Bidan Kita

Home Childbirth All About Childbirth Placenta Lengket? Bagaimana ya?

Placenta Lengket? Bagaimana ya?

0
Placenta Lengket? Bagaimana ya?

Awal Cerita

Beberapa ibu mengirimkan DM ke Instagram dan menceritakan tentang kasus plasenta lengket saat proses persalinan. Apakah yang dimaksud?

Sebelumnya saya sudah pernah menulis artikel tentang placenta lengket ini di link : Placenta Lengket.

Plasenta lengket

Pada kondisi normal, plasenta menempel pada endometrium yang merupakan salah satu lapisan dinding rahim, tepatnya pada stratum basalis dan akan lepas secara spontan maksimal 30 menit setelah melahirkan. Namun pada kasus tertentu, plasenta bisa melekat terlalu dalam di dinding rahim sehingga tak kunjung lepas. Plasenta yang tidak melepaskan diri saat persalinan dapat menempatkan ibu hamil pada risiko perdarahan.

dibedakan berdasarkan letak dan kedalaman implantasi /penanaman plasenta pada lapisan dinding Rahim ada beberapa jenis pembagian :

  1. Plasenta akreta terjadi ketika plasenta menempel terlalu dalam di dinding rahim tetapi tidak menembus otot uterus (miometrium). Plasenta akreta bertanggung jawab sekitar 75 persen dari semua kasus implantasi plasenta abnormal.
  2. Plasenta inkreta terjadi ketika plasenta menempel lebih dalam ke dinding uterus dan menembus ke dalam otot uterus. Plasenta inkreta menyumbang sekitar 15 persen dari semua kasus.
  3. Plasenta perkreta terjadi ketika plasenta menembus seluruh dinding uterus dan menempel ke organ lain seperti kandung kemih. Plasenta perkreta yang paling jarang dari tiga kondisi dengan angka kejadian hanya sekitar 5 persen dari semua kasus.

 

Gejala Plasenta Akreta

Saat kehamilan berlangsung, plasenta akreta umumnya tidak menimbulkan gejala atau tidak memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat secara kasat mata. Sering kali kondisi ini terdeteksi oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan USG saat konsultasi kehamilan. Namun pada sebagian kasus, plasenta akreta dapat menyebabkan perdarahan dari vagina di minggu ke-28 sampai ke-40 masa kehamilan (trimester ketiga).

Tingkat keparahan plasenta akreta ditentukan berdasarkan seberapa lekat plasenta terhadap dinding rahim. Kasus yang paling sering terjadi adalah saat plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim.

 

Plasenta akreta diduga berkaitan dengan tingginya kadar protein bernama alpha-fetoprotein(AFP) yang dihasilkan janin, dan dapat dideteksi dari darah ibu hamil. Kondisi lapisan rahim yang tidak normal juga diduga dapat menimbulkan plasenta akreta, seperti jaringan parut pasca operasi caesar atau operasi lain di rahim. Meskipun begitu, penyebab pasti plasenta akreta belum diketahui secara pasti.

 

Sebenarnya risiko seorang wanita terkena plasenta akreta bisa terus meningkat tiap kali dirinya hamil, terlebih lagi jika berusia di atas 35 tahun. Selain itu,risiko wanita mengalami plasenta akreta juga meningkat apabila:

  1. Menderita plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir).
  2. Memiliki kondisi rahim yang tidak normal, misalnya terdapat myoma
  3. Kontraksi rahim yang buruk
  4. Tidak mendapatkan nutrisi yang baik selama kehamilan termasuk anemia
  5. Hipertensi selama kehamilan
  6. Ukuran plasenta terlalu kecil
  7. Riwayat kuret dan caesar
  8. Kehamilan di usia lanjut dan telah mengalami beberapa kali kehamilan
  9. Riwayat infeksi Rahim
  10. Riwayat pernah mengalami retensio plasenta

 

Diagnosis Plasenta Akreta

Diagnosis plasenta akreta biasanya diawali dengan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat operasi caesar. Plasenta akreta dapat diketahui saat dokter melakukan pemeriksaan USG.  Setelah diketahui provider akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan posisi pertumbuhan plasenta dalam dinding rahim.

Pemeriksaan lanjutan dengan menggunakan alat pindai MRI, dapat membantu provider mengetahui lokasi akurat plasenta dalam dinding rahim

Penanganan Plasenta Akreta

Begitu seorang wanita hamil terdiagnosis mengalami plasenta akreta, maka dokter akan mengamati kondisi perkembangan kehamilan dan merencanakan waktu persalinan dengan berbagai persiapan untuk kondisi darurat, guna memastikan persalinan berjalan dengan aman. Jika terjadi perdarahan pada trimester ketiga, dokter akan menganjurkan pada pasien agar istirahat total dan menjalani perawatan di rumah sakit.

