Bidan Kita

Home Post Partum Daily Care Cara Lahir & Kegagalan Menyusui

Cara Lahir & Kegagalan Menyusui

0

Sering sekali saya ditanya olehrekan bahkan klien-klien saya “mengapa kita perlu Konsultan Laktasi?” “Sepertinya ada begitu banyak masalah menyusui lebih hari ini. Tidak seperti 20 tahun yang lalu, dimana wanita sangat mudah sekali menyusui dan sepertinya tidak ada kesulitan bayi-bayi saat menyusu pula.” Jawabannya adalah cukup sederhana; Karena sekarang semakin banyak Intervensi dalam proses kelahiran.

Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan bahwa semua bayi harus diberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Makanan pendamping hanya boleh diperkenalkan mulai dari enam bulan sampai seterusnya, terus menyusui hingga bayi berusia usia dua tahun dan seterusnya.

Namun kenyataannnya dilapangan saat ini adalah betapa banyaknya masalah yang terjadi di hari-hari dan minggu-minggu pertama bayi baru lahir yang hendak menyusu. Saat ini WHO masih hanya berfokus pada topik yang berkaitan dengan jangka panjang menyusui:

1. Status gizi ibu yang sedang menyusui

2. Gizi bayi yang tinggal di daerah dengan defisiensi, seperti zat besi, seng, dan vitamin A.

3. Pemeriksaan Rutin utama kesehatan bayi.

Namun tidak ada rekomendasi untuk melihat lebih jauh ke dalam efek medikalisasi proses kelahiran pada inisiasi menyusui dan kelanjutan kehidupan bayi tersebut?

Padahal penurunan pemberian ASI eksklusif di bulan pertama adalah karena masalah dengan puting yang sakit dan masalah perlekatanl, ibu merasakan produksi susu yang tidak memadai dan pengenalan awal susu formula. Masalah-masalah ini seringkali diperparah ketika ibu melahirkan dengan penuh intervensi medis.

Memang bisa di akui bahwa beberapa tahun terakhir ini kita telah melihat banyak kemajuan dalam layanan kebidanan kedokteran. Namun tanpa disadari kemajuan tehnologi ini seringkali membawa dampak negatif atau menciptakan masalah baru.

Mengapa? Karena seringkali ilmu kedokteran menganggap bahwa proses kehamilan dan persalinan adalah bukan proses fisiologis namun proses medis yang mempunyai resiko obstetrik yang tinggi selama  persalinan.

Dalam persalinan seringkali intervensi-intervensi seperti ; pemantauan CTG yang terus menerus, induksi persalinan, epidural paksa yang sering berkembang menjadi persalinan lama yang akhirnya mendorong dan peningkatan kesempatan provider untuk melakukan intervensi baik tindakan maupun operasi caesar.

Tentu saja seharusnya proses persalinan tidak harus dianggap ‘berisiko tinggi’ sehingga seringkali berakhir ke medikalisasi, intervensi dan technokrasi. Seharusnya kita bisa menyadari bahwa dampak dari pemberian tindakan untuk menghilangkan rasa sakit dari petidin dapat memiliki efek yang tidak diinginkan pada bagaimana bayi merespon setelah lahir.

Demikian pula pada bayi yang mendapatkan beberapa intervensi selama proses kelahiran; induksi dan augmentasi persalinan, petidin, epidural, vakum atau forsep ini sering menyebabkan rasa sakit ibu dan bayi, stres dan kelelahan.

Bayi sering dipisahkan dari ibu mereka, dengan alasan untuk di bersihkan jalan lahirnya, dilakukan resusitasi atau 24 jam dalam perawatan khusus dengan alasan untuk menstabilkan suhu tubuh bayi yang pada gilirannya dapat menyebabkan proses menyusu pertama tertunda sehingga terjadi kesulitan menyusu pertama dan berikutnya.

Padahal sebenarnya segera setelah lahir seharusnya bayi segeradi dekap ibunya dan di bebaskan untuk melakukan inisiasi menyusu dini, karena dari proses itulah si bayi bisa menstabilkan suhu tubuhnya, mendapatkan flora positif dari tubuh ibunya dan merasakan nyaman.

Tunda semua intervensi karena Intervensi segala intervensi dapat memiliki potensi besar dan dampak yang signifikan pada kemampuan bayi untuk menyusu dan merespon dengan tepat.