Bidan Kita

Home Blog Page 55

“Cascade” Intervensi dalam Persalinan

Apakah “cascade intervensi?”

Banyak hal dalam hidup yang memiliki saling keterhubungan atau saling keterkaitan atau bahkan saling berantai. Begitupula sebuah intervensi dalam persalinan. Tanpa disadarai mereka mungkin emmiliki efek yang diinginkan namun kadang juga memiliki efek yang tidak diinginkan yang akhirnya menimbulkan masalah baru yang ternyata harus diselesaikan dengan intervensi lain yang mungkin berakhir dengan intervensi lain lagi ketika ternyata intervensi yang digunakan untuk mengatasi masalah sebelumnya ada efek samping yang tidak diinginkan pula dan begitu seterusnya.

 

Artinya ketika ada sesuatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi dalam sebuah persalinan atau ada masalah dalam persalinan maka seringkali sebuah masalah “di selesaikan” dengan intervensi lebih lanjut, yang pada gilirannya ternyata justru menciptakan lebih banyak masalah. Nah Rantai peristiwa ini disebut sebagai “Cascade Intervensi.”

Banyak sekali pasangan suami istri yang tidak menyadari bahwa intervensi rutin banyak dapat menyebabkan pengalaman yang tidak direncanakan dan efek samping yang tidak diinginkan.ÂBiasanya ini terjadi karena kekurang tahuan, ketidak siapan dan kurannya informasi yang jelas dan jujur ketika hendak dilakukan intervensi dalam persalinan.

Berikut ini adalah contoh nyata yang terjadi dalam persalinan berdasarkan dari cerita Klien saya di Bidan Kita yang sharing tentang pengalaman persalinannya pada anak pertamanya 20 bulan yang lalu.

” Sebut saja Ny.A. beliau saat itu berumur 24 th, hamil anak pertama dan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan sangatlah minim. Ketika hari H persalinannya Ny A mengalami flek dan kontraksi seperti layaknya proses persalinan biasa, karena panik dan takut juga karena merasa kesakitan akhirnya Ny A masuk ke RS dan begitu sampai di RS dan di lakukan pemeriksaan dalam ternyata Ny A sudah mengalami pembukaan 2 cm. Saat itu karena jarak anatara RS dengan rumah dekat dan kontraksi belum teratur maka Ny A meminta untuk pulang ke rumah dahulu dan mempersiapkan semua perlengkapan, namun pihak RS melarangnya dan mengharuskan Ny A untuk tetap tinggal di RS. Setengah jam kemudian Ny A diberikan Infus, karena ketidaktahuan ya akhirnya Ny A menerima begitu saja dan mengira bahwa ini adalah prosedur yang memang harus dilakukan pada setiap ibu yang hendak melahirkan. Nah setelah 4 jam berlalu dokter datang dan melakukan pemeriksaan dalam ulang pembukaan sudah 6 cm dan kemudian sang dokter melakukan pemecahan ketuban lalu melarang Ny A untuk beraktifitas, karena ketuban sudah dipecahkan dan saat itu Ny A juga berfikir positif saja karena Ny A mengira memang kalau mau bersalin harus diperlakuakn demikian. Karena kontraksi semakin kuat dan ada pembatasan gerak, maka Ny A semakin merasakan sakit yang luar bisasa setiap kali ada kontraksi, dan 3 jam kemudian Ny A merasa kelelahan dan ingin menyerah. Semakin cemas dan khawatir akhirnya dokter melakukan pemeriksaan dalam ulang dan ternyata tidak ada kemajuan pembukaan, lalu dokter melakukan CTG dan ternyata ada deselerasi detak jantung bayi dan detak jantung bayi semakin melemah ketika ada kontraksi, gerakannyapun dirasakan berkurang oleh Ny A.

Karena kondisi tersebut, Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan SC dengan alasan kondisi kesejahteraan janin yang menurun. Karena ketidaktahuan maka Ny A dengan rela hati pasrah dengan semua keputusan dokter tersebut.

Nah dari cerita Klien Bidan Kita di atas tadi kita tahu bahwa karena ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan yang dipunyai ibu dan ayah, maka mereka dengan mudah menerima semua intervensi tanpa mempertimbangkan efek amping dan resiko yang bisa saja menyertai.

Berikut ini beberapa praktik intervensi dalam persalinan yang dapat menyebabkan Cascade intervensi meliputi:

1. menggunakan berbagai obat untuk menginduksi persalinan

2. melakukan pemecahan air ketuban sebelum dan selama proses persalinan

3. menggunakan oksitosin sintetis untuk mempercepat proses persalinan

4. memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakit

5. menggunakan posisi berbaring untuk melahirkan.

