Bidan Kita

Home Blog Page 44

Asuhan Sayang Ibu & Sayang Bayi

Masih berkaitan dengan Gentle Birth, sebuah filosofi dalam persalinan yang mana dalam proses persalinan hendaknya penuh dengan cinta dan minim trauma, yang mungkin dalam bahasa yang lebih mudah di cerna adalah proses persalinan yang sayang ibu dan sayang bayi. Dimana kebetulan di Indonesia sebenarnya sudah ada programnya. Namun saat ini saya ingin Mencoba sedikit mengkoreksi tentang Penerapan Asuhan Sayang Ibu dan sayang Bayi di Indonesia.

Terus terang saya agak kaget ketika mendengar bahwa sesuai dengan hasil KONAS IBI kemaren di Jakarta menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu diIndonesia meningkat tahun ini. Kok Bisa Ya?

Padahal tehnologi semakin maju, Dokter banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia, bahkan bidan saja terutama di pulau Jawa, hampir setiap desa sudah ada bidan desa-nya bahkan di beberapa daerah, satu desa mempunyai dua bidan desa. Artinya fasilitas kesehatan sudah sangat mencukupi di lapangan. Walaupun mungkin saja di daerah-daerah marginal belum banyak, namun saya rasa 80% lebih sudah tersedia nakes di daerah mereka.

Selain itu selama 5 tahun terakhir ini, keberadaan sekolah- sekolah yang mencetak tenaga bidan sudah sangat banyak sekali. Di DIY Yogyakarta saja ada lebih dari 10 stikes dan akbid. Begitu pula di daerah lain, bahkan di Makasar saja hampir setiap kabupaten mempunyai akbid atau stikes, dimana setiap tahunnya mereka meluluskan lebih dari 80 bidan. Artinya tenaga bidan sudah banyak sekali tercetak di negeri ini. Namun mengapa masalah kematian ibu tidak bisa teratasi?

Seolah-olah semakin maju tingkat ekonomi, sosial dan tehnologi, justru kemampuan seorang wanita untuk melahirkan secara normal alami justru semakin menurun.

Seperti kita ketahui bersama bahwa angka kejadian Operasi SC semakin tahun semakin tinggi saja. Angka kejadian Induksi dan persalinan dengan tindakan pun semakin banyak dan lazim terjadi.

Dan angka kematian ibu semakin hari bukannya menurun tetapi menanjak naik.padahal

Program yang pemerintah canangkan pun sangat bagus sekali, mulai dari program :

Program Safe Motherhood pada tahun 1988 Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996, Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Saver (PMS). Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal

Yang mana semuanya adalah demi tercapainya penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Namun mengapa semua program tersebut tidak membawa hasil yang signifikan? Bahkan hingga persalinan gratis dicanangkan pun , Angka kematian ibu justru malah cenderung meningkat. Apa yang salah?

Saya akan mencoba untuk mengkaji sedikit demi sedikit kenyataan di lapangan. Bukan berarti menjelek-njelekkan, namun mencoba untuk mengajak kita semua untuk saling mengkoreksi diri.

Karena pada dasarnya semua program pemerintah tersebut jika di laksanakan secara baik, benar dan bekelanjutan, maka sudah di pastikan Angka kematian ibu di indonesia bakalan menurun drastis. Nah saya akan mencoba mengkaji PENERAPAN ASUHAN SAYANG IBU DALAM PERSALINAN yang ada di lapangan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?” dan sebenarnya Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang paling ideal karena berpusat pada ibu yang mana disini ibu adalah klien (Client oriented) Kala I Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan dukungan emosional.

Dukungan secara emