
Seperti yang kita tahu, pengalaman persalinan setiap orang sangatlah unik, dan terkadang, saat persalinan, tidak semuanya dapat berjalan seperti yang kita inginkan. Terkadang Anda harus menghadapi pilihan-pilihan yang tidak terduga, seperti di kasus ini, induksi.
Pengertian Induksi Alami
Bukanlah tidak mungkin bahwa ketika Anda telah melewati HPL (Hari Perkiraan Lahir) dan bayi Anda tidak kunjung lahir, provider Anda akan mengatakan bahwa Anda perlu diinduksi. Namun, seperti yang kita tau, satu intervensi akan mengarah ke intervensi berikutnya, begitupula dengan induksi. Oleh karena itulah sangat penting untuk memperhitungkan benar-benar dan memikirkannya matang-matang sebelum memutuskan untuk menerima induksi (untuk mengetahui lebih lanjut mengenai apa yang harus Anda pertimbangkan sebelum menerima induksi, klik disini).
Banyak alternatif lain yang dapat membantu untuk mempercepat persalinan, salah satunya adalah dengan melakukan induksi alami. Ada banyak cara yang dapat Anda lakukan untuk melakukan induksi alami, seperti lewat makanan, akupuntur, acupressure, dan lainnya (anda bisa membacanya dengan lengkap dengan klik disini) . Salah satu diantaranya yang akan kita bahas adalah induksi alami dengan menstimulasi puting susu.
Breast stimulation
Stimulasi puting (breast stimulation) dinilai cukup efektif untuk menginduksi persalinan secara alami. Dengan menstimulasi puting susu, tubuh Anda akan mengeluarkan hormon cinta atau hormon oksitosin (untuk mengetahui lebih lanjut mengenai oksitosin serta perbedaannya dengan pitocin, yang merupakan oksitosin buatan, klik disini). Hormon ini nantinya dapat mempercepat kematangan serviks serta memicu kontraksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cochraine, teknik induksi alami ini cukuplah efektif dan menguntungkan bagi ibu, karena di dalam induksi ini, sang ibu mempunyai kontrol penuh atas proses induksi. Selain itu, stimulasi puting juga terbukti dapat mengurangi tingkat ambaien setelah persalinan (postpartum hemorrhage) dengan presentasi 0,7% di grup yang melakukan stimulasi puting dibanding dengan 6% di grup yang tidak melakukannya.