6. Pembatasan gerak dan pembatasan pemilihan posisi selama proses persalinan

Latihan Kegel / latihan memperkuat sphincter (otot dasar panggul)

0

Apakah Latihan Kegel?(Kegel Exercise / latihan memperkuat sphincter (otot dasar panggul))

 

Tujuan dari latihan Kegel adalah untuk memperkuat otot dengan memperkuat otot dasar panggul. Pada tahun 1948, Dr Arnold Kegel, spesialis OB / GYN mulai menggunakan latihan ini untuk menyembuhkan pasien yang menderita inkontinensia urin. Dr Kegel berusaha untuk mengembangkan beragam latihan untuk otot panggul wanita yang terluka karena melahirkan atau inkontinensia, tapi latihan ini tidak mencapai hasil yang diharapkan karena sebagian besar pasien tidak menemukan letak dimana otot itu persis berada. Untuk itu, pada masa itu, Latihan Kegel tidak menjadi pusat perhatian publik tapi setelah itu, fakta bahwa latihan Kegel juga dapat meningkatkan kepuasan seksual menjadi pengetahuan publik dan latihan telah menyebar sebagai metode untuk meningkatkan fungsi seksual.

Posisi otot dasar panggul

Sphincter terletak di beberapa bagian tubuh kita: antara perut dan kerongkongan yang usus besar dan usus kecil. Ini memainkan peran untuk mencegah terjadinya refluks. Otot dasar panggul adalah salah satu sfingter dan merupakan otot yang didistribusikan di sekitar anus, vagina, dan uretra dalam bentuk angka “8”

Fungsi otot dasar panggul

1. Seperti otot perut disebut Core merupakan sebuah otot penting yang mendukung tubuh kita, sehingga otot dasar panggul mampu menopang berat didaerah panggul? khususnya, rahim, kandung kemih, dan organ internal.

2. peran sfingter Ini mengontrol pergerakan usus dan gerakan kandung kemih. Pada saat keluar air seni, sebagian otot dasar panggul di sekitar uretra menjadi santai, tegangan otot sangat rendah sehingga bisa buang air kecil dengan lancar. Pada saat yang sama, otot dasar panggul di sekitar anus membuat tegangan seperti itu sehingga untuk mencegah tinja keluar saat buang air kecil.

3. Dalam hal berhubungan seks, otot dasar panggul membuat tegangan seperti itu sehingga mencegah tinja atau urin keluar dan membantu untuk mencapai orgasme dengan mudah.

4. Hal ini memainkan peran penting ketika memimpin relaksasi saat melahirkan sehingga melahirkan menjadi lebih mudah.

Masalah otot dasar panggul yang berhubungan dengan melahirkan

Dalam hal bahwa otot dasar panggul sudah kendor dan menggantung karena beratnya hasil konsepsi selama periode kehamilan, gejala inkontinensia urin dapat terjadi. Dalam hal bahwa otot dasar panggul sudah kendur akibat kehamilan dan persalinan yang berulang, mungkin terjadi gejala inkontinensia urin dan menurunkan fungsi seksual Melemahnya otot panggul akibat kehamilan dan persalinan terjadi pada sebagian besar perempuan, khususnya melemahnya kekuatan kontraktil dalam otot vagina dan cedera nervimuscular saja.

Kisah GentleBirth , HomeBirth & Waterbirth Baby JALU

Ting!!

Hamil dan melahirkan adalah hal yang jarang terbesit dalam pikiran saya sebagai wanita. Meskipun sudah tiga tahun menikah, tapi kami tidak benar-benar merencanakan kehamilan. Hingga akhirnya saya mendapati diri saya hamil. Baru saya sadari bahwa saya tidak tahu apapun tentang kehamilan dan persalinan. Sementara saya dan suami tinggal jauh dari orang tua. Akhirnya, seperti banyak pasangan muda lainnya, “mbah google” menjadi sahabat setia kami dalam setiap pertanyaan seputar kehamilan.

Masa awal kehamilan saya yang bebas hambatan-karena tidak mengalami mual,muntah,nyidam dll- adalah sebuah anugerah. Itu sebabnya suami sering lupa kalau saya sedang hamil..hehe.. Bahkan saya dan suami sempat traveling bareng temen-temen kantor ke Karimun Jawa saat usia kandungan saya 13 minggu. Kondisi hamil muda yang “tanpa kisah”membuat saya menjadi sangat fokus pada rencana persalinan sejak usia kandungan saya masih berumur belasan minggu. Awalnya saya dan suami belum memiliki gambaran tentang persalinan seperti apa yang ingin kami jalani, tetapi jika diminta berkhayal, saya sangat mendambakan proses persalinan seindah pengalaman waterbirth Oppie Andaresta, karena jujur, saya tipe orang yang takut sakit..hehe..

Meskipun sempat pesimis dengan dugaan tentang betapa mahalnya waterbirth di Indonesia dan minimnya nakes yang menguasai “ilmu air” tersebut, saya tetap berusaha bertanya pada “mbah google” andalan saya. Sampai akhirnya penelusuran saya tertaut pada artikel “kisah kelahiran Atisha Prajna Tiara” di website gentlebirthindonesia.com. Pada saat yang bersamaan di tab yang berbeda, saya mendapat alamat email bidan Yesie, seorang praktisi gentle birth, lewat sebuah komentar bubid di sebuah blog (saya lupa alamatnya).

