA ibu bersalin yang bisa tersenyum saat merasakan kontraksi dan melahirkan. yang ada adalah mereka teriak teriak dan menangis penuh DRAMA.

Apakah Ini Sebuah Drama?

Namun, setelah belajar dan mendalami Hypnobirthing dan gentle birth, DRAMA itu tidak pernah terjadi pada Klien saya. dan saya sangat merasa beruntung. karena yang selalu saya lihat adalah ibu yang tersenyum penuh kebahagiaan saat merasakan kontraksi bahkan ibu yang bernyanyi saat kepala bayi keluar.

dari sinilah saya semakin mengerti bahwa Nyeri dan sakit pada saat proses persalinan sebenarnya sangat tergantung dari persepsi seseorang dan persiapan mereka.

Apa yang Anda rasakan ketika Anda dicubit manja oleh pacar Anda dahulu? Lalu apa yang Anda rasakan ketika Anda di cubit oleh Orang yang tidak Anda sukai  padahal dia mencubit dengan intensitas dan kekuatan yang sama dengan cubitan pacar Anda kala itu?

Kemudian apa yang Anda rasakan ketika Anda menderita sakit gigi dan saat itu Anda sedang bertengkar dan marah dengan suami?

Dan apa yang Anda rasakan ketika Anda menderita sakit gigi namun kali ini Anda di ajak pergi ke Mall dan Anda dibelikan tas, sepatu dan baju baru impian Anda?

Bukankan sama-sama sakit gigi? Namum mana yang terasa lebih sakit?

Persepsi

Nah itu adalah gambaran sederhana tentang “persepsi” nyeri pada setiap orang. Banyak wanita menyatakan bahwa melahirkan itu sakit dan nyeri luar biasa. Namun saya sangat beruntung karena di persalinan pertama saya tidak merasakan nyeri saat persalinan.

Karena kenyamanan adalah hal yang dicari oleh banyak orang, maka banyak upaya baik medis maupun alternatif yang bisa digunakan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa nyeri pada saat proses persalinan, sehingga tercipta berbagai obat dan intervensi yang ditujukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit tersebut.

Balance in Birth Balance

Di program Balance in Birth Balance saya mencoba untuk mengajak klien saya untuk bersiap diri untuk menikmati rasa nyeri yang mungkin saja timbul ketika proses persalinan.

Mengapa justru menikmati, bukan menghilangkan? Bukankah konon kabarnya dengan hypnosis atau hypnobirthing rasa nyeri bisa hilang sama sekali?

Ya benar. Memang dengan hypnobirthing rasa nyeri bisa sama sekali hilang. Namun di dalam program Balance in gentle birth  ini saya tidak akan menjanjikan kepada Anda bahwa Anda bakalan tidak merasakan nyeri sama sekali saat menjalani proses persalinan. Karena saya yakin bahwa nyeri dalam proses persalinan adalah nyeri yang positif.

Artinya bahwa nyeri yang tercipta sebenarnya adalah nyeri yang memang dibutuhkan sebagai alarm tubuh bahwa Anda akan segera melahirkan. karena pada dasarnya nyeri ini adalah sarana komunikasi janin dan tubuh Anda kepada otak Anda. dehingga tercipta keselarasan dan sinergi dalam proses persalinan.

Ketika Anda mampu menikmati rasa nyeri tersebut. Maka ketika seharusnya Anda mengeluh akibat dari sensasi yang ditimbulkan saat melahirkan, justru Anda merasa nyaman dan tenang bahkan merasa santai walaupun rasa nyeri tersebut tetap ada. Namun sensasi yang Anda rasakan adalah berbeda.

Bahkan rasa nyeri yang Anda rasakan pun bisa berubah menjadi rasa nikmat karena memang pada dasarnya saat melahirkan ada hormon Oksitosin dan hormon Endorphin yang diproduksi oleh tubuh dengan luar biasa. dan ke dua hormon itu sebenarnya adalah hormon cinta dan hormon kenikmatan.

Mengapa tidak sekalian saja di hilangkan rasa nyeri tersebut?

Itu karena setiap orang mempunyai persepsi dan pengalaman yang berbeda terhadap proses persalinan. Dan semua orang mempunyai tingkat sugestibilitas yang berbeda terhadap proses hypnobirthing. Sehingga dalam program ini, saya berusaha untuk mengajak Anda mempersiapkan segala sesuatunya untuk bersiap menikmati segala sensasi yang ada saat menjalani proses persalinan:

Persiapan Fisik

  • Pentingnya belajar nafas dan menguasai nafas di setiap situasi
  • Pentingnya olahraga (prenatal gentle yoga) dan nutrisi yang seimbang dan bagus
  • Pentingnya kesadaran tubuh dan pengalaman tubuh terhadap pengatahuan dalam kehamian dan persalinan
  • Ketrampilan fisik untuk mengurangi dan menghilangkan ketegangan
  • Ketrampilan otot internal /dalam dan otot vagina untuk meregang dan menguat
  • Pengalaman fisik terhadap ketidaknyamanan dan bagaimana bertoleransi dengan hal itu

Persiapan Mental

  • Kesadaran tentang proses persalinan
  • Mengerti dan memahami sensasi sensasi yang dapat timbul dan dirasakan saat proses persalinan
  • Mampu fokus dan terhubung dengan tubuhnya
  • Penerimaan terhadap peran baru yang menantinya yaitu menjadi seorang ibu.

Persiapan Emosional

  • Mampu menyadari perubahan emosi yang terjadi dan mengatasinya
  • Mampu memanajemen emosi yang ada didalam hati dan pikirannya

Persiapan Historical

  • Mengeksplorasi pengalaman persalinannya yang lalu dan menemukan serta mengobati dan menghilangkan trauma yang mungkin timbul pada persalinan sebelumnya

nah mari siapkan

Mari berdayakan diri Anda

Ikuti kelas saya dan apabila Anda berada di luar kota dan tidak memungkinkan untuk ikut kelas saya di Klaten, jangan khawatir, karena Anda bisa mengikuti kelas saya secara on Line

Skype Call Registration

salam hangat

Yesie

Fear and Pain (Takut dan Nyeri) Dalam Persalinan (Birth Story)

Gentle Birth Adalah Pencapaian Terbaik

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.”

~ Jane Weideman

_MG_2517Saya menikah di usia 20 tahun. Usia yang masih belia, saat itu saya adalah perawat. Sejak hamil tua, setiap hari saya melihat VCD lagu India yang bintangnya adalah artis Bollywood idola saya Shahrukh Khan, tiap sore saya menari india menirukan mereka menari. Yang saya rasakan adalah happy dan happy. Keluhan sakit pinggang di masa hamil tua hampir tidak pernah saya rasakan. Hingga suatu sore, Sabtu tanggal 24 Maret 2001 yang lalu saking gembiranya karena akan bertemu suami yang pulang dari kantor (kebetulan suami pulang satu minggu sekali karena dia kerja di Ungaran, sedangkan saya tinggal di Klaten) saya menari sepanjang sore. Jam 20;00 suami pulang dan kami makan malam, jam 22;00 saat kami hendak beranjak tidur, dan suami mencium perut saya, tiba-tiba “mak plethuq” ketuban saya pecah. Dan kami terkejut sekali. Saya langsung beranjak dari tempat tidur lalu pindah ke kamar ibu saya dis ebelah. Masih sempat menggelar perlak di atas tempat tidur, akhirnya jam 22;30 bidan baru datang lalu jam 23;00 sayapun menjadi Ibu. Sebuah proses yang sangat singkat, dan tidak menyakitkan sama sekali. Dan saya beruntung karena saya bisa melahirkan lancar dan nyaman tanpa rasa sakit di persalinan pertama saya.

Itulah sebabnya mengapa saya selalu mengatakan kepada klien saya bahwa melahirkan itu nyaman, asal Anda menikmatinya.

Mengapa kita percaya dan meyakini bahwa persalinan adalah menyakitkan? Karena sebenarnya proses persalinan adalah suatu proses yang bisa dilalui dengan tenang, nyaman dan membahagiakan.

Melahirkan Itu Menakutkan

Hingga detik ini, melahirkan dianggap sebagai hal yang harus ditakuti. Ada banyak sekali kecemasan yang muncul di benak setiap ibu hamil, apalagi ibu hamil tua atau ketika menjelang proses persalinan.

Dan sebagian besar ibu hamil takut akan rasa nyeri saat kontraksi dan bahkan sanksi pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mampu mengelola dan melewati rasa sakit dari semua proses itu.

Apalagi pada ibu yang hamil anak pertama. karena mereka sama sekali tidak ada gambaran tentang rasa saat kontraksi.

Dalam program kelas Balance in Gentle Birth yang saya adalah di Bidan Kita, saya berusaha untuk merubah mind set para ibu dan ayah Bahwa rasa nyeri dalam proses persalinan adalah rasa yang istimewa karena rasa itu sangat bisa di nikmati.

Karena pada dasarnya Tuhan menciptakan kelahiran menjadi proses yang indah, untuk kemuliaan-Nya. Dia telah menciptakan tubuh seorang wanita sempurna untuk dapat melahirkan normal alami.

Mengapa Harus Menakutkan?

Lalu mengapa pada kenyataannya yang terjadi di kehidupan sehari-hari, proses melahirkan adalah proses yang menyakitkan bahkan menakutkan?

Pertama, Rasa sakit sebenarnya diakibatkan dari rasa takut dan kecemasan dan ketakutan disebabkan karena ketidak tahuan Anda dalam fase-fase persalinan dan bagaimana caranya memanajemen rasa nyeri dalam persalinan.

Menurut Christine Northrup, M.D dalam bukunya yang berjudul “Women Bodies, Women Wisdom” proses persalinan adalah sebuah proses alami yang mampu merubah hidup seorang wanita. Saat wanita bersalin dengan penuh dukungan dari orang-orang terdekatnya, maka dia akan mendapatkan kekuatan dan pengalaman yang sangat luar biasa.