 

Persalinan akan dilakukan secara operasi Caesar. Operasi ini dibuat berdasarkan kesepakatan pasien dengan dokter mengingat kondisi pasien dan risiko perdarahan pasca persalinan.

 

Bagi penderita yang ingin memiliki anak kembali atau kondisi plasenta akreta belum terlalu parah, maka operasi dapat dilakukan dengan mempertahankan keberadaan rahim. Namun perlu diingat bahwa tindakan operasi caesar dengan memisahkan plasenta dari dinding rahim sendiri berisiko menimbulkan perdarahan hebat yang dapat membahayakan nyawa. Selain itu, operasi dengan meninggalkan sebagian besar plasenta guna mempertahankan rahim akan mengakibatkan risiko terjadinya komplikasi serius.

 

Pilihan lain yang dapat dilakukan adalah operasi caesar yang diikuti operasi histerektomipengangkatan rahim) untuk mencegah kehilangan darah yang banyak akibat tindakan memisahkan plasenta dari dinding rahim. Operasi caesar dan histerektomi ini juga perlu dilakukan bagi penderita plasenta akreta yang sudah parah dan meluas. Histerektomi juga dianjurkan dokter tatkala terjadi perdarahan kembali setelah operasi caesar yang masih menyisakan sebagian besar plasenta. Pasca penanganan yang tepat, penderita biasanya dapat pulih kembali tanpa menimbulkan komplikasi jangka panjang.

 

 

Cara mencegah:

Plasenta lengket merupakan salah satu penyebab komplikasi perdarahan pasca persalinan. Itu sebabnya ibu hamil harus waspada akan kondisi ini.

Plasenta lengket umumnya tidak menunjukkan gejala selama kehamilan, namun sebagian kasus bisa menyebabkan perdarahan memasuki usia kehamilan trimester ketiga.

 

Sampai saat ini belum ada pengobatan untuk mencegah agar tidak terjadi plasenta lengket, namun dapat dilakukan deteksi dini melalui pemeriksaan USG berkala serta bila memang memiliki risiko tinggi dapat disarankan untuk melahirkan dengan operasi caesar.

Tujuan utama pada pasien plasenta lengket adalah mencegah perdarahan pasca kehamilan yang dapat membahayakan nyawa ibu.

 

Cara mencegah yang penting untuk diperhatikan antara lain:

  1. Perhatikan asupan nutrisi Anda dan Konsumsi makanan bergizi mengandung kaya protein, DHA, asam folat, lemak baik, multivitamin, dan omega-3,
  2. Istirahat yang cukup,
  3. Hindari stres dan mampu mengelola faktor penyebab stres,
  4. Tangani penyakit-penyakit penyerta bila ada seperti hipertensi dan preeklampsia.
  5. Lakukan pemeriksaan ANC secara rutin

 

Apabila Anda tidak menyadari bahkan tidak terdeteksi bahwa ada perlengketan plasenta, lalu Anda melahirkan di klinik atau bidan praktek mandiri atau di rumah sakit, kemudian setelah  proses persalinan ternyata plasenta tidak segera lahir secara spontan, maka tindakan yang akan dilakukan oleh provider untuk mencegah perdarahan adalah MANUAL PLACENTA.

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Bila setelah 30 menit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, plasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera.

 

Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG)

Indikasi Manual Plasenta

Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan :

  1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan:
  • Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
  • Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
  • Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion plaSenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
  • Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
  • Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
  1. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan
  2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
  3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
  • Darah penderita terlalu banyak hilang,
  • Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi,
  • Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

 

Patologis 

Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :

  • Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
  • Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
  • Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
  • Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.

 

Tanda dan Gejala yang membuat intervensi Manual Plasenta dilakukan

Tanda dan gejala manual plasenta antara lain :

  • Adanya riwayat multiple fetus dan polihidramnion
  • Plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir (lebih dari 30 menit)
  • Timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan
  • Plasenta tidak ditemukan didalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel didalam uterus.
  • Perdarahan yang lama lebih dari 400 cc setelah bayi lahir Setelah mengetahui tanda dan gejala manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan lebih dari 400 cc jika masih terdapat kesempatan penderita untuk dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infus dan memberikan cairan serta dalam merujuk didampingi oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memberikan pertolongan darurat.

 

Komplikasi Tindakan Manual Plasenta 

Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi, terjadinya perforasi uterus misalnya :

Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau membrane dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim

Terjadi perdarahan karena atonia uteri.

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan memberikan uterotonika intravena dan intamuskular misalnya dengan :

Memasang tamponade uterovaginal

Memberikan antibiotika

Memasang infus dan persiapan transfusi darah

Semoga bermanfaat