Ting!! Seketika itu juga anggapan saya tentang waterbirth berubah. Selain waterbirth menjadi hal yang lebih “mungkin” untuk saya alami, saya juga menemukan esensi baru tentang konsep “melahirkan” yang bukan sekedar “di air”.

Perjodohan saya dengan konsep “Gentle birth” lewat penelusuran virtual ini layaknya bola salju. Terus menggelinding dan memperbesar niat dan pengetahuan saya akan proses persalinan yang lembut dan indah. Dan entah bagaimana, Tuhan seperti telah menjodohkan saya dan bayi saya dengan bubid Yesie yang tulisannya tentang gentle birth di websitenya hampir selalu jadi bacaan harian saya. Bahkan secara tidak sengaja, saya mendapat pinjaman buku “Siapa Bilang Melahirkan Itu Sakit” plus CD relaksasi yang ternyata karya bu Yesie.

Sejak itu, masa kehamilan saya dipenuhi oleh “virus” gentle birth. Apalagi sejak bergabung dengan grup GBUS, info seputar gentle birth menjadi hal yang sangat mudah didapat. Artikel, video, dan testimony seputar gentle birth menjadi bahan diskusi saya dan suami sehari-hari.

Love& Support

Sejak awal komunikasi saya dengan bubid Yesie via email, saya sudah membayangkan home-water birth. Mengingat tempat tinggal saya di Jogja tidak memungkinkan untuk jadi “venue”, maka pilihannya adalah numpang di rumah orangtua saya di Solo. Berarti ada satu hal lagi yang harus saya lakukan: menularkan “virus” yang sama ke orangtua saya. Hehe..

Awalnya saya kurang yakin jika orangtua saya mengijinkan, terutama ibu saya, karena gentle birth adalah sesuatu yang mudah dipahami tapi sulit dijelaskan. Saya berpikir harus ada persenjataan narasi dan visual yang harus dibawa. Berbekal film “Birth as we know it” hasil download-an suami, dan print artikel “Atisha” saya merayu orangtua. Tak disangka, orangtua saya langsung mengijinkan rumahnya “dijajah” untuk rencana persalinan saya. Bahkan almarhum bapak saya sempat membantu mencari info tentang bidan di sekitar rumah yang bisa menjadi back up plan andai saja bubid Yesie berhalangan datang pas hari h, padahal saat itu kondisi tubuh bapak  tidak sehat karena sakit yang dideritanya (Saya selalu trenyuh jika teringat hal ini, karena akhirnya almarhum tidak sempat ketemu cucunya. Bapak meninggal 20 hari sebelum Jalu lahir..).

Betapa beruntungnya saya. Niat gentlebirth dengan home –water birth menjadi sebuah rencana yang penuh dengan dukungan keluarga. Bahkan kadang saya merasa, suami saya kok malah jauh lebih yakin dari saya. Ketika saya seringkali bimbang dan khawatir atas suatu hal, suami selalu meyakinkan kembali bahwa semua akan baik-baik saja.

Preparation

Bagi seorang primigravida, termasuk saya,  rasa takut dan cemas akan kehamilan dan persalinannya selalu hinggap sepanjang waktu. Selain karena belum berpengalaman, kita juga dikelilingi oleh “petuah” dan larangan yang belum tentu benar. Ada yang menghadapinya dengan santai, mengesampingkan rasa cemas tersebut dan berpikir semua akan baik-baik saja. Tetap mengikuti kebiasaan-kebiasaan umum dan merencanakan persalinan setelah mendekati masa cuti hamil.

Tapi ternyata saya tidak bisa bersikap begitu. Seperti saya bilang tadi, saya tipe penakut, dan seorang penggila rencana. Saya tidak bisa bersikap tenang saat saya tidak tahu apa-apa. Dan saat tidak tahu apa-apa, saya tidak bisa berencana! Apalagi saat saya membaca sebuah contoh birth plan yang diunggah bubid Yesie dalam salah satu artikelnya, saya bertemu istilah-istilah baru yang belum pernah saya dengar: perineum, episiotomy, litotomi,  epidural…wahahaa..apa-apaan itu? Lantas saya bertekad: saya harus membuat birth plan! Dengan –lagi-lagi – bantuan “mbah google” dan”jeng wiki” saya cari tahu satu-satu arti setiap kata,lantas saya susun birth plan. Saya juga kerap menyaksikan proses waterbirth via youtube untuk membantu visualisasi.  Itu untuk olah otak. Untuk olah raga, saya rutin yoga dengan video yoga prenatal hasil download-an suami. Sementara CD relaksasi karya bubid Yesie menjadi sarana bagi saya untuk olah jiwa..huwaaahh…

Ternyata inilah yang sering didengungkan mbak Dyah P dan bubid Yesie tentang memberdayakan diri, yang bagi saya berarti mengelola rasa cemas menjadi pengetahuan dan mengoptimalkan tubuh dan jiwa agar mampu tenang selama persalinan. Olah otak- olah raga- olah jiwa..ayee!!

