
“Masak iya sih seseorang bisa melahirkan tanpa mengejan? Yang ku tahu kalau orang melahirkan harusnya mengejan kuat dan kuat sekali serta berkali-kali agar bayinya bisa segera keluar! Lha wong saya saja kemarin saat persalinan pertama saja 2 tahun yang lalu saja saya harus mengejan berkali-kali sampai kehabisan tenaga hingga akhirnya di bantu di dorong sama bidannya kok?” Kata seorang ibu muda saat mengikuti kelas persiapan persalinan di Bidan Kita tempo hari yang lalu.
Dan sayapun tersenyum, lalu saya tunjukkan beberapa video proses persalinan yang terjadi di Bidan Kita dan salah satunya adalah video persalinan Bunda Atha yang prosesnya sangat lancar bahkan nyaris tanpa mengejan sama sekali bahkan Mars (nama bayinya) di terima oleh sang Ayah juga saat lahir. Dan selama menonton video proses persalinan Bunda Atha, ibu ini menangis tersedu-sedu bahkan sang suamipun ikut menangis saat itu.
apalagi kalau saya tunjukkan Video Bunda Nur dari Singaraja yang tanpa mengejan sama sekali dan disaksikan oleh sang kakak….(sayangnya belum saya tunjukkan karena saat itu saya belum kantongi ijin share dari bunda Nur) Saat saya tanyakan apa perasaan mereka saat melihat proses persalinan yang sangat lembut tersebut? Mereka menyatakan bahwa mereka sangat terharu dan mereka baru menyadari bahwa proses persalinan nya 2 tahun yang lalu sangat traumatik dan membuat mereka diliputi ketakutan dan kekuatiran.
Nah hari ini saya akan sharing tentang Tubuh seorang wanita yang mempunyai reflek spontan yang luar biasa saat proses persalinan. Namun sebelumnya saya akan mengajak Anda semua untuk merenungkan dan merefleksikan sebuah cerita yang ada di bawah ini.
Pernah tidak Anda mendengar berita tentang seorang bayi yang dibuang oleh ibunya dan ditinggalkan di kebun tebu, kebun jagung ? Lalu apa yang Anda pikirkan saat itu? Apakah saat melihat, mendengar berita tersebut yang Anda lakukan hanya marah dan menghujat sang ibu yang telah membuang bayinya tersebut? Ataukah sebaliknya? (**tanpa harus menghakimi perbutan wanita itu) Anda justru berfikir bahwa sang ibu itu sangat kuat! Ya ibu tersebut sangatlah kuat karena dia bisa melahirkan bayinya tanpa bantuan siapapun, bahkan di malam yang sunyi sang ibu melahirkan di kebun jagung atau kebun tebu dengan sangat tenang tanpa ada suara sedikitpun sehingga para pendudukpun tidak menyadari bahwa malam itu ada seorang wanita yang sedang melahirkan.
Mengapa sang wanita itu bisa sedemikian kuat dan persalinanyapun bisa sedemikian lancar? Bahkan tanpa pertolongan siapapun? Padahal ini adalah persalinan perdananya! Dan coba Anda bayangkan sekali lagi, bagaimana cara ibu tersebut mengejan? Padahal tidak ada seorangpun yang mendampinginya untuk memberi aba-aba kapan harus mulai mengejan dan kapan harus berhenti mengejan, dan apakah wanita tersebut posisi melahirkannya dengan terlentang ditanah dengan kedua kaki dan lutut di buka dan di tekuk seperti yang sering kita lihat di rumah sakit-rumah sakit selama ini?
Nah sangatlah berbeda kondisinya ketika seorang wanita melahirkan anak pertamanya di sebuah Rumah Sakit. Bisa jadi sepanjang proses persalinan sang ibu menangis, mengeluh, menjerit bahkan berteriak hingga suaranya terdengar dari luar ruangan. Bahkan ketika mengejan , sang ibu harus mengejan hingga energinya terkuras habis untuk mengeluarkan bayinya.
Mari kita merenung sejenak, lalu tanyakan kepada diri Anda sendiri, orang yang melahirkan di kebun tebu tersebut seorang wanita bukan? Dan Andapun seorang wanita! Lalu apa bedanya!
Mengapa saat melahirkan Anda harus sedemikian sakit dan sedemikian bersusah payah saat mengejan? Apa yang salah?
Nah mari kita bahas semua pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sejak mendalami proses persalinan Gentle Birth dan menerapkannya dalam pertolongan persalinan di Bidan Kita, Saya sangat tertarik dengan deskripsi Michel Odent tentang “refleks ejeksi janin.” atau “Refleks kelahiran spontan.” Pada dasarnya, refleks ini melibatkan kelahiran spontan bayi tanpa pembinaan atau upaya sadar dari ibu. Dan Hal ini paling mungkin terjadi ketika ibu merasa sangat aman dan sangat pribadi (privat). Dalam sebuah artikelnya Odent menulis bahwa: “Selama kontraksi kuat berakhir seorang ibu tampaknya menjadi tiba-tiba penuh energi, dengan kebutuhan untuk memahami sesuatu. Tubuh ibu memiliki kecenderungan tiba-tiba menjadi tegak dan condong ke depan. Sehingga refleks ejeksi janin biasanya dikaitkan dengan postur membungkuk ke depan. ”
Nah untuk memahami dan mengerti apa itu “refleks ejeksi janin.” silahkan simak sebuah proses persalinan penduduk primitif yang terjadi. Amati gerak tubuh wanira tersebut. Amati nafasnya.