Bidan Kita

Home Childbirth Gentle Birth AIR KETUBAN KERUH saat di USG! Apa dan Bagaimana?

AIR KETUBAN KERUH saat di USG! Apa dan Bagaimana?

0
AIR KETUBAN KERUH saat di USG! Apa dan Bagaimana?

Nah Banyak ibu ibu yang DM di instagram saya @bidankita karena mereka ketakutan atas hasil pemeriksaan USG dan anjuran dokter yang diterimanya.
dan untuk kali ini saya akan membahas tentang KETUBAN KERUH!

silahkan simak ya?

Pertanyaan: Apa Itu Ketuban Keruh?

Air ketuban normalnya berwarna bening atau sedikit kekuningan. Namun, dalam beberapa kasus, air ketuban dapat tampak keruh saat pemeriksaan ultrasonografi (USG). Perubahan ini bisa menjadi indikasi adanya masalah pada kehamilan yang memerlukan perhatian khusus.

Apa Itu Ketuban Keruh?

Ketuban keruh adalah kondisi di mana air ketuban berubah warna menjadi kuning keruh, hijau, atau cokelat. Perubahan warna ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG dan sering kali mengindikasikan adanya kontaminasi atau pencampuran dengan zat lain, seperti mekonium (kotoran pertama bayi) atau darah.

Mengapa Ketuban Keruh Terjadi?

Beberapa penyebab utama ketuban keruh antara lain:

  1. Mekonium dalam Air Ketuban: Mekonium adalah kotoran pertama yang dihasilkan oleh bayi. Dalam kondisi tertentu, seperti kehamilan post-term atau stres pada janin, mekonium dapat dikeluarkan ke dalam air ketuban, mengubah warnanya menjadi hijau atau cokelat. Hal ini berisiko menyebabkan sindrom aspirasi mekonium pada bayi baru lahir.

  2. Infeksi Intrauterin (Chorioamnionitis): Infeksi bakteri pada kantung ketuban dan cairannya dapat menyebabkan air ketuban berubah menjadi keruh dan berbau tidak sedap. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi serius pada ibu dan janin.
  3. Anemia Hemolitik pada Janin: Kondisi ini ditandai dengan peningkatan bilirubin dalam air ketuban, yang dapat mengubah warnanya menjadi kuning keruh. Anemia hemolitik pada janin sering kali disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah antara ibu dan janin.

Deteksi Ketuban Keruh melalui USG

Pemeriksaan USG merupakan alat diagnostik penting untuk menilai kondisi air ketuban. Melalui USG, dokter dapat mengamati perubahan warna dan kejernihan air ketuban, serta mendeteksi adanya partikel seperti mekonium. Selain itu, USG membantu dalam memantau kondisi janin dan menentukan tindakan medis yang diperlukan.

Tindakan yang Harus Dilakukan

Jika ketuban keruh terdeteksi, langkah-langkah berikut dapat diambil untuk memastikan keselamatan ibu dan janin:

  1. Pemantauan Ketat: Dokter akan melakukan pemantauan intensif terhadap kondisi janin, termasuk pemeriksaan detak jantung dan pergerakan janin, untuk memastikan kesejahteraannya.

  2. Pemeriksaan Laboratorium: Tes darah dan kultur cairan ketuban mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi atau kondisi lain yang mempengaruhi janin.

  3. Pemberian Antibiotik: Jika infeksi terdeteksi, pemberian antibiotik yang sesuai akan dilakukan untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebarannya.

  4. Persalinan Segera: Dalam kasus tertentu, terutama jika terdapat tanda-tanda gawat janin atau infeksi yang membahayakan, persalinan mungkin perlu dilakukan segera untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi.

Ketuban keruh yang terdeteksi melalui USG merupakan tanda penting yang memerlukan evaluasi dan penanganan segera. Penyebabnya beragam, termasuk adanya mekonium, infeksi, atau kondisi lain yang mempengaruhi janin. Kolaborasi antara ibu hamil dan tenaga medis sangat penting untuk memastikan diagnosis yang tepat dan intervensi yang diperlukan guna menjaga kesehatan ibu dan bayi.

Pertanyaan: apakah ketuban keruh selalu artinya ada mekonium?

Tidak, ketuban keruh tidak selalu berarti ada mekonium. Meskipun mekonium adalah salah satu penyebab utama ketuban keruh, ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan perubahan kejernihan air ketuban. Berikut adalah beberapa penyebab ketuban keruh selain mekonium:

1. Infeksi Intrauterin (Chorioamnionitis)

  • Penyebab: Infeksi bakteri pada ketuban dapat membuat cairan menjadi keruh, bahkan bisa berubah warna dan berbau tidak sedap.
  • Risiko: Meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan infeksi, demam pada ibu, atau komplikasi lainnya.
  • Tanda: Ibu mungkin mengalami demam, nyeri perut, dan cairan ketuban yang berbau tidak sedap.