Tik tok tik tok…

Erdogan Fayzulhaqq Lubis : Home Waterbirth Assisted by his father

Maaf masih banyak kekurangan untuk dijadikan pelajaran tapi semoga bermanfaat untuk teman2 semua….

 

Erdogan Fayzulhaqq Lubis __Ummi, Abi dan abang Gaza sangat menanti-nantikanmu__

Bismillahirrahmannirrahim….

Erdogan…anak laki2 yg dinanti2….Begitulah Erdogan,sesuai arti namanya kami memang sudah menantikannya sejak 1 april 2011 di ruang UGD itu…sejak Ziyan Antalya lubis menghembuskan nafas terakhirnya untuk kembali kepada Pemiliknya….Ummi langsung berdoa di ruang UGD itu untuk segera diberikan Erdogan…

Home Birth ala Muhammad Gilby

Bismillahirrahmanirrahim,

Izinkan saya berbagi sedikit cerita tentang proses kelahiran Muhammad Gilby Arrasyah, yang bisa dibilang sih masih jauh dari filosofi “Gentle Birth” hehee 😀 . karena di ending proses udah grasak grusuk sendiri, gak jelas blaaasss.. 😛

Agak mendongeng nih alias panjang,  moga moga sih bisa menjadi manfaat buat yang baca. Amin. Heheh.

Berawal dari bulan ke 5 usia kehamilan saya (pada bulan Nov 2011) yang lagi hoby-hobynya browsing tentang kehamilan ehh ketemu dengan artikel cerita tentang kelahiran Atisha yaitu buah hati dari Dewi Lestari dan Reza Gunawan. Pertama baca langsung takjub dan ngebuka mata hati dan pikiran saya mengenai hamil dan konsep melahirkan. Pertama kalinya dengar “Gentle Birth”. Tapi masih sangat awam dan meraba-raba apa itu Gentle Birth. Akhirnya browsing-browsing lagi tentang GB ini dan masuk lah ke sebuah forum yang bilang kalo ada grup GB di facebook. Waduhhh kemana aja baru tauuu? 😛 Akhirnya dengan semangat 45 saya request join ke grup “Gentle Birth Untuk Semua” di facebook ini.

 

Saya yang newbie di grup apa lagi di dunia perGBan, langsung dengan Pedenya nanya “dimana yaa RS/ klinik bersalin/ bidan di tangerang yang pro GB””? dan gak da respon sama sekali. Hikss. Akhirnya cm baca postingan dari member lain aja. Ehh gak lama mbak prita n bu bidan yesie coment nyuruh baca dokumen di grup. *jadi mayuuu* Padahal saya udah rutin baca baca di web nya bubid yesie www.bidankita.com. Tapi akhirnya saya segera meluncur ke dokumen di grup. Dan ketemulah dengan jawaban pertanyan saya tadi. Tapi ternyata gak ada yang ditangerang. Duhh jd gimana donk ini, pikir saya saat itu.

 

Memasuki bulan ke 7 kehamilan saya, saya coba hunting RS buat lahiran ntar. Kebetulan ambil cuti buat ngunjungi suami di tangerang, krn saat itu saya kerja masih dikalimantan. Jadinya sering bolak balik deh Kalimantan-tangerang. Datang ke RS terdekat yang masih lumayan baru dan nyoba senam hamil disana, dan gak “klik” buat lahiran disitu. Nyari lagi ke RS lain yang bisa askes, lumayan lah kayaknya ngayomi buat ibu dan bayi, tapi salah satu dokter kandungannya asli mengecewakan, masak periksa n USG gak nyampe 3 menit, kayak dikejar setan.

 

Akhirnya balik lagi kerja ke Kalimantan, hunting RS nya pending dulu. Udah butek belum nemu yang klik akhirnya focus ke grup GBUS. Baca-baca postingannya, baca dokumen, n ngeprint semua artikel dari web www.bidankita.com buat dijadiin kliping biar enak dibacanya. Akhirnya mulai ngeh dengan konsep GB bahwa GB itu gak harus ditangani ditempat yang udah pro GB banget tapi GB adalah gimana caranya memberdayakan diri semaksimal mungkin untuk memberi dan mempersembahkan yang terbaik buat si buah hati amanah Tuhan. Tiap hr deh pokoknya ngabsen di grup, kalo gak buka dan baca rasanya gimana gitu kayak ada yang ilang (jiahhh…). Udah kayak anak sekolah yang mau ujian deh pokoknya tiada hari tanpa baca n baca n dapet ilmu baru terus.

 

Memasuki usia ke 8 bulan saya ambil cuti melahirkan ke tangerang. (betewe udah kayak dongeng bangets yaaakk, hihii). Baru deh tambah focus lagi mendalami GB, beli buku “Gentle Birth” nya bu yesie dan 2 buku nya yang lain plus buku hypnobirthingnya mba evariny. Beli birthing ball yang didudukin tiap hari saking semangatnya. Wkwk..  beli dvd yoga for pregnancy, dan sering males ngerjainnya hahah (jangan ditiru). Terussss ikut acara nobar film tentang melahirkan (Birth as We Know It dan Bussiness of being Born) di kantornya mas Reza Gunawan bersama 18 member GBUS yang lain. Duhhh senengnya bisa ketemu suami mba Dewi Lestari ini. Orangnya pinterrrr n bijaksana bangetsss sepertinya. Hehee suwerrr dehh, gak rugi bisa ketemu n ngobrol langsung ama suhu yang satu itu.

 

Hamil makin gede pendalaman ilmu GB juga harusnya semakin gede donk. Jalan pagi bareng suami, kalo sore yoga (klo gak males heheh), latihan nafas (sering lupanya dan berakhir penyesalan sekarang karena dulu gak serius latihannya -__-), relaksasi (sering ketiduran), makan bergizi (ceilahh), minum air kelapa dan susu kedele yang buat sendiri (yang konon katanya bagus buat orang hamil), makan burjo, dan pastinya membaca dan membaca trussss. Oia satu lagi download semua video bagus tentag melahirkan di youtube, saking nafsunya download sampe banyak yang gak ditonton hahah. Yang bia jadi inspirasi dan penyemangat jangan lupa simpen di hp biar bs ditonton kapan aja.

 

Semakin mendekati duedate semakin gak tau mau lahiran dimana dan dengan siapa. Request proposal ke suami pengen ke klaten lahiran sama bubid yesie ditolak mentah- mentah. Impossible kata suami, padahal baca pengalaman mba @ratri pas udah kontraksi naek kereta ke klaten masih bisa. Terus ada Galenia di Bandung, udah pede jasa mau brojol disitu tapi impossible juga kata suami. Hikkkss bener-bener pupus harapan. Trus pedekate ama bubid @erie marjoko di depok Alhamdulillah beliau bisa, walau dalam hati cekat-cekot gimana caranya dr depok ke tangerang (bukan dikotanya lagi) nanti klo pas hari H. Tapi yasudahlah yang penting berusaha dulu, kali-kali si baby malah bisa lahir tanpa didampingin nakes (yakkss ngareppp).

 

Semakin persiapin diri aja deh, baca-baca semua tentang problem saat melahirkan seperti KPD, distosia, pre-eklampsia dll biar tau gimana nanti kalo kejadian.  Banyak-banyak doa dan semakin pasrah tapi semakin tenang walau di minggu ke 36 masih belum ketemu pendamping nakes. Sebelumnya sempat hunting bidan di klinik bersalin. Karena semakin mendekati due date langsung aja to the point nanya bgini pas abis periksa,

Saya : “mba kalo nanti saya lahiran disini boleh banyak minta gak?”

Bidan: “banyak mnta gimana mba?”

Saya : “misalnya saya minta tali pusatnya gak langsung dipotong gitu.”

Bidan: “loh buat apa?”

Saya: (dengan nada halus) “soalnya saya pernah baca kalo tali pusat ditunda pemotongannya bagus buat bayi dan ibu. Nutrisi, darah n oksigen tersalurkan sempurna ke sibayi, dan bisa mengurangi resiko anemia juga ke sibayi nantinya mba. Gitu… “(sambil deg-degan nunggu respon)

Bidan : ohh, itu gak perlu ibu, nanti kan si bayi bisa disuntik vitamin K setelah lahir (whatttt???!!!) dan semua proses itu harus cepat-cepat dilakukan agar tidak terjadi pendarahan dan infeksi. Serta untuk keselamatan ibu dan bayi juga. (hmmm, Belanda masih jauh kaliii ngapa juga cepet-cepet, banyak pasien waiting list kali yak, apa gak mau repot -__-).

Gentle Birth dengan berat bayi 4.9 Kg

SONY DSC

Pagi ini rasanya ingin sekali berbagi sedikit cerita tentang bunda Ika dan Rina yang membuat saya semakin merasa harus semakin belajar sabar, belajar pasrah dan belajar untuk lebih sensitif lagi komunikasi dengan janin.

 

## Bunda Ika adalah Bunda yang unik…beliau anak ISI Jogja, anak Seni Rupa. awalnya ikut kelas hypnobirthing atas rekomendasi beberapa temannya termasuk mbak Nadiyah yang beberapa bulan yang lalu juga berhasil melahirkan 4kg tanpa mengejan. bunda Ika ini seru..tiap kali datang ke BK selalu naik Motor dari Bantul daerah Gunung Sempu /Kasihan ke Klaten sambil bawa boneka bantal besarrrr buat ngeganjel perut. dan di lehernya selalu ada liontin Kunci jaman doeloe yang diikat dengan tali sebagai kalungnya. Perut mbak Ika memang guedhe, pesen saya saat itu hanya ayo jaga makannya..

 

mbak Ika HPL nya kalau gak salah 26 April, nah Tgl 28 April dia sms kalau perutnya kok sering berasa kram dan sempet keluar cairan…setelah agak siang dia datang ke BK, namun ternyata mabu buka 1 jari itupun sempit sekali dan kepalanya amasih sangat tinggi So saya musti agak “nyodok” banget meriksanya. saat itu mbak Ika tak mau pulang karena dia sudah 2 kali disuruh pulang bidan (ketika periksa di jogja) gara-gara memang belum ada pembukaan. “mbak yesie..aku gak diusir pulang kan? masak dari kemaren diusir terus sama bidan…?” dengan wajah lucunya…pesan saya saat itu hanya ” Boleh tetap disini, dengan satu syarat = Anggap ini rumah Anda sendiri dan musti sabar.”

 

sesaat setelah mbak Ika, ada mbak Rina dari jakarta yang sms juga dan mengatakan kalau dia sudah mengalami kontraksi. mbak rani adalah bunda dari jakarta yang hamil ke -3 kalinya dan dengan riwayat hampir ke 2 anak sebelumnya semua lancar dan 1 minggu maju dari HPL. anak ke dua malah begitu sampai di rumah bidan langsung pembukaan lengkap katanya. dan dia takut “gak Nyandak” waktunya kalau mau dari jogja ke Klaten, takut kebrojolan..apalagi sebelum ini Bunda Andien kebrojolan di Hotel di belakang BK. namun ternyata bunda Rina juga belum pembukaan baru “dekok” setengah serviksnya itupun serviksnya masih teballl sekali dan kepala masih tinggi (** lebih tebal dan lebih tinggi daripada bunda Ika) akhirnya dia memutuskan untuk stay di Hotel Perdana Ry agar lebih nyaman.

 

sesaat kemudian ada bunda Risa dari Solo juga hendak bersalin dan bunda Risalah yang jadi pemenangnya karena paling duluan launchingnya hehehe.

Ketika bunda Risa melahirkan begitu lancar, bunda ika yang kebetulan mendengar beberapa menit suaranya sempat ciut nyalinya “saya bisa gak ya bu?” dan saya hanya jawab…”BISA! semua ibu bisa melahirkan normal itu yang harus Anda yakini dan imani dulu. ”

## Bunda Rina

Sejak umur 38 minggu, bunda ini datang 2 kali ke BK karena kasus sungsang. Pertemuan pertama saya tak berhasil bujuk si bayi buat muterin badannya agar kepalanya di bawah. Tapi pertemuan kedua Puji Tuhan berhasil. Beliau datang ke BK selalu jam 7 pagi karena memang begitu anjuran saya ketika ingin reposisi sungsang. Jadi dari jogja jam ½ 6 sudah berangkat. :0 hhmmm perjuangan ya…

Ketika bunda Risa melahirkan, bunda Rina menginap di Hotel. Beliau sudah galau…tiap hari moxa tapi tak ada perubahan. Hanya saja kalau di moxa pasti si baby aktif gerakannya dan kenceng-kenceng bertambah namun tidak ada perubana entah itu di penurunan kepala maupun di penipisan serviks dan pembukaan.

Sudah sekian lama beliau tinggal di hotel dan wira-wiri ke BK, namun tidak ada perubahan ..mentok hanya mbuka 2 cm. Orang tua dan saudara sudah membujuknya dan menasehatinya untuk pulang aja ke Jogja dan pergi ke RS P*nT* Rap*h agar diinduksi (anak ke-2 lahir disana). Belum lagi suaminya harus pulang balik ke Jakarta karena banyak pekerjaan yang menunggu. Ketika periksa ke BK, ternyata pembukaan juga masih saja 2 cm menangis..itulah yang bisa dia lakukan. Bimbang, marah, sebel, tapi tidak tahu harus bagaimana dan marah dengan siapa. Sambil duduk di teras BK beliau menangis…dan saya hanya bisa bilang;

” Saya bisa juga kasih induksi ibu, tapi ada resikonya. Dan bukankah ibu jauh-jauh dari Jakarta ke Klaten hanya untuk merasakan persalinan alami dan merasakan gentle birth? Lalu kenapa bunda bimbang…siapa tahu bayi ini istimewa. Dan pasti bayi ini istimewa, dia hanya ingin bilang sama ummi nya bahwa ummi, belajar sabar ya? Saatnya tiba nanti aku pasti keluar dengan nyaman.” Ketika saya mengatakan itupun saya hampir ikut menangis karena sayapun juga lumayan cemas, karena esok hari saya harus pergi ke Tegal. 3-4 hari. Bidan senior yang biasa saya mintain tolong kalau saya sedang tidak ada di tempat sedang ke Lampung walaupun assitennya ada namun masih saja cemas. Sedangkan bidan-bidan BK, saya belum berani ninggal dan “melepas” mereka. Sempat saya berfikir dan hendak memutuskan untuk melakukan induksi, tapi entah kenapa saat itu mulut saya berkata dengan sangat lancar sekali bahwa si ibu rina harus menunggu dan lebih sabar lagi. Padahal sebelumnya saya udah mau mengiyakan permintaan bunda Rina untuk melakukan induksi lho…tapi tiba-tiba “dia berbisik” dan yah…saya pun juga harus belajar sabar.

Apa yang dilakukan jika Rencana VBAC Anda Ditolak

Kontroversi mengenai kelahiran normal setelah bedah caesar (VBAC) sangatlah luar biasa. Sementara itu, VBAC telah terbukti aman untuk kebanyakan wanita yang pernah mengalami kelahiran sesar sebelumnya, dengan beberapa pengecualian.

 

Nah merupana tugas dan “Pe eR” tersendiri bagi Anda untuk terlebih dahulu mencari dokter yang bersedia melakukan VBAC. Sering kali para ibu memang harus berjuang untuk mendapatkan kelahiran yang mereka inginkan.

Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda jika keinginan Anda untuk VBAC ditolak:

1. Tahu sejarah medis Anda.

Dapatkan salinan laporan asli Anda bedah. Cari tahu apa jenis insisi yang dibuat pada rahim anda, yang mungkin berbeda dari bekas luka di perut Anda. Cari tahu apa jenis jahitan dilakukan, jahitan lapisan ganda atau tunggal. Cari tahu alasan asli atau indikasi sesar Anda kemarin. Ini akan menjadi poin penting dalam pencarian Anda untuk kelahiran normal.

2. Berdayakan diri atau didik diri sendiri

Tahu apa risiko dari bedah caesar berulang elektif (ERC) serta kelahiran normal setelah bedah caesar (VBAC). Tahu apa tanda-tanda pecahnya rahim dan apa yang dapat Anda lakukan untuk menghindarinya. Mulailah membaca International Cesarean Awareness Network (ICAN), ICAN dapat semangat dan dukungan.

Alasan untuk Pilih VBAC (Bersalin Normal Setelah Caesar Sebelumnya)

SONY DSC

Akhir-akhir ini Angka kejadian intervensi pada proses persalinan semakin tinggi. Angka Operasi Sesar yang harusnya kurang dari 15% (sesuai aturan WHO) ternyata tidak bisa di penuhi. Apalagi di Rumah Sakit-Rumah Sakit di kota besar atau kota metropolis. Salah satu RS di Jakarta saja angka Operasi Sesar bisa mencapai 75% bahkan 98%. Sungguh sangat disayangkan. Ketika kita “bermain” logika rasanya kok tidaklah mungkin sebuah persalinan selalu berakhir dengan Operasi Sesar. Bukankah Tuhan tidak menciptakan JENDELA di perut seorang wanita? Dia hanya menciptakan VAGINA dan itupun hanya satu saja. Artinya Tubuh seorang wanita memang dirancang sempurna oleh-Nya untuk melahirkan secara normal alami bukan?

 

Dan saat ini Operasi Sesar yang tidak perlu atau tidak ada indikasi yang jelas semakin saja banyak terjadi. Salah satu sebabnya adalah “bussinnes being born” (atau kurangnya pengetahuan dan wawasan ibu yang mau bersalin seputar kehamilan dan persalinan (baca : https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=496:cascade-intervensi-dalam-persalinan&catid=47:all-about-childbirth&Itemid=59). Mereka berfikir yang penting bayi lahir selamat. Nangis kuat itu rasanya sudah cukup bagi mereka. Padahal tidaklah demikian.

Mari baca:

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=470:trauma-lahir-pada-bayi&catid=49:baby-born&Itemid=41

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=398:birth-trauma-dan-sc&catid=47:all-about-childbirth&Itemid=59

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=397:dampak-psikologis-dari-intervensi-dalam-persalinan&catid=47:all-about-childbirth&Itemid=59

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=364:cerita-pilu-sang-bayi&catid=47:all-about-childbirth&Itemid=59

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=339:bayi-baru-lahir-sudah-merasakan-sakit&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56

karena ketidak tahuan para ibu di Indonesia maka mereka akhirnya dengan sukarela menerima intervensi-intervensi yang diberikan oleh pihak provider. Padahal mungkin bisa saja intervensi tersebut tidak perlu dialami oleh mereka jika mereka mau memberdayakan diri. Mau membuka wawasan dan mau lebih peduli akan bayinya.

Ini adalah berbagai alasan “gila” yang sering digunakan sebagai “senjata” untuk menawarkan operasi Sesar pada Anda : https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=368:berbagai-alasan-gila-untuk-melakukan-sc&catid=47:all-about-childbirth&Itemid=59

Dan saya bersyukur sekali melalui website www.bidankita.com, banyak ibu yang mendapatkan tambahan ilmu dan pencerahan tentang apa yang HARUS diketahui dan apa yang harus dilakukan serta dipersiapkan untuk bisa melahirkan normal alami.

VBAC atau melahirkan melalui vagina setelah mengalami operasi Sesar di persalinan sebelumnya, memang lebih ditekankan pada kasus-kasus operasi Sesar yang dilakukan atas indikasi yang sebenarnya tidak perlu artinya operasi SC yang dilakukan sebelumnya bukan karena alasan-alasan mutlak fisiologis seperti kelainan pangul (panggul sempit murni).

Sepuluh Alasan Untuk Memilih Melahirkan Alami

Banyak alasan untuk mempersiapkan melahirkan normal. Beberapa alasan adalah fisik, emosional dan rohani. Nah Daftar berikut ini adalah alasan paling umum seorang wanita untuk memilih melahirkan normal

1.Persalinan alami sangat mengurangi risiko bagi ibu dan bayi

pada dasarnya  potensi efek samping dan risiko selalu saja ada, bahkan walaupun potensinya kecil. namun pkita harusnya mengingat kembali bahwa proses persalinan adalah proses yang alami. sehingga tidak perlu menambahkan risiko yang sebenarnya tidak perlu ada.Dengan menggunakan obat selama persalinan akan menambahkan risiko sebenarnya mungkin tidak perlu ada dalam kelahiran. Beberapa ibu memilih untuk tidak menambah risiko tersebut dan menghindari obat-obatan untuk persalinan kecuali ada keadaan darurat.

 

2. Tubuh Anda mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk segera pulih setelah Melahirkan Alami.

“Saya mengalami SC pada anak pertama saya. Dan saya merasa pemulihannya cukup lama hingga 6 bulan saya tidak bisa leluasa menggendong anak saya karena perut saya masih sering merasakan nyeri dan sakit. Berbeda dengan anak kedua saya yang berhasil dilahirkan secara alami, segera setelah melahirkan saya sudah bisa bangun, berjalan bahkan menggendong dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan sangat leluasa dan saya merasa jauh lebih sehat.” Operasi sesar adalah operasi perut besar. Sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemulihannya. Berbeda dengan melahirkan secara alamiah, tubuh akan dengan cepat pulih.

karena pada dasarnya tubuh seorang wanita di ciptakan untuk melahirkan normal

3. Kurangi risiko intervensi lain

“Ketika saya meminta epidural, saya tidak menyadari saya akan terjebak di tempat tidur dengan infus, terhubung ke monitor janin secara terus menerus. Kemudian, saya tidak bisa berjalan karena saya di pasangi kateter. Pada saat bayi saya lahir, saya diberikan masker oksigen, manset tekanan darah selalu ada dan terpasang di lengan saya. Ada begitu banyak alat yang menempel di tubuh asya sehingga suami sayapun takut menyentuh saya. Aku tidak akan melakukannya lagi.” Menggunakan obat untuk menghilangkan rasa sakit memerlukan beberapa intervensi, seperti monitor janin eksternal dan infus. Selain itu, menggunakan obat meningkatkan peluang Anda untuk dilakukan intervensi lain seperti kateterisasi, penggunaan pitocin, forsep dan ekstraksi vakum.

4. Jika memerlukan Obat, maka hanya sedikit obat yang dibutuhkan

Tips dan Checklist untuk Para Suami saat Menghadapi Persalinan istri

Proses persalinan adalah proses yang mendebarkan, bukan hanya bagi para wanita tetapi juga para pria atau calon Ayah. Mulai dari grogi, panik, gembira, deg-degan semua bercampur menjadi satu. Dalam proses peraslinan peran pendamping persalinan terutama suami sangatlah di butuhkan, ketika suami panik, maka istripun bisa aja menjadi lebih panik. An ini tidak akan membantu dalam proses persalinan namun justru bisa menyulitkan.

 

Nah, berikut ini beberapa tips yang bisa Anda lakukan ketika menghadapi hari “H” yang penuh kejutan tersebut:

1. Jika persalinan dimulai pada malam hari, dan dia (istri Anda) tidak merasakan terlalu sakit, Bantu dia untuk kembali tidur dengan memberikan pijatan lembut, dan buat istri Anda senyaman mungkin, termasuk menawarkan segelas teh hangat manis untuk menenangkannya dan membantu dia kembali tidur.

2. Amati tanda persalinan yang dirasakan istri, tanyakan apa yang dirasakan istri saat itu

– Apakah terasa ada kontraksi atau gelombang rahim

– Apakah sudah keluar flek atau lendiri darah

– Apakah pinggang istri Anda terasa pegal

– Apakah keluar ketuban (jika iya segera berikan minum banyak kepada istri Anda (oralit), lalu tenangkan istri dan tenangkan diri Anda dan segeralah ke layanan kesehatan terdekat)

3. Hubungi dan Telepon bian atau dokter Anda untuk memberitahukan kondisi istri Anda, kemudian kembali ke istri dan menenangkannya.

4. Jika tanda persalinan dimulai siang hari, bawalah istri Anda ke tempat di mana Anda bisa terbiasa memadu kasih bersama. ini bisa menjadi taman, atau kamar yang nyaman di rumah Anda. Dan tenangkan diri Anda berdua.

5. Jika Ada kontraksi coba amati dan catat kapan kontraksi datang dan berakhir karena ini sangat penting untuk mengetahui kapan waktu yang tepat bagi Anda untuk membawa istri Anda ke Bidan atau dokter