Dalam bukunya, Christine Northrup,M.D juga mengungkapkan bahwa proses kelahiran bayi dirancang secara alami dan sedemikian rupa agar ibu dan keluarga mengalami puncak kegembiraan, kepuasan dan rasa penuh kasih.

Pada saat proses persalinan, di dalam tubuh seorang wanita secara otomatis memproduksi dan mengeluarkan hormon alami yang mampu memberikan rasa nyaman dan kepuasan.

Sedangkan menurut Dr. Dick-Read, rahim pada perempuan yang ketakutan secara kasat mata memang tampak putih. Rasa cemas dan takut menyebabkan rasa nyeri dan membuat rahim semakin keras kontraksinya

  • Kecemasan dan ketakutan memacu keluarnya adrenalin dan menyebabkan cerviks kaku dan membuat proses persalinan lebih melambat.
  • Kecemasan dan ketakutan menyebabkan pernafasan tidak teratur, mengurangi asupan sirkulasi oksigen bagi tubuh dan bagi bayi.

Suatu hari di sebuah acara seminar kesehatan, seorang nara sumber kami seorang dokter kandungan menegur saya, berkaitan dengan sebuah judul buku yang saya tulis yaitu “Gentle Birth melahirkan nyaman tanpa rasa sakit” beliau mengatakan kepada saya bahwa melahirkan itu memang sakit dan saya tidak boleh melakukan pembohongan publik dimana saya mengatakan bahwa melahirkan itu nyaman.

Sebuah klaim dari penelitian beliau ungkapkan bahwa Tubuh manusia dapat menanggung rasa sakit hanya sampai 45 del (unit). Padahal saat melahirkan, seorang ibu merasakan rasa sakit hingga 57 Del (unit). Jadi bisa digambarkan bahwa melahirkan ini mirip dengan 20 tulang yang retak pada waktu yang bersamaan.

Dan saat itu saya hanya tersenyum simpul, di dalam hati saya bernyata apakah saya yang salah? Karena 13 tahun yang lalu saya melahirkan dan tidak sakit, lalu banyak klien yang saya dampingi saat melahirkan juga tidak sakit bahkan ada juga yang melahirkan sambil tertidur bahkan bernyanyi saat kepala bayi crowning?

Rasa sakit atau nyeri adalah subyektif. Apa yang saya rasakan sakit, belum tentu Anda merasakan hal yang sama. seberapa intens rasa sakit yang saya rasakan, belum tentu sama dengan seberapa intens rasa sakit yang Anda rasakan.

Karena rasa sakit adalah persepsi. Bahkan ketika seorang wanita melahirkan, mereka tidak semua selalu mengalami rasa sakit yang sama, karena ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap keseluruhan ketidaknyamanan, seperti ukuran bayi, posisi itu di, ambang nyeri ibu, emosi atau kondisi psikologis, sampai ke jumlah rasa sakit yang menumpulkan hormon yang tubuh ibu produksi saat kelahiran anak.

Bahkan saya selalu mengatakan bahwa rasa sakit dalam kontraksi adalah rasa sakit yang sangat SOPAN. sehingga sangat memungkinkan bagi Anda untuk menikmati nya

Quotes

Lalu mengapa dokter tersebut dengan tegas mengatakan kepada saya bahwa melahirkan itu sakit. Dan tidak mungkin melahirkan tanpa rasa sakit? Inilah yang akan saya bahas di faktor kedua penyebab rasa sakit.

Kedua, sejak kecil sudah tertanam sebuah paradigma bahwa melahirkan itu menyakitkan.

Ketika saya berusia sembilan tahun, ibu saya melahirkan. Dan saat itu ibu saya melahirkan di rumah. Karena tidak ingin direpotkan oleh saya dan kakak saya, saat itu ibu saya mengungsikan saya di rumah nenek yang kebetulan hanya berjarak seratus meter dari rumah.

Malam itu perasaan saya tidak enak, sehingga saya nekat pulang kerumah dan saya dapati banyak orang berkerumun di rumah saya, saat itu saya baru tahu dan menyadari bahwa ibu saya sedang melahirkan adik saya. Saat itu saya di suruh duduk di balik tirai kamar tempat ibu saya melahirkan.

Dan sayup saya dengar ibu saya menangis dan mengaduh kesakitan. Saat itu diusia saya yang masih sembilan tahun, benar-benar terekam suara tangisan dan rintihan ibu saya yang menandakan bahwa dia kesakitan saat melahirkan adik saya. Dan satu hal yang tertanam dalam benak saya bahwa melahirkan itu sakit.

Ketika beranjak dewasa, dan garis hidup membawa saya untuk terjun di dunia kesehatan, membawa kapada sebuah keyakinan bahwa melahirkan memang menyakitkan.

Selama di bangku sekolah (sekolah perawat kesehatan) guru saya selalu mengatakan bahwa sakitnya melahirkan itu ibarat tangan kita terluka lalu luka di tangan kita di bubuhi air perasan jeruk nipis dan sakit melahirkan itu seribu kali lipatnya dengan rasa sakit yang ditimbulkan akibat luka yang dibubuhi perasan air jeruk nipis tersebut.

Wow! Saya tidak bisa membayangkan rasa sakitnya. Buku diktat atau buku pedoman yang saya gunakanpun hingga detik ini masih menyatakan bahwa melahirkan itu sakit dan nyeri. Tidak pernah saya temui kalimat di dalam buku pedoman ilmu kebidanan dan kandungan bahwa melahirkan itu nyaman atau bahkan melahirkan itu nikmat.

Belum lagi ketika saya praktek di rumah sakit, setiap hari hampir tidak pernah saya menemui seorang ibu yang melahirkan sambil tersenyum atau tertawa. Semua ibu melahirkan yang saya temui selalu menangis, merintih, mengeluh bahkan berteriak atau menjerit kesakitan. Tidak ada ibu bersalin yang cantik saat melahirkan, semuanya kusut, bau dan menunjukkan wajah yang tersiksa.

Tidak hanya itu saja, di kehidupan sehari-hari hampir tidak pernah saya menyaksikan acara televisi, entah itu sinetron, atau film yang menggambarkan bahwa melahirkan itu nyaman dan menyenangkan. Semua menggambarkan proses melahirkan sebagai proses yang penuh rasa sakit, penuh kecemasan dan ketakutan.

Dari cerita saya tersebut artinya bahwa tanpa kita sadari, paradigma bahwa melahirkan itu sakit sudah mendarah daging dan mengakar di dalam kehidupan kita. Sejak kita masih kecil bahkan sudah ditanamkan bahwa melahirkan itu sakit dan memang harus sakit. Bahkan hingga saat ini banyak bidan dan dokter yang menyatakan bahwa kalau tidak sakit berarti tidak melahirkan.

Apa jadinya jika sejak kecil paradigma itu tertanam kuat? Bahkan bidan dan dokter yang merawat Anda-pun menyatakan hal yang sama? Bukankah bagi Anda bidan dan dokter adalah publik figur yang mana setiap kalimat yang diucapkan selalu Anda anggap dan yakini kebenarannya? Otomatis pernyataan bahwa melahirkan itu sakit Anda imani kebenarannya. Dan tertanam di bawah sadar. Karena sebuah sugesti akan masuk dan ternatam di bawah sadar jika:

  • Sugesti tersebut masuk ketika Anda berada dalam kondisi rileks. Menonton TV adalah kondisi rileks, tentu sugesti melahirkan itu sakit mudah sekali terekam di bawah sadar karena semua sinetron atau film yang Anda lihat menggambarkan demikian.
  • Sugesti akan terekam di bawah sadar jika sugesti tersebut di ulang ulang. Seorang dokter atau bidan selama masa pendidikan selalu di ajarkan bahwa melahirkan itu sakit dan nyeri, di tempat praktek yang mereka lihat adalah gambaran bahwa memang melahirkan itu nyeri dan menyakitkan, bahkan proses persalinannyapun menyakitkan. Jika hal ini yang terulang-ulang selama hidupnya, bisa di pastikan rekaman bawah sadarnyapun menyatakan bahwa melahirkan itu sakit.
  • Sugesti akan terekam di bawah sadar jika disampaikan oleh figur/tokoh. Bidan dan dokter adalah tokoh atau figur bagi pasien-pasiennya, apa jadinya jika bidan dan dokter menyatakan kepada pasiennya bahwa melahirkan itu menyakitkan dan bahwa melahirkan itu harus sakit, bahwa jika tidak sakit berarti tidak melahirkan? Bukankah akan dengan sangat mudah pasien-pasien merekam sugesti negatif tersebut?
  • Sugesti akan terekam di bawah sadar jika diberikan di saat kondisi emosi sedang intens, dan ibu hamil juga ibu bersalin tentu emosinya sangat intens. Bisa Anda bayangkan, bagaimana perasaan mereka ketika saudara, orangtua, teman bahkan dokter atau bidannya menyatakan bahwa melahirkan itu menyakitkan?

Jadi bisa kita pahami bahwa sugesti atau keyakinan bahwa melahirkan itu sakit dan nyeri sudah tertanam dan terekam di bawah sadar Anda dan saya bahkan sejak kita di lahirkan ke dunia ini.

Beruntung sekali pengalaman persalinan saya begitu indah karena saya tidak merasakan sakit seperti yang saya yakini dan saya ketahui teorinya saat itu, dan lebih beruntung lagi ketika saya mendalami Hypnobirthing dan gentle birth yang membuat saya menyaksikan proses persalinan yang indah dan tanpa rasa sakit pada klien-klien yang saya dampingi hampir setiap hari.

Sehingga tanpa disadari rekaman dan sugesti melahirkan sakit itu terkikis dari benak dan pikiran saya.

Nah bagaimana dengan Anda?

apakah Anda masih beranggapan melahirkan itu sakit?

Tidak inginkah Anda merasakan melahirkan denga nyaman dan menyenangkan?

Mari berdayakan diri!

Ikuti kelas saya dan apabila Anda berada di luar kota dan tidak memungkinkan untuk ikut kelas saya di Klaten, jangan khawatir, karena Anda bisa mengikuti kelas saya secara on Line https://www.bidankita.com/skype-call-registration/

salam hangat

Yesie

Seminar Hypnobirthing & Prenatal Gentle Yoga di Banjarmasin

13254697_10206603404829881_198355244697937315_oBanjarmasin adalah salah satu kota istimewa. dimana saya pernah makan soto Banjar di atas perahu kecil di sungai yang besar. makan soto sambil melihat pemandangan  di pinggiran sungai. dan hari ini saya dan team hypnobirthing indonesia diberi kesempatan lagi untuk mengunjungi kota Banjarmasin dan berbagi cinta disana

ada lebih dari seratus bidan dan ada juga ibu hamil yang mau belajar bersama.

saya bersama rekan saya satu team Tantri Maharani Setyorini berbagi tentang Hypnobirthing dan Prenatal Gentle Yoga kepada mereka.

13268417_10206605287756953_5546846748544513156_o

dan berharap Gentle Birth semakin di kenal di Banjarmasin

sehingga ibu ibu di Banjarmasin bisa merasakan pengalaman persalinan yang positif dan merasakan nyamannya dilayani olah para bidan dan dokter atau tenaga kesehatan yang mengenal Gentle Birth.

13235476_10206602831855557_8236426157146603075_o

Meet Up Laskar Gentle Birth

Hari minggu kemarin tanggal 15 Mei 2016, kami mengadakan Meet Up Laskar Gentle Birth.

Acara ini sebenarnya untuk seseruan dan mengakrabkan anggota dari #laskargentlebirth yang sebenarnya merupakan klien klien dari Bidan Kita baik klien kelas Prenatal Gentle Yoga maupun Klien kelas Hypnobirthing.

13116248_10206566364063885_473537099558111876_o

acaranya cukup seru. semua membawa Pot Luck makanan sendiri sendiri hingga di acara meet up ini seolah menjadi ajang pesta makanan enak.

selain itu kami foto foto bersama bayi bayi gentle birth

13217082_10206570318802751_5808136779978409267_o 13227667_10206578373284108_2215742088625393022_o 13227740_10206571986284437_1484358481910550324_o

semoga group ini semakin eksis dan selalu menyebarkan cinta ke semua orang

Salam Hangat

 

Dukungan Itu Yang Aku Butuhkan (Birth Story)

Birth Story

Siang ini saya mendapatkan email dari klien peserta kelas Hypnobirthing, yang ingin berbagi kisahnya. berharap banyak ibu dan bapak yang membaca dan menjadi mau belajar dan menyadari bahwa support dan dukungan dari orang orang terdekat yaitu suami dan keluarga adalah hal yang sangat dibutuhkan seorang ibu.

Silahkan simak

2016-05-11 13.40.20

Dear bidan Yesie..

Halo bu bidan apa kabar?
masih ingatkan dengan saya bu bidan?
Saya pernah Hypnobirthing di Bidankita dan mengikuti kelas yoga.
April 2015 pertama kali saya datang ke bidankita, saya menangis cerita kalau keluarga dan suami tidak support saya untuk datang ke bidankita melakukan hypnobirthing.
mereka menganggap bahwa saya tidak perlu melakukan ini. namun saya bersyukur karena
Setelah berjalan beberapa bulan akhirnya mereka mengerti apa tujuan saya dan saya melakukan hypnobirthing.
di kelas Hypnobirthing pertama saya sangat agak menyesal karena saya datang dengan kondisi muntah muntah dibidankita..sehingga saya nggak bisa latihan dengan maksimal. tapi Puji Tuhan team bidankita sangat baik merawat saya sampai baikan dan bisa pulang ke rumah.

di kelas Hypnobirthing kedua, saya datang dengan ibu,,dan ketiga dengan suami, meskipun saat itu suami cemberut dan agak keberatan mendampingi..tapi paling tidak dia menghargai keingnan saya untuk ikut hypnobirthing.
proses kehamilan sampai 8 bulan tanpa didampingi suami…kerja di solo dan kos seperti ini buat saya itu perjuangan yang tidak mudah..

Singkat cerita..
HPL tanggal 3 oktober 2016, dan saat usia kehamilan 7 bulan , saya nggak bisa periksa ke bidankita karena perpanjangan ijin praktek bidankita blm keluar,(ceritanya bidankita sedang mengurus ijin menjadi klinik pratama) terpaksa saya harus ke dokter anjuran dari keluarga.ada 2 dokter yang saya kunjungi (dr.Z***u** SpOg dan dr.N**i* SpOg ). yang saya nyaman adalah dr Z***u**, namun karena beliau umroh sehingga terpaksa ganti dokter N**i* .

Usia 8 bulan janin hanya 2400 gram sehingga harus genjot BB.
ohya saat usia 7 bulan saya terpeleset dari kamar mandi sehingga jatuh terduduk namun tidak keluar cairan apapun, saya priksa ke bidan terdekat dan katanya aman dan masih baik.
saat usia 9 bulan sudah ada keluar cairan kuning seperti keputihan.kata dokter N**i* tinggal menunggu waktu melahirkan dan sudah dibuatkan surat pengantar ke R**

Saat HPL pun tiba 3 Oktober 2015 namun tidak ada sedikitpun tanda2 pembukaan. saya memutuskan untuk periksa ke RS dan belum ada pembukaan. Malah diperiksa ternyata air ketuban saya sudah rembes.dan saya ingat beberapa hari sebelumnya celana dalam saya sering basah saat saya kecapkean. saat itu juga dokter memutuskan untuk segera melakukan SC karena dikhawatirkan ada infeksi di bayi.

Saya lemas….tidak percaya…dan tidak terima keputusan itu. karena selama kehamilan saya melakukan segala upaya untuk bisa melahirkan nyaman, aman dan alami. rutin jalan kaki, rutin yoga di rumah, jaga nutrisi makanan, rajin latihan hypnobirthing dirumah dan ujung-ujungnya harus SC….padahal saya juga udh download aplikasi kontraksi dari bu yesie hehe..
dipikiran saya ingin marah..ingin teriak tidak terima. saya ingin bayi saya lahir tanpa trauma dan nyaman..hanya tetesan air mata saat itu..ini stress pertama saya..

akhirnya dicek darah dan detak jantung janin. Puji Tuhan masih bagus. dan keesokan harinya dijadwalkan SC jam 9 pagi..
masuk ruang SC sangat menakutkan bagi saya karena sangat tidak nyaman. bahkan orang orang yang bertugas pun tidak membuat saya nyaman dan tenang . ini stress kedua saya.

sampai pembiusan 4 kali gagal..saya semakin takut karena sangat sakit saat jarum menusuk tulang belakang saya sangat menyakitkan dan itu terulang sampai 4 kali baru berhasil. Ini Stress ketiga saya..

akhirnya dokterpun melakukan pembedahan. saya sesak nafas,mual, ingin muntah dan batuk. tidak ada satupun tim medis yang membantu atau menenangkan saya. ini stress keempat saya..

bayi saya keluar menangis nyaring..saat inilah smua rasa stress hilang,,namun ini berlangsung beberapa detik saja,.,karena setelah itu bayi saya dibersihkan dan IMD (IMD yang sepertinya hanya simbolisasi, karena hanya beberapa detik diletakkan di dada saya kemudian di angkat begitu saja) ini stress kelima dan stress terbesar saya..

sampai ruang perawatan efek dari obat bius hilang, sehingga rasa sakit datang dan keluarga saya sibuk sendri mengurus tamu dan suami mengurus dokumen yang harus dilengkapi untuk RS. ini stress kesekian kali saya.

baru dua hari saya sanding (berdampingan-red), bayi saya demam tidak turun- turun hingga akhirnya terpaksa harus dipindah diruang perawatan bayi. disitu bayi saya ditusuk tusuk karena diinfus. sungguh hati saya hancur. seperti mau mati rasanya.

saya belajar duduk dan berdiri dengan sakit yg luar biasa..sampai saya bisa menemani bayi saya..dan bayi saya disitu diperlakukan sangat tidak nyaman, tidak damai. perawat melakukan segala tindakan tidak dengan hati. sepertinya mereka melakukan pelayanan hanya sekedar bekerja dan selesai. tanpa melihat bahwa yang di hadapi adalah bayi mungil yang perlu diperlakukan dengan penuh cinta.

IMG-20151005-WA0008

bu bidan. sungguh saya ingin sekali ketemu bu bidan saat itu..

akhirnya bayi saya sehat..satu minggu kemudian kami pulang ke rumah..
dan hal buruk terjadi pada saya,,saya mengalami baby blues,,

saya membenci bayi, suami dan keluarga saya. tiap hari cuma menangis, memarahi semua orang di rumah, sampai ibu saya menangis karena perlakuan saya yang tidak baik dengan beliau.

saya sangat menyesal ,
dan tidak ingin semua ini terluang lagi, dan terjadi dengan ibu ibu yang lain,,

tapi ada satu hal yang sangat membuat saya senang dengan semua kejadian buruk yang saya lalui itu adalah bayi saya lahir dengan BB 3100 gram panjang 49cm perempuan,dan sampai saat ini menjadi bayi yang tenang, pintar, dan bisa diajak kerja sama dengan baik, tidak rewelan, mudah diajak berkomunikasi, semua karna hypnobirthing…sampai teman teman saya dan tetangga tetangga heran kenapa bayi saya tidak begadangan, tidak rewelan, tidak mudah menangis, meski diajak ditempat yang bising, di tempat keramaian.

IMG-20160511-WA0016
Puji Tuhan bu bidan saat ini sudah 7 bulan 1 minggu. baby G,, Pragia Argani Anka (baby Gea)..yang artinya anak perempuan yang kuat dan tangguh..

semoga cerita saya ini bisa menginspirasi ibu2 yang lain bagaimana mempersiapkan kelahiran yang nyaman, aman, dan alami dan pentingnya orang orang disekitar kita memahami bagaimana menjadi pendamping persalinan yang nyaman..

Mohon maaf apabila dalam cerita saya ini ada kata2 yang kurang berkenan ya bu bidan.

saya berharap semakin banyak ibu hamil yang bisa dibantu di bidankita melahirkan nyaman aman dan alami.

semoga anak kedua saya nanti bisa bu bidan bantu..saya berharap bisa melahirkan normal pasca SC..saya kapok dan sangat trauma melahirkan dengan SC..semoga nanti segala urusan praktek bidankita semakin mudah sehingga semakin banyak ibu melairkan di bidankita..amin

Penuh kasih,
Heriska

Aku Mau “Bertumbuh”, Karena Aku Akan Menjadi IBU (Birth Story)

Birth Story

d

Kehamilan tentu menjadi dambaan banyak perempuan di dunia.

Namun bagi saya, proses kehamilan dan kelahiran adalah kodrat perempuan yang paling menakutkan.

Saya sering membayangkan saya menikah dan punya anak, tapi tidak pernah membayangkan bahwa saya akan hamil hanya beberapa bulan setelah menikah. Sebagai perempuan penganut gaya hidup ‘bebas-makan-apapun-yang-penting-kenyang-dan-senang’, tentu beralih ke gaya hidup sehat non-MSG adalah sebuah siksaan tersendiri bagi saya.

Belum lagi harus membiasakan minum vitamin, harus berdamai dengan aneka rasa tidak nyaman saat kehamilan seperti sakit pinggang, sesak nafas, dan memperlambat segala aktivitas demi keamanan janin.

Tak sampai di situ, bayangan horror mengenai proses persalinan dan pasca persalinan yang penuh drama dan air mata jelas menghantui saya. I would prefer to work and being a career woman than dealing with all the pain during pregnancy, but it is impossible, isn’t it? Kodrat tetap kodrat, ladies

Saya akhirnya memutuskan untuk menjalani proses kehamilan pertama ini sesuai pilihan saya, yaitu tetap sehat dan positif tanpa harus mengorbankan kebahagiaan.

Saya mulai rajin makan sayur dan buah yang awalnya jarang sekali saya makan (I am proud to be a carnivore!), saya mulai mengurangi begadang dan tidur pagi, rutin minum vitamin dari dokter, dan mengurangi aktivitas fisik selama trimester awal. Tapi saya juga tidak meninggalkan ‘kebahagiaan’ saya seperti jajan mie ayam dan bakso, ngemil keripik setan dan sambal extra pedas lain, bahkan saya sempat beberapa kali makan mie instan…such a guilty pleasure.

Bahkan tepat di akhir trimester pertama, saya mulai melanjutkan profesi saya sebagai fotografer freelance, yang mewajibkan saya kembali jalan kaki dan berdiri dalam waktu yang lama, naik-turun tangga, terpapar sinar matahari langsung berjam-jam, jungkir balik mencari angle, dan mengedit foto di depan laptop yang tentu tidak pernah sebentar.

Namun, khusus untuk hobi minum kopi dan teh, terpaksa saya jauhi sama sekali karena saya anemia. Susu kehamilan pun akhirnya tidak saya minum karena membuat saya diare.

Hasilnya? Saya justru makin bahagia. Kehamilan pertama yang super lancar tanpa morning sickness sama sekali, tanpa ngidam aneh-aneh, less drama, kenaikan berat badan yang normal, tanpa flek, tanpa bengkak, dan semua tidak seburuk yang saya bayangkan sebelumnya.

Memang, kunci dari kehamilan yang nyaman adalah memberdayakan diri dan stay positive. Jauhi stress dan lingkungan yang negative, tidak bermalas-malasan dan manja.

i

Tapi tentu ada tantangan dalam setiap perjalanan kan? Ya, saya perlu berdamai dengan pengalaman ibu dan kakak perempuan saya mengenai kehamilan dan melahirkan. Ibu saya, entah kenapa, gemar sekali menceritakan betapa melahirkan adalah proses yang menyakitkan.

Betapa melancarkan ASI adalah proses yang penuh derita. Betapa kita tidak bisa berbuat apapun dan hanya bisa berserah diri kepada Tuhan. Mungkin itu terdengar heroik dan membuat ibu saya bangga pada dirinya, dan sukses membuat saya makin keder.

Sedangkan kakak perempuan saya mengalami proses kehamilan dan kelahiran yang (menurut saya) tidak terlalu menyenangkan. Menjelang HPL, ia terkena penyakit Bells Palsy (lumpuh setengah di bagian wajah), dokter memvonis dirinya harus di operasi cesar saat sudah bukaan 9 akibat jantung janin tidak stabil, dan mengalami stress yang berdampak di produksi ASI.

Padahal, kakak saya ini adalah penganut gaya hidup sehat garis keras, anti MSG, pecinta olahraga, dan aktif di milis atau komunitas ibu hamil. Saya masih cukup beruntung tidak melihat langsung kejadian tersebut karena saat itu saya berada di luar kota, tapi tetap saja saya bisa melihat foto dan membaca ceritanya di social media.

Beruntung, saat saya sudah kembali ke Jogja di trimester ketiga, saya memutuskan untuk ikut kelas yoga pre-natal oleh Bidan Kita yang banyak direkomendasikan teman-teman saya. Saya jadi paham apa itu Gentle Birth Balance, hypnobirthing, dan berkenalan dengan banyak ibu hamil yang punya mindset positif dan semangat memberdayakan diri untuk mempersiapkan persalinan dan pasca persalinan yang nyaman.

Gentle Birth bukan tentang melahirkan secara normal maupun cesar, tapi tentang melahirkan dengan lembut dan minim trauma karena sang ibu dan ayah sudah berupaya memberdayakan diri dengan mempelajari segala proses kehamilan hingga persalinan.

Mindset kita menjadi terlatih untuk selalu positif.

Atmosfir positif dan saling mendukung satu sama lain di kelas yoga pre-natal membuat saya semakin optimis menanamkan pada diri saya bahwa proses persalinan tidak sehoror kata orang dan sangat mungkin dinikmati.

Kuncinya: pengendalian dan pemberdayaan diri.

Jangan jadi bumil yang pasif dan pasrah pada tenaga kesehatan. Kita harus memahami setiap konsekuensi dari segala keputusan yang kita ambil. Saya seringkali mem-forward segala informasi dari Laskar Gentle Birth (LGB) kepada suami saya yang berada di Jakarta.

Kami berdua jadi banyak belajar bersama, terutama belajar dari pasangan lain, yang sudah lebih dulu berpengalaman selama proses kehamilan dan persalinan.

Bahkan, saya sudah order suami saya untuk rajin cium-belai-pijat-plusplus dan memotivasi saya ketika proses persalinan tiba (mihihihik…demi oksitosin yang gegap gempita sis!).

c




Oiya, saya juga mendapat buku Gentle Birth Balance dari teman saya dan sangat menyukai isinya yang menekankan bahwa setiap wanita itu berdaya dan sudah dibekali Tuhan dengan segala peralatan tempur yang alami untuk melahirkan secara nyaman.

Ingat, ada lho orang yang melahirkan anak di kebon sendirian dan tetap hidup aman sentosa tanpa intervensi tenaga kesehatan dan obat-obatan. Selain itu, saya mendapat panduan untuk ber-yoga sendiri di rumah (tapi tetap lebih asik yoga bareng LGB daripada sendirian sih, hahaha).

Desain-Depan Desain-Belakang

Sekarang, usia kehamilan saya sudah 37 minggu. Tinggal menunggu hari hingga baby boy kesayangan ini siap untuk melihat dunia. Semoga segala pengalaman kehamilan pertama saya yang positif ini dapat berujung pada proses persalinan yang gentle dan nyaman, serta makin banyak ibu-ibu muda yang memiliki kesadaran untuk memberdayakan dirinya dan pasangannya demi mendapatkan pengalaman melahirkan yang nyaman dan minim trauma.

Akhir kata, terima kasih tak terhingga untuk kakak Pembina Yessie Aprilia beserta tim Bidan Kita atas segala ilmu dan inspirasinya, serta mamah-mamah LGB yang keren bambang dan terus menyuntikkan energy positif satu sama lain untuk melahirkan secara gentle.

Saya tidak akan bisa se-optimis dan se-positif ini tanpa bantuan kalian. God Bless You, all! Laaaffff yaa! :*

Oleh: Intan Agisti

Foto oleh: Satriyo Hanindhito

Birth Trauma Story, Pengalaman Positif Saat Melahirkan

Pengalaman Positif Saat Melahirkan

Slide026

Mengapa saya begitu concern dengan ini?, ya karena pengalaman proses persalinan dan dilahirkan adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup.

Anda bisa saja lupa tentang, apa sarapan Anda sekitar dua hari yang lalu, namun Anda tidak akan lupa “rasa” proses persalinan Anda , bahkan proses saat Anda dilahirkan dahulu.

Jadi akan sayang sekali jika pengalaman persalinan dan kelahiran menjadi pengalaman yang traumatik.

Knowledge is power

ya ini rumusnya:

ketika ilmu pengetahuan kita kurang, maka Trauma bisa saja terjadi seperti di bagan ini:

Slide027

Berbeda dengan ketika kita mempunya pengetahuan dan cukup;

Slide028

dan bagaimana pengalaman persalinan Anda, akan sangat berpengaruh dengan bagaimana persalinan Anda kemudian, bahkan bagaimana persalinan orang orang disekitar Anda, bahkan bagaimana pola asuh Anda nantinya.

berikut ini polanya:

Slide029

Dan pagi ini…kebetulan saya mendapatkan cerita yang menyedihkan dari seorang client. semoga menjadi bahan perenungan bagi kita semua:

ini adalah dokumentasi perbincangan wasap kami:

2016-05-09 20.45.37

02 Mei 2016

Selamat petang Bu Yessie. Mohon maaf saya lancang whatsapp BuBid. Selama ini saya silent reader, namun mempraktekan dan membeli buku Bu Bidan (yang selanjutnya disingkat jadi BuBid-red) untuk lebih tau genttle birth.
Perkenalkan saya Ny. ##E tinggal di Jl. B*nt*l, *u***di**ng***a*.

HPHT: 6 Agustus
Sekarang sudah memasuki 38W+
Dan selama kontrol detak jantung debay normal, posisi juga sudah bagus Bun. Ga sungsang.
•Sejak 23 Maret saya kontrol ke **sk****s M*n*****on setiap 1 minggu sekali. Dengan keluhan kaki bengkak.
BB: 60
TD: 120/80
HB: 9,9
Urine: protein(-) negatif
•12 April
Kaki bengkak
BB: 64
TD:110/70
Urine: protein (-) negatif
•18 April
Kaki bengkak
BB: 66
TD: 120/80
•20 April
Kaki bengkak
BB: 66
TD: 130/100
•25 April
Kaki Bengkak
BB: 67
TD: 130/100
HB: 10,4
Urine: protein(-) negatif
•2 Mei
Kaki bengkak,mata bengkak
BB: 69
TD: 130/100
Hari ini langsung dirujuk ke RSUD BuBid. Ditimbang koq BB jadi 70kg dan TD: 150/100
Dan diberi obat;
1. Promavit
2. Ossoral
3. Nifedipine

Yang membuat saya gundah, seminggu lagi saya harus ke RSUD dan cek darah & urine.
Dan jika TD tinggi harus rawat inap & induksi.

Bubid, adakah solusi yang alami. Dan lebih baik buat saya.
Mengingat posisi janin bagus, saya ga ada keluhan pusing atau nyeri uluh hati.

Atau BuBid ada saran saya bisa menemui Bidan pro GB (GB = Gentle birth -Red) dimana Bun? Yang bisa bersalin menggunakan BPJS mandiri.

Terima kasih berkenan membaca & menjawab Bu. GBU.

============================= pause ================================

singkat cerita, ibu ini akhirnya bersalin, dan kemudian mengalami BIRTH TRAUMA.

berikut ini kisahnya

2016-05-09 19.51.21
05-05-2016
Singkat cerita dari P**ke*m** J**** saya di rujuk ke RS** **r*s***n, belum ada pembukaan, lendir + darah banyak, tensi 160/110, kaki betis bengkak, protein urine +1
Dan bidan selama di ambulan menjelaskan bahwa tindakan induksi hanya bisa dilakukan di RS. Karena dikhawatirkan Tekanan Darah (TD) makin tinggi, demi keselamatan Debay (Adek bayi-red) & saya. Selang infus (obat penurun TD) terasa panas di sekujur tubuh dan kateter dipasang.

Di UGD RSU**, darah dan urine di cek kembali.
TD 180/110
HB 11
Protein urine (-)
Saya dipindah diruang bersalin, 1 ruangan 3 bed dan  sekat tirai plastik.
Diberi obat penurun tensi secara oral, kemudian pukul 20:00 saya diberi obat pacu
Suami saya terus menemani dalam ruangan.
Saya mendengar sebelah-sebelah saya melahirkan dan teriak-teriak kesakitan. Saya tidak bisa tidur.

06-05-2016
Pukul 02:00
Kembali periksa dalam belum ada pembukaan dan diberi obat pacu secara oral kembali.
Saya ga bisa tidur Bu, dengar proses persalinan bergantian, ada 4 orang totalnya selama tanggal 6.
Mereka kesakitan, dan terdengar bidan ada yang ngeplak (memukul dengan keras -red) karena kaki ga mau lemas & b0kong diangkat terus.
Juga terdengar dokter yang melakukan proses induksi, Nada galak dan semena-mena; “Ibu kalo ga mau lemes saya ga bisa kerja, Ibu bantu saya. Ini makin lama makin sakit.”

Sepertinya proses induksi dan vakum ga bisa sekali sedot atau waktu menjahit si Ibu kurang ngangkang atau angkat pantat.
Dan bidan pendamping pun menimpali, ga ngeyem-ngeyem (menenangkan-red)
Dengar semua itu saya makin takut  dan semua apa yg saya pelajari hilang.
Namun suami tetap menghibur, nylamurke…(mengalihkan perhatian -red)

Secara mental saya sudah kalah Bu. 

Pukul 04:00 saya diperiksa dalam lagi bukaan 1
Dan diharapkan pukul 08:00 sudah nambah hingga bukaan 4/5
Bu Bid (Bu Bidan-red), tiap kali pemeriksaan dalam, saya merasa ga nyaman. Belum-belum Sudah merasa perih diluarannya.
Dari tgl 5-6 lebih dari 10x dirogah rogoh aja BuBid. Dan beda-beda orangnya.Kebanyakan Bidan pendamping yang melakukan & co as (Mahasiswa kedokteran-red) cuma mengamati.
Ga nyaman Bu, co as nya cowo.

Dan betul saya sudah pembukaan 4 dan diharapkan tiap 1 jam ke depan nambah 1 pembukaan.
Pukul 11 saya sudah pembukaan 7.
Pukul 12 kurang kata Bidan yang melakukan pemeriksaan dalam, sambil mengunyah makanan “Wes lengkap, yuk dirampungke sisan, ndang bali ngomah” (sudah pembukaan lengkap. ayo segera diselesaikan, agar kita segera kembali kerumah-red)

Ternyata sudah mendekati pergantian shiff.

Saya tidak diberi kesempatan Bu untuk memilih posisi saat gelombang cinta ITU datang. Bahkan mengikuti posisi yang  mereka maupun saya ga boleh pegangan tangan suami.
Suami hanya boleh mengangkat kepala saya hingga dagu bertemu Dada, saya harus mengejan sambil lihat perut.
Itu pun ketika tidak ada kontraksi Bidan merogoh ke dalam sambil berkata bahwa saya bodo (bodoh-red), ga bisa mengejan padahal kepala anak sudah mulai kelihatan

Sambil ngetik ini saya nangis Bu keinget semuanya.

Lalu saya disuruh miring ke kiri memegang betis kaki kanan seperti halnya memeluk guling.
Sangat tidak nyaman posisi ini.
Apalagi betis, pergelangan kaki, telapak kaki bengkak segedhe gaban.
Dan du Bidan pendamping hanya memberi intruksi, boro-boro mapan’ke (membantu mengatur posisi yang bener-red)Bu.
Dan saya kembali dikatain
“Mbae cen raiso ngeden kuwi. Bodo” (mbak nya memang tidak bisa mengejan itu, bodoh dia)
Tanpa aba-aba saya langsung di ditarik kakinya, diplorotin hingga ujung bed.
Kaki disuruh menapak di alat-alat seperti besi diujung bed.
Posisi kaki menekuk,
Suami hanya boleh pegang kepala seperti posisi pertama.
Ini sangat ga nyaman BuBid. Tiap gelombang datang seperti hanya berhenti di tulang ekor.

Saya pun gagal mengejan. Adik bayi ga maju.

Dan kembali dirogoh-rogoh seperti di ongkek-ongkek rasanya. (rogoh = di raup dengan kasar. di ongkel -ongkek = di congkel dengan kasar) oleh dua Bidan
dua co as cewe & cowo yang hanya menonton
Saya merasa ga berdaya, dibuat lemah dan risih dijadikan totonan.
Padahal suami selalu membisikan kata kunci kami, relax ikutin gelombangnya baby no ketemu kita. I love you. Cium kening berkali-kali namun ga mempan.

Saya buyar, semua yang saya pelajari lenyap.

Kalo Ibu tau, kaki saya gemeteran tiap habis mengejan & dirogoh-rogoh

Dan salah satu bidan langsung bilang gini “Wes telp dokter xxx Ben di vacuum. Percuma dewe ngenteni Mbae cen bodo raiso ngeden.” (sudahlah, telp dokter xxx saja agar di vacum, karena percuma kita menunggu, karena memang si mbak ini bodoh gak bisa mengejan)
Saya & suami pun ga ada pilihan lain dan harus tanda Tangan.
Kurang lebih saya menunggu dokter 20 menit. Dan ke dua Bidan bercanda-canda.
Sementara saya miring ke Kiri dan mengejan setiap kontrasi datang.
Malah ngetawain saya? “Ngopo Mba ngeden-ngeden, nek ra kenceng ki rasah ngeden-ngeden” (ngapain mbak mengejan terus, kalau gak kontraksi tidak usah mengejan)

Dokter datang langsung bilang gini
“Kalo yang bukan karet (alat spt kop WC) tapi besi Ada ga. Dari semalam pakai ini lepas-lepas.”
Whatt???
Lalu tanpa basa basi alat masuk,
Sambil dokter menjelaskan ke co as
Menambah kekuatan dari 20 hingga 60 Baru ngomong ke saya, “ikuti aba-aba saya.
Ngeden ketika saya bilang ngeden seperti ke belakang mo eek.”
“Ambil nafas panjang, hembuskan tanpa suara.”
“Usahakan sekali tapi panjang, ingat ya Ibu kalo ga ikuti intruksi saya dan malah jadi lama jangan salahkan saya. Yang kesakitan Ibu bukan saya.”

Saya jengkel Bu, pas aba2 mengejan saya luapkan rasa marah & campur aduk untuk mengejan.
Sekali nafas panjang adik bayi ketangkap dan ditaruh diatas perut saya.
Saya sempat mengelus sambil bicara “anak mama hebat, anak mama pintar”
Dan kembali si Bidan bicara ” anake Pinter ibue ra Pinter. Lemes kakinya buka yang lebar, bokong seleh biar pak dokter bisa selesaikkan jahitanya.” (Anaknya pintar, tapi ibunya tidak. kakinya dilemaskan dan dibuka lebar, bokong diletakkan agar dokter bisa segera menyelesaikan jahitan)
Nyentak Bu, bahasanya blas ga ngeyem-eyem i (sama sekali tidak menenangkan/membuat nyaman-red)

Si dokter,
“Bu lemes, bokong seleh, ojo dikempit. Saya ga bisa kerja, kalo ga nurut kelamaan dan tambah sakit jangan salahkan saya.” (Bokong lemas, bokong di letakkan, jangan di kempit. saya tidak bisa kerja. kalo ga nurut kelamaan dan tambah sakit jangan salahkan saya.)

Saya disorot lampu, kelihatan dokter memasukan alat berbentuk siku stainless.
Setelah ari-ari (plasenta-red) keluar.
Dokter mulai menjahit sambil menjelaskan ke 2 KO as.
Tiap Kali saya kaget atau merasa sakit, reflek angkat bokong.
Dokter bilang “Bu mau nurut ga! Ini ga selesai selesai kerjaan saya.”
Bahkan sebelum menjahit sempat sekalian menawari pasang IUD seperti ini
Bu sekalian pasang IUD ya Ibu kalo punya anak lagi dengan tensi tinggi seperti ini bisa pembuluh darah pecah. Atau baby & Ibu ga selamat.
Suami saya langsung jawab ngga pasang.
Kenapa kita ga diedukasi, tapi malah menawarkan dengan metode menakut2ti.

Setelah semua selesai, saya menggigil sekujur tubuh Bu. Menangis ada hampir 1 jam. Ga Ada pelayanan diberi minum anget atau sekedar air putih. Suami saya keluar beli teh anget. Bayipun ga Ada IMD, lgs ditaruh di kamar terpisah hingga hari ini.

Maafkan Bu kalo bahasa saya kurang berkenan. APA yang saya ceritakan sesuai pengalaman saya. Dan saya berdoa agar tidak Ada yang mengalami lagi.

Tanggal 6-7 saya masih dipasang infus, kateter & o2. Ask belum keluar. Semalam saya ke ruang bayi dan  bayi ngenyot-ngenyot keluar BuBid. Tensi saya sudah normal. Semua selang juga udah di lepas. Semoga saya bisa lekas pulang dan ngedep Adik bayi. Semangat asi ekslusif.

Makasih Bu, setidaknya saya sharing dengan orang yang tepat. Sangat lega sekali.

2016-05-09 11.46.31

===========================  pause ===========================




saat saya mengedit kata kata, memilah dan memilih mana instansi yang saya samarkan (supaya tidak ada pihak yang tersinggung, demi perdamaian), tak terasa air mata ini menetes. dan rasanya…..sangat ingin meluk ibu ini. Satu hal yang saya salut pada ibu ini adalah:

2016-05-09 19.53.38

mereka tidak mau memberikan Susu formula kepada bayinya dan rela berjuang untuk memberikan ASI kepada putri tercintanya.

dan yang membuat saya semakin bersyukur adalah adanya support dari ibu ibu di #laskargentlebirth

yang langsung kirimkan “cinta” mereka.

2016-05-09 21.05.262016-05-09 21.06.342016-05-09 21.07.24

yah….inilah sekelumit kisah nyata di lapangan.

dan saya yakin bukan hanya ibu ini saja yang pernah mengalami Birth Trauma. masih banyak ibu ibu diluar sana yang mengalami cerita cerita yang serupa.

sedih….tapi inilah kenyataannya.

Anda saja seorang ibu mau memberdayakan diri dan belajar lagi…..

Anda saja seorang ibu mau mencari provider yang tepat, mungkin Birth trauma ini tidak akan di alami.

dalam kisah ini, saya tidak akan menyalahkan siapapun. masukan saya secara pribadi :

Bagi Anda para calon Orang Tua:

40 minggu yang disediakan Tuhan bagi kita, bukanlah tanpa maksud. Tuhan mau 40 minggu ini digunakan untuk memberdayakan diri. karena Anda akan berganti status. Anda akan dilahirkan menjadi seorang IBU dan AYAH. sebuah status yang tidak bakalan bisa di revisi. mari berdayakan diri. karena persalinan dan kelahiran itu tentang Anda. bukan tentang tenaga kesehatan. jadi tanggung jawab terbesar ada di pundak Anda.

bagi para teman sejawat (tenaga kesehatan):

saya paham, banyak sekali truma yang ada di pikiran bawah sadar kita. banyak sekali ketakutan. dan saya tahu bahwa Anda tidak sengaja berbuat tidak menyenangkan kepada klien Anda. Namun, alangkah bijaknya apabila kita mulai buka hati, buka pikiran. mari melayani dengan cinta dan kasih.

Proses persalinan dan kelahiran adalah proses yang sakral

dan ini adalah persembahan gambar saya untuk Bunda ***, di Jogja

13124954_10206533950973578_3249548645294902778_n

semoga semakin banyak ibu yang mau memberdayakan diri sehingga tidak perlu mengalami Birth Trauma. sehingga semakin banyak bayi yang lahir dalam cinta kasih dan kedamaian.

salam hangat.

Jenna’s Birth Story

Birth Story

Kebetulan ini adalah kelahiran anak kedua ku. Mungkin sebagian berpikir anak kedua, seharusnya sudah tidak perlu persiapan khusus karena udah pernah serba ngerasain. Tapi tidak bagiku. Aku kenal gentle birth sejak kehamilan Gendhis, which is itu sudah 3 tahun yg lalu. Aku dan suami sudah pernah belajar hypnobirthing, relaksasi, dan bahkan aku sudah kenal prenatal yoga sejak kehamilan Gendhis umur 15 minggu.

Tahapan aku belajar memberdayakan diri inilah yg mempertemukan aku dengan Bidan Yesie. Proses persalinan Gendhis 2,5 tahun lalu berjalan lancar, proses lumayan cepat, tapi aku tetap merasa ada yg kurang. Pasca lahiran aku mengalami baby blues, dan asi ku pun juga sempet seret di minggu pertama kehidupannya. Aku menyadari satu hal, ada yang belum aku kuasai secara baik disini yaitu PENGENDALIAN DIRI.

Lahir Nyaman Minim Trauma

Sampe akhirnya aku dikasih kesempatan Tuhan untuk hamil anak kedua disaat Gendhis berumur 21 bulan, aku bener-bener tidak mau menyiakan kesempatan kedua untuk belajar dengan lebih serius lagi.

Umur kehamilan 20 minggu, aku udah mulai ikut kelas yoga lagi. Bidan Yesie sampe kaget?

“Weh? Udah hamil lagi mbak? “ Hehehe.  Sempet absen beberapa minggu saat menginjak usia kehamilan 30 minggu karena ada urusan mendaftarkan Gendhis ke sekolah dan sempat opname karena maag akut.

Sampe akhirnya mulai rajin lagi berangkat kelas yoga setiap hari selasa, dan tiba-tiba diinvite sama Bidan Yesie ke grup yg tadinya bernama Prenatal Gentle Yoga. Tapi kelamaan grup ini makin berkembang baik. Berisi ibu-ibu hamil cerdas yg benar-benar ingin memberdayakan diri dan membuka diri selebar-lebarnya untuk masuknya ilmu, khususnya dari kakak pembina Bidan Yesie, hehe.

Lama kelamaan grup ini berjalan solid, saling mendukung dan mendoakan jika ada salah satu anggota yg sedang mengalami proses persalinan. Bentuk obrolan kita pun macam-macam dari yg serius sampai yg gak penting sekalipun, kita sudah seperti saudara dekat padahal tidak sedikit diantara kami yg belum pernah bertatap muka sama sekali.

Bahkan yg tidak disangka sama sekali, gak tahu gimana awalnya tahu-tahu saya jadi bu ketua ajaa gitu di grup yang belum lama ini mengukuhkan identitas baru sebagai Laskar Gentle Birth (LGB), yg makin kesini makin semangat menyebarkan cinta dan ilmu yg bermanfaat ke ibu hamil lainnya. It’s a bless for me. 

Desain-Depan Desain-Belakang

Dirumah pun aku juga gak berhenti bergerak, selalu berusaha untuk tetap yoga dua kali sehari, selain selalu ikut kelasnya setiap minggu. Sejak umur 32 minggu aku pun juga udah rajin pelvic rocking diatas gymball, ini persis yang saya lakukan juga di kehamilan Gendhis dulu. Gerakan ini terbukti merangsang bayi untuk cepat masuk panggul.

Hari Perkiraan lahir (Hpl) saya 30 April 2016. Namun beberapa minggu sebelumnya saya sudah punya feeling, kayanya nih anak bakalan lahir maju sebelum hpl. Lha kok ndilalah, pas uk 36 minggu dia menunjukkan kenaikan bb yg sangat signifikan.. Jd afirmasi terus ku tambah : “kalo bisa lahirmu maju dari hpl aja ya dek” krn takutnya kegedhean di dalem.

Dan karena aku tahu betul aku susah kalo disuruh diet, lha wong gak usah diet aja udah naik 8 kg selama hamil. Alhasil dari umur 37 minggu, aku udah mulai melakukan induksi alami. Dari makan nanas, kiwi, jus jeruk sunkist, beli aromaterapi jasmine, sampe making love dengan suami pas dia cuti sebelum lahiran kemarin hehehe. Tapi hasilnya masih nihil sampe usia 38 minggu lebih dia masih anteng. Oh, berarti dia emang belum mau keluar kali kupikir. Sampe waktunya kontrol, aku udah deg-degan kira-kira berapa bb si adek sekarang ya. Dan voila, hasil kontrol mengejutkan. Bb si adek gak naik sama sekali.. Tetap 3,2 kg, dan aku malah turun 1 kg. Yippie, brarti afirmasi selama ini berhasil. Jadi agak nyantai waktu itu, menyerahkan waktu kapan lahir sepenuhnya ke Tuhan dan si adek.

Satu minggu berlalu, di umur 39 minggu dia masih anteng aja. Sempet dibuat baper (Bawa Perasaan-red) berkali-kali karena intensnya kontraksi palsu yg dirasakan, tapi akhirnya selalu berujung kalo dibawa tidur blassss ilang. Akhirnya saking gemesnya, pengen nyoba induksi alami yg agak ekstrim dan diyakini manjur sekali untuk memancing kontraksi alami. Aku beli castor oil via online dan merencanakan berangkat ke Bidan Kita (BK) untuk akupuntur dan moxa.

Castor oil udah dateng, tapi malah dapat kabar kalo suami ada kerjaan ke Palembang sampe 3 hari, baiklah kutunda sajalah minum castor oil dan berangkat ke  Bidan Kita nya. Suami udah balik ke Samarinda, akhirnya aku mulai minum castor oil yg rasanya ampun-ampunan gak ada enak-enaknya itu. Pertama kali minum, langsung kerasa konspal yg hampir mirip sama kontraksi asli.. Udah geer, ternyata bener php (pemberi harapan palsu-red) lagi si doski, dipake tidur blass ilang lagi. Menginjak umur kehamilan 39 minggu lebih akhirnya aku putuskan ke Bidan Kita untuk melakukan akupuntur dan moxa, waktu itu tanggal 24 April 2016. Malemnya lanjut minum castor. Paginya langsung ngompol cairan lumayan banyak, cek pake kertas lakmus aman, bukan air ketuban. Cairan selalu keluar kalo dipake kegiatan agak berat dan Kontraksi Palsu (konspal -red) agak sering.

Sampai akhirnya malam selasa tanggal 25 April 2016, karena saking gemesnya sering di php-in, tapi juga dibuat yakin kayanya gak lama lagi nih, soalnya cairan vagina udah sangat banyak yang keluar. Aku coba untuk minta izin sama suami buat selasa pagi tetap berangkat yoga, siapa tahu abis itu langsung dapet tanda cinta. Eh, ternyata tidak dibolehin suami, bahkan udah gak boleh nyetir sendiri lagi. Dia takut, nanti kalo kebrojolan di mobil gimana? “Orang udah ngompol cairan trus gitu kok.”– katanya.

Selasa 26 April 2016, aku udah manut gak berangkat yoga, padahal pengen banget huhuhu karena tahu nanti bakalan kangen banget yoga tiap hari selasa. Pagi hari seperti biasa anter Gendhis sekolah, balik kerumah, kok ngompolnya makin banyak dan kerasa, bahkan semalaman gak berhenti netes. Finally, jam 9 pagi kontraksi makin teratur dan terasa, keluarlah bloody show (flek) yg selama ini ditunggu-tunggu.

Langsung ambil hape, telp suami, aku suruh cari tiket terdekat dan pulang hari itu juga. Dapet tiket jam 6 sore. Oke, selama nunggu, aku pun masih santai, gak mau terlalu ngoyo bergerak karena suami dateng juga masih lama, lebih ayem kalo suami udah sampe rumah soalnya. Jadi yaa cuma bergerak biasa, nyiapin hospital bag yang masih ada beberapa barang yang belum dimasukkan, bikin nugget si kakak buat bekal sekolah besok kalo pas ditinggal ke RS, mandi, nonton tv, dengerin lagu di list Birth Song biar tetep rileks. Sampe akhirnya kontraksi makin teratur tapi rasanya masih smooth dan nyaman, yg dirasakan hanya mulas ringan disertai kenceng-kenceng. Jam 13.00 waktunya jemput Gendhis dari sekolah, rencana mau mampir bidan deket rumah dulu, cek pembukaan. Sampe di bidan, ternyata udah bukaan 1 longgar. Lanjut jemput Gendhis, masih mampir atm dan beli nanas dulu.

Rencana awal adalah saya akan tetap dirumah sampe suami datang, dan menunggu kontraksi makin intens baru berangkat ke Jogja International Hospital (JIH). Jadwal cek pemeriksaan dalam (Vaginal toucher/vt) lagi jam 17.00, cairan masih saja keluar, iseng cek pake kertas lakmus eh lha kok berubah warna jadi biru? Fixed, ketubanku sudah rembes ternyata, gak tahu pasti sedari kapan. Alhasil gak bisa nunggu sampe jam 5 dan gak sempet nunggu suami dateng, aku berangkat ke JIH duluan. Gak lupa dong, ngalis dan ngelipen dulu, foto selfienya keburu di tunggu sama bu ibuk LGB hahahaha.

Sampe ke IGD emergency JIH, masih bisa jalan sendiri, jujur outfitku malah kaya orang mau hangout, bukan lahiran, dress selutut, make up on. Sampe ke administrasi dan selesai daftar aku disuruh bawa pasien yang mau diperiksain ke ruang IGD. Mereka kaget saat aku bilang kalo pasiennya aku sendiri, dan aku kesini karena mau lahiran. Terlihat dari raut muka mereka yang shock dan heran. Sumpah kalo inget ini aku ngakak sendiri, hehe.

Sampe di bilik IGD, ditanya kalo udah merasakan kontraksi belum, aku jawab sudah dan ketuban saya jg udah pecah dok, mereka makin heran krn aku masih bisa jalan-jalan sendiri cari toilet hehe. Selesai di observasi, aku dibawa ke lantai 3 ke ruang bersalin untuk di cek CTG (rekam jantung) dan di vt lagi sama dr Adi (Nurhadi Rahman SPOG). Detak jantung adek bagus, tapi kontraksi belum terlalu kuat. Pembukaan masih 1 menuju ke 2. Setelah pemeriksaan selesai, saya disuruh pilih kamar dan mengurusnya ke administrasi. Sampe ke luar ruang bersalin lho kok mama sama Gendhis gak ada, ya mau gak mau aku ngurus kamar ke administrasi sendiri. Iya ini orang mau lahiran agak sedheng, masih aja ngurus apa-apa sendiri.

Sampe ke kamar perawatan, masih bisa sante. Sambil ditemenin Gendhis yg ikutan excited tahu adeknya mau lahir. Sambil nunggu suami, jam 19.00 kok belum dateng-dateng. Sembari ngobrol sama yg nginep di sebelah, abis lahiran juga sama dr. Adi.

Dia heran, “saya kira belum mau lahiran mbak, kok masih seger banget.” katanya Dan ibunya si mbak ini nyaut, “anak saya masuk sini itu udah teriak-teriak kesakitan.” Aku cuma senyum simpul.

Jam 19.30 akhirnya suami dateng juga dari bandara. Gak selang berapa lama, Gendhis pulang juga sama eyangnya karena besok tetap masuk sekolah. Sehabis Gendhis pulang, aku sempet nge-go food nasi goreng kambing, Gym ball-an, makan nanas, dan bercumbu, iya bercumbu memancing hormon oksitosin alami yg dapat terus merangsang kontraksi berjalan maju. Hasilnya kenceng kenceng mulai teratur sih, tapi saya dan suami malah bisa tidur pules sampai esok paginya. Iya pembukaan dua, saya masih bisa tidur nyenyak seperti tidak merasakan apa-apa.

Pagi harinya, tgl 27 April 2016, jam 7 pagi saya di vt dan sekaligus di visit oleh dr. Adi, masih tetap pembukaan 2. Akhirnya beliau memutuskan untuk memberikan saya obat penipis mulut rahim untuk memancing kontraksi yang lebih kuat agar pembukaan jg cepet majunya, dengan dosis yang sangat ringan tentunya. Saya nyuruh suami saya ke supermarket terdekat untuk beli jus nanas dan kurma. Sebelumnya, suami udah bantu untuk melakukan side lying release, endorphin dan oksitosin massage. Selama ditinggal ke supermarket dan cari sarapan, aku tetap melakukan pelvic rocking diatas gymball, aku pikir aman karena ketubanku masih sebatas rembes, belum mak pyok. Selesai main gymball, pas mau sarapan eh ketubanku bener-bener pecah dan itu terasa sekali. Langsung telp suami suruh cepet-cepet balik karena tahu saya udah gak bisa banyak bergerak lagi.

Kontraksi makin menguat dengan interval yg makin dekat. Jam 13.00 coba di vt lagi sama bidan, pembukaan 3. Setelah vt, kontraksi makin terasa, dan air ketuban yg keluar setiap kontraksi juga makin banyak yang keluar, persis kaya air terjun. Setiap gelombang cinta hadir, malah bukan saya yang dielus-elus suami, tapi saya yang slalu mencari punggung tangan atau pundaknya untuk kubelai dengan lembut. Aku gak mau nyakitin dia dengan menambahi mencakar atau bahkan ada yang mau lahiran tapi malah kaya lagi KDRT 😂.

Untuk mengganti air ketuban yg keluar, gak berhenti minum kangen water dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Tiap kontraksi kuat datang, sudah otomatis untuk ambil napas perut, masuk lewat hidung dan jg keluar lewat hidung bukan mulut, untuk menghemat tenaga. Tidak lupa untuk terus visualisasi semakin kontraksi menguat semakin serviks terbuka dengan mudahnya, selain itu aku dan suami juga terus ngobrol sama adek supaya bisa bantu mamanya untuk cari jalan keluar.

Pukul 16.00, kontraksi makin menguat, kali ini sudah disertai rasa menggigil padahal badan sedang berkeringat, air ketuban yang keluar sudah tidak sebanyak sebelumnya karena bidan sudah mengubah posisi bed tempat tidur supaya kaki lebih tinggi daripada badanku, jadi keluarnya air ketuban bisa diminimalisir.

Sedari jam 16.00 aku sudah minta suami panggilkan bidan biar aku di cek vt lagi, karena rasanya pembukaan sudah hampir lengkap. Maksudku juga untuk bisa kasih waktu dr. Adi untuk menuju ke RS, ya kalo bisa sih bisa sempet ditangani beliau. Tapi sebelnya mereka gak ada yg percaya kalo rasanya udah disertai rasa pengen pup dan mengejan. Gemesnya, aku tetap disuruh nunggu sampe jam 17.00 saat dr. Adi visit lagi.

Tapi yang bener ajaaa dongdangdingdong… Aku udah pernah ngerasain ini dan feelingku udah bilang bentar lg mbrojol! Alhasil, jam 16.15 aku udah gak tahan lagi, suami aku paksa panggil bidan, dan beneran dooong pas bidan senior yg ngecek (cuma dengan membuka selimutku, kebetulan posisiku badan miring ke kiri, saat kontraksi datang refleks membuka paha) ternyata sudah pembukaan LENGKAP. Langsung lah aku digledek se bed-bednya ke ruang bersalin tanpa babibu, super ekspress, padahal bidan yg lagi nggledek aku sedang hamil tua, kasian kan jadinya. Tersangka utama tetep suami sih, gak percayaan banget sama istrinya 😒 dalam hati tuh kaaan bener, kejadian lagi, karena Gendhis dulu aku juga digledek ke ruang bersalin dengan terburu-buru karena pembukaan sudah diatas 8.

Sampai ke ruang bersalin, semua bidan heboh dan menyiapkan segala sesuatunya dengan ekspress, dr. Adi di telpon alhamdulilah katanya sudah di parkiran.. Dan disuruhlah beliau lari sama bidan kesini karena kepala si adek sudah crowning. Suami gak berhenti ngelus-ngelus dahiku sambil sesekali kita berciuman, iya di ruang bersalin kita masih sempat ciuman, gak perduli apa kata bidan disana, toh kayanya mereka jg gak ngeh saking sibuknya, hehe. Kontraksi makin kuat sampai terpaksa bidan memasangkan oksigen supaya bisa membantuku mengambil udara dan tenaga untuk jalan lahir bayiku. Tapi disaat momen romantis ini, namanya jg istri sedheng, sempet-sempetnya aku berpesan.. “Kalo mau ngelus-ngelus dahiku jangan sampai kena alis ya pa..” Ada 1 bidan denger dan ketawa sejadi-jadinya 😂😂😂

Akhirnya gak lama, dr. Adi masuk ke ruang bersalin dengan tergopoh-gopoh, langsung pake baju steril dan memakai sarung tangan sambil bilang.. “Yuk, tinggal ngeden aja nih..” Kontraksi paling besar akhirnya muncul, disertai desahan, auman dan ekspresi lega serta semangat, dua kali ngeden aja.. Dan lahirlah putri keduaku, Kanani Jenna Mahendra dengan sangat tenang dan gentle pada tanggal 27 April 2016, pukul 16.35. Yup, hanya butuh waktu kurang dari 15 menit untuk melahirkan Jenna.

Tidak perlu adanya episiotomi, dan katanya cuma lecet dikit, akhirnya tetap dijahit 1. Padahal pas imd berlangsung dan tanya ke bidan Jenna beratnya 3,4 kg, lumayan gedhe juga. Di saat itulah saya sadar, afirmasi perineum utuh yg saya panjatkan tiap hari akibat ketidakmampuan diet dan bb bayi sudah terlanjur besar terwujud dengan sangat baik. Jangan sepelekan pentingnya afirmasi positif dan komunikasi yg baik dengan bayi dan tubuhmu, karena nantinya kau akan terkejut apa yg mereka bisa perbuat untuk membantumu.

IMD berlangsung lancar, Jenna juga langsung pandai mencari puting mamanya, walaupun tidak berhasil menggapainya. Bahagia dan lega sekali rasanya. Alis tetap on pas difoto sama suami, walaupun gak sempet touch up lippen karena diharuskan minum terus sepanjang kontraksi berlangsung

IMG_5665

 

Saya benar-benar membuktikannya bagaimana kekuatan napas perut yg benar dan dalam, pengendalian diri yg kuat adalah kunci dari semua keberhasilan saya hari itu. Aku tahu tubuh dan bayiku sudah siap, aku merasa aku connect sekali dangan tubuh dan bayiku sehingga apapun perasaan yg timbul selama proses persalinan berlangsung itu adalah wujud komunikasi dan kerjasama kami yg baik untuk mewujudkan persalinan yg aman, nyaman dan gentle.

IMG_5667

Mengapa pengendalian diri itu penting, karena inilah bedanya persalinanku yg pertama dengan yg kedua. Dimana di persalinan pertama pengendalian diriku masih ecek-ecek. Emosi negatif masih dibiarkan mampir saat proses persalinan terjadi. Koneksi antara tubuh, dan bayiku masih belum sesempurna sekarang. Aku merasakan perbedaan yg sangat jauh di kedua proses ini. Hasilnya pun juga sangat mengejutkan, badan dan pikiranku terasa bugar sekali meskipun baru beberapa jam setelah melahirkan, tidak seperti ibu lain yg setelah melahirkan pasti merasa loyo sekali.

 

Aku langsung bisa duduk dengan posisi sesuka hati karena minimnya jahitan di perineumku. Aku bisa bilang abis melahirkan adalah nikmat. Apalagi bisa melihat bayi cantikku yang mempunyai pembawaan tenang sekali, kalem, gak rewel, nangis kalo cuma kalo lagi haus dan sedang pipis atau pup. Gak pernah ngajakin begadang yg sampe bikin lemes ngantuk seharian, menyenangkan skali pokoknya. Asi jg sangat lancar, di hari ketiga bahkan saya sempat mengalami oversupply, dimana ini tidak saya rasakan di kelahiran Gendhis. Sekali lagi, bayi yang dilahirkan dengan tenang dan penuh kesadaran juga pastinya mempunyai hasil yg berbeda.

IMG_5527

Terakhir kali, aku ingin mengucapkan terimakasih ke beberapa pihak yg telah menjadi bagian dari proses berjalannya cerita dan pengalaman indah ini:

Suami saya tercinta, terimakasih telah menjadi partner yg tidak hanya suportif tapi juga selalu mengingatkan agar saya tetap semangat dan on track untuk mewujudkan gentle birth.

Dr. M. Nurhadi Rahman, SpOG yg telah menjadi nakes yang luar biasa sabar, telaten dan suportif membantu saya dalam mewujudkan persalinan yg indah, nyaman dan aman di kedua anak saya. Saya benar-benar merekomendasikan beliau bagi ibu hamil yg ingin mengalami proses persalinan yg aman, nyaman dan pro gentle birth.

Bidan Yesie Aprillia, sebagai wanita dan nakes yg sangat menginspirasi saya bahwa ibu hamil itu harus cerdas dan mau memberdayakan diri, yg telah mengubah persepsi saya bahwa kehamilan dan proses persalinan itu bisa berjalan sangat indah dan jauh dari kata trauma. Semoga pahala dan berkah yg baik selalu menyertaimu mbak. Sekali lagi terimakasih untuk ilmu dan supportnya selama ini.

Ibuk-ibuk di Laskar Gentle Birth (LGB) yg tentunya tidak muat aku tuliskan namanya satu persatu disini. Terimakasih untuk supportnya, guyonannya, remindernya untuk aku harus selalu ingat ngalis 😅hingga saat proses kontraksi berjalan aku masih sempat ngobrol dengan kalian. Percaya atau tidak setiap gelombang cinta datang, yg terbayang wajah kalian sambil bilang “Lemesin aja tsayyy…” 

Dan untuk para ibu hamil lainnya. Jujur aku merasa feel blessed, mungkin gak banyak ibu hamil yg bisa merasakan kenyamanan dan kelancaran di semua proses kelahiran anaknya. Tapi aku yg menjadi salah satunya, mengajak semua ibu hamil, serius..

Berdayakanlah dirimu,belajarlah. Karena proses kelahiran yg indah dan nyaman bukan sesuatu yg mustahil untuk diwujudkan, Namun sesuatu yg memang harus dicapai dengan sepenuh hati.

Karena gentle birth bukan tentang persalinan normal atau caesar, gentle birth adalah sebuah proses bertumbuh dan belajar tidak hanya bagi sang ibu tapi juga untuk sang ayah dan bayi itu sendiri.

Karena sekali lagi, udah gak jaman sekarang hamil asal hamil aja, lahiran asal lahiran aja, tanpa kita tahu apa saja yg mungkin terjadi apabila kita sepenuhnya pasrah kepada nakes dan provider.

Sekian dari cerpen saya yg panjang ini, semangaaat yaa buibuk yg sedang belajar memberdayakan diri, proses tidak akan mengkhianati hasil dan hasil yg akan indah pada waktunya tidak akan pernah kau sesali.

13071870_10206465285376981_1055777629170124802_o

Gentle Birth Balance Private Class Session

Private Class

12957504_10206355636195820_7429866668610756710_o

Kebutuhan akan kenyamanan selama masa kehamilan dan saat melahirkan semakin meningkat. dan kesadaran para ibu akan pentingny pemberdayaan diri dan pentingnya pengalaman persalinan dan kelahiran yang nyaman, minim bahkan bebas trauma membuat semakin banyak ibu yang ingin berusaha memberdayakan diri.

banyak sekali klien di Bidan Kita yang membuktikan manfaat mengikuti kelas Gentle Birth Balance. baik workshop yang kami adakan, maupun kelas privat di Bidan Kita.

dan untuk saat ini saya melayani kelas Privat di beberapa kota , namun ini sangat tentative. biasanya berbarengan dengan saat ada event seminar atau pelatihan saya di luar kota.




dan ini adalah gambaran kelas Privat saat bersama Chua (Bassis Band Kotak)

20160423_132527_1461647299896

 

IMG-20160423-WA0019_1461647299245

doa dan harapan kami semoga Chua dan keluarga semakin siap sambut buah hati

So…nantikan di Kota Anda.

Info follow @bidankita