2. Peningkatan Vernix Caseosa

  • Penyebab: Vernix caseosa adalah lapisan putih tebal yang melapisi kulit bayi, terutama pada kehamilan sebelum 38 minggu.
  • Risiko: Tidak berbahaya dan merupakan proses normal dalam kehamilan.
  • Tanda: USG mungkin menunjukkan ketuban agak keruh, tetapi tidak ada tanda gawat janin.

3. Peningkatan Sel Darah Janin

  • Penyebab: Kadang-kadang, darah janin bisa bercampur dengan ketuban, misalnya karena pecahnya pembuluh darah kecil di plasenta atau tali pusat.
  • Risiko: Bisa menandakan anemia janin atau inkompatibilitas rhesus.
  • Tanda: Warna ketuban bisa berubah menjadi merah muda atau kecokelatan.

4. Adanya Sisa-Sisa Sel Kulit Bayi

  • Penyebab: Saat bayi berkembang, sel-sel kulit yang mati bisa mengelupas dan bercampur dengan ketuban.
  • Risiko: Umumnya tidak berbahaya dan merupakan bagian dari perkembangan normal bayi.

Bagaimana Membedakan Ketuban Keruh Akibat Mekonium atau Penyebab Lain?

  1. Pemeriksaan USG – Bisa menunjukkan apakah ada partikel dalam ketuban yang mencurigakan sebagai mekonium.
  2. Amnioskopi – Prosedur medis untuk melihat langsung warna ketuban.
  3. Pemantauan Detak Jantung Janin (CTG) – Jika ada gawat janin, kemungkinan besar mekonium menjadi penyebab utama.
  4. Tes Laboratorium (Infeksi dan Anemia Janin) – Bisa membantu memastikan apakah infeksi atau masalah darah janin yang menyebabkan ketuban keruh.

Jadi, Ketuban keruh bukan selalu berarti ada mekonium. Ada beberapa penyebab lain yang perlu dievaluasi oleh dokter sebelum menyimpulkan apakah kondisi tersebut berisiko bagi bayi. Jika ketuban keruh terdeteksi, pemantauan lebih lanjut sangat penting untuk menentukan apakah perlu tindakan medis segera.

Pertanyaan: Untuk memastikan penyebab ketuban keruh tersebut bukan infeksi, apa yang harus di periksa?

Untuk memastikan bahwa ketuban keruh bukan disebabkan oleh infeksi intrauterin (chorioamnionitis), beberapa pemeriksaan medis bisa dilakukan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya infeksi pada ibu maupun janin. Berikut adalah beberapa tes yang bisa dilakukan:

1. Pemeriksaan Klinis pada Ibu

Dokter akan mencari tanda-tanda infeksi dengan melakukan pemeriksaan fisik dan wawancara. Beberapa tanda yang mencurigakan adalah:

  • Demam (≥38°C)
  • Takikardia (denyut jantung ibu >100 bpm)
  • Nyeri perut bawah atau uterus lunak
  • Keluarnya cairan ketuban berbau tidak sedap
  • Kontraksi yang lebih sering atau nyeri abnormal

2. Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa tes darah dan cairan ketuban dapat membantu memastikan ada atau tidaknya infeksi:

a) Darah Ibu

  1. Leukosit Total (Hitung Sel Darah Putih – WBC)

    • Jika terjadi infeksi, WBC akan meningkat (>15.000/mm³).
    • Namun, pada kehamilan, WBC bisa meningkat secara alami, jadi perlu dipertimbangkan dengan faktor lain.
  2. C-Reactive Protein (CRP)

    • Peningkatan CRP (>10 mg/L) bisa menjadi tanda adanya peradangan atau infeksi bakteri.
    • Jika CRP tetap rendah, kemungkinan besar tidak ada infeksi.
  3. Procalcitonin (PCT)

    • Lebih spesifik untuk infeksi bakteri sistemik.
    • Jika kadar PCT tinggi, kemungkinan besar ada infeksi serius.

b) Pemeriksaan Cairan Ketuban (Jika Diperlukan)

     Amniosentesis (Pengambilan Sampel Cairan Ketuban)

    • Dilakukan untuk mengecek tanda infeksi jika penyebab ketuban keruh tidak jelas.
    • Tes yang bisa dilakukan dari sampel cairan ketuban:
      • Gram stain (untuk melihat bakteri di bawah mikroskop)
      • Kultur bakteri (untuk mengidentifikasi jenis bakteri penyebab infeksi)
      • Glukosa Ketuban (jika kadar glukosa rendah, kemungkinan ada infeksi karena bakteri memakan glukosa)
      • Leukosit dalam cairan ketuban (jika jumlah tinggi, bisa mengindikasikan infeksi)

3. Pemeriksaan Janin

  1. Cardiotocography (CTG)

    • Jika janin mengalami takikardia (>160 bpm selama lebih dari 10 menit), bisa menjadi tanda janin mengalami infeksi atau stres akibat kondisi lain.
  2. USG Doppler

    • Bisa membantu menilai apakah ada tanda-tanda gangguan aliran darah ke janin yang mungkin disebabkan oleh infeksi.

JadiUntuk memastikan ketuban keruh bukan akibat infeksi, pemeriksaan berikut bisa dilakukan:

Pemeriksaan klinis ibu (demam, nyeri, cairan ketuban berbau)
Tes darah ibu (WBC, CRP, PCT)
Pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis jika dicurigai infeksi)
Pemantauan janin (CTG & USG Doppler)

Jika tidak ada peningkatan leukosit, CRP normal, dan janin dalam kondisi baik, kemungkinan besar ketuban keruh bukan akibat infeksi, tetapi faktor lain seperti vernix, darah janin, atau mekonium tanpa infeksi.

Pertanyaan: lalu bagaimana untuk menentukan ini keruh karen ameconium, atau ini keruh karena infeksi, atau ini keruh karena adanya vernic atau lanugo ? apakah gambaran keruhnya berbeda di USG? 

Untuk menentukan penyebab ketuban keruh, apakah karena mekonium, infeksi, vernix caseosa, atau lanugo, ada beberapa metode yang bisa dilakukan. Namun, secara visual melalui USG, gambaran ketuban keruh bisa mirip, sehingga diagnosis yang akurat memerlukan kombinasi pemeriksaan klinis, laboratorium, dan pemantauan janin. Berikut penjelasan lengkapnya:

Perbedaan Penyebab Ketuban Keruh dan Cara Membedakannya

  1. Ketuban Keruh karena Mekonium
    • Ciri USG:
      • Cairan ketuban tampak lebih gelap atau buram.
      • Partikel yang mengapung dalam ketuban terlihat lebih padat atau seperti “awan gelap”.
    • Faktor Risiko:
      • Kehamilan lewat waktu (>41 minggu).
      • Stres janin (misalnya karena gawat janin).
    • Tanda Tambahan:
      • Detak jantung janin abnormal (bradikardia atau takikardia) saat pemantauan CTG.
    • Konfirmasi:
      • Saat pecah ketuban, cairan tampak hijau atau cokelat kehijauan.
  2. Ketuban Keruh karena Infeksi (Chorioamnionitis)
    • Ciri USG:
      • Ketuban tampak lebih keruh, sering disertai dengan penebalan membran amnion.
      • Ada penurunan volume cairan ketuban (oligohidramnion jika infeksi berat).
    • Faktor Risiko:
      • Demam ibu.
      • Nyeri tekan di perut bagian bawah.
      • Cairan ketuban berbau tidak sedap.
    • Tanda Tambahan:
      • Leukosit ibu meningkat (>15.000/mm³).
      • CRP dan Procalcitonin meningkat.
    • Konfirmasi:
      • Kultur bakteri positif dari cairan ketuban (jika dilakukan amniosentesis).
  3. Ketuban Keruh karena Vernix Caseosa
    • Ciri USG:
      • Partikel putih seperti kapas yang tampak melayang di dalam cairan ketuban.
      • Warna cairan tetap terlihat lebih cerah atau keputihan.
    • Faktor Risiko:
      • Kehamilan kurang dari 38 minggu.
      • Normal sebagai bagian dari perlindungan kulit bayi.
    • Tanda Tambahan:
      • Tidak ada tanda gawat janin.
    • Konfirmasi:
      • Ketuban yang pecah tampak putih susu atau ada partikel putih mengapung.
  4. Ketuban Keruh karena Lanugo
    • Ciri USG:
      • Serabut halus yang melayang di dalam cairan ketuban.
      • Terlihat lebih ringan dan halus dibandingkan partikel mekonium.
    • Faktor Risiko:
      • Normal di trimester kedua atau awal trimester ketiga.
    • Tanda Tambahan:
      • Tidak ada tanda gawat janin.
    • Konfirmasi:
      • Ketuban yang pecah tampak normal, tidak berbau, tanpa warna hijau atau cokelat.

Kesimpulan Cara Membedakan:

  1. Mekonium: Warna hijau atau cokelat, partikel lebih gelap dan padat, sering disertai tanda gawat janin.
  2. Infeksi: Cairan lebih keruh dan berbau, ibu mungkin demam, hasil tes darah menunjukkan tanda peradangan.
  3. Vernix Caseosa: Cairan terlihat putih susu dengan partikel kapas seperti melayang, biasanya tanpa tanda gawat janin.
  4. Lanugo: Serabut halus melayang, normal pada kehamilan pertengahan.

Rekomendasi Tindakan:

  • Jika ada tanda-tanda gawat janin (detak jantung abnormal), penanganan segera diperlukan.
  • Jika ada tanda infeksi (demam, CRP meningkat), segera diberikan antibiotik.
  • Jika penyebab tidak berbahaya (vernix atau lanugo), lakukan pemantauan rutin dan observasi lebih lanjut.

Pendekatan multidisiplin, seperti konsultasi dengan dokter kandungan dan perinatologis, sangat penting untuk memastikan diagnosis yang tepat dan tindakan yang sesuai.