
Kok Judulnya Seperti Novel saja?
Ya benar!
Apa arti Senjata makan Tuan? Dalam kamus bahasa indonesia, arti dari peribahasa ini adalah sesuatu yg direncanakan untuk mencelakakan orang lain, tetapi berbalik mengenai diri sendiri.
Sebenarnya peribahasa ini tidak terlalu pas untuk menceritakan apa yang akan saya tuliskan di artikel ini, namun antara pas atau tidak, mari kita pas-pas in saja hehehe.
………………………………………………..
Amir : ” Bejo!, tau gak kabar terbaru?”
Bejo : “Apa mir?”
Amir : “Itu Lho Dokter Seno, dokter ahli jantung paling terkenal di kota, kemaren di rawat di
ICU karena mendapatkan serangan jantung lho!”
Bejo : “Lho Kok bisa? Bukannya beliau dokter ahli penyakit jantung? Kok malah sakit
jantung?”
Amir : “Nah itu juga aku gak tahu? Kok bisa ya?”
Bejo : ” Ya udah dech, kapan kita besuk?”
Amir : “Besok selasa ya?”
Bejo : “Siap!”
………………………………………………..
Amir : “Bejo! Kakakmu katanya habis melahirkan? Bagaimana? Normal Kan?”
Bejo : “I ya Mir, terimakasih! Tapi Sesar!”
Amir : “Lho kenapa? Bukannya pas hamil sehat-sehat saja? Ada indikasi apa memangnya
kok sampai harus sesar! Bukannya kakakmu seorang bidan? Kan harusnya dia tahu
ilmunya?”
Bejo : “kakakku kehabisan tenaga saat mengejan kemaren! Akhirnya dia menyerah dan
diputuskan operasi saja bisar cepat.”
Amir : “Oooohhh…”
……………………………………………………
Sebuah percakapan duo sahabat yaitu Amir dan Bejo yang menarik!
Ya semakin menarik bagi saya setelah mengamati dan mencoba mendata apa yang terjadi di sekitar.
Kasus 1:
satu Tahun lalu, saya mempunyai klien seorang bidan yang sedang hamil anak kedua. Cerita persalinan anak pertamanya sangat traumatik, karena dia di induksi dan mengalami rasa sakit yang menurutnya luar biasa, dan dia mengalami trauma saat di lakukan penjahitan perineum karena saat itu dia di episiotomi dan robekan yang terjadi justru sampai derajat 3 dimana lukanya hingga hampir merobek otot di spincter ani (otot anus).
Dan di kehamilan kedua ini dia mengalami ketakutan yang luar biasa. Takut kejadian di persalinan pertama terulang kembali.
Nah singkat cerita, si ibu ini umur kehamilannya melebihi 40 minggu. Dimana sudah HPL, tapi sang janin belum juga menunjukkan tanda-tanda mau lahir.
Sang ibu ini sangat khawatir, dan dia semakin stres karena semua teman di puskesmasnya menganjurkan untuk segera induksi bahkan dokter puskesmasnya-pun menganjurkan demikian. Inilah kalimat yang diucapkan teman-teman sesama bidan yang membuat dia semakin stres:
“Wik, kamu kan tahu teorinya! Kalau umur kehamilan lebih dari 40 minggu itu bahaya! Ada pengapuran plasenta, belum lagi nanti ketuban anakmu semakin berkurang! Kamu gak kasihan sama anakmu! Udahlah segera induksi aja! Atau sesar sekalian biar cepet! Ngapain nunggu lama-lama!”
Alhasil, karena desakan-desakan dari teman-temannya di puskesmas, klien saya ini memutuskan untuk induksi kembali dan alhasil induksi yang dilakukan sangat menyakitkan dan gagal hingga berakhir ke meja operasi.
Dan satu minggu kemudian bu bidan Dewik (nama samaran) ini datang ke Bidan Kita untuk melakukan healing birth trauma. Karena dia mengalami trauma berat dan depresi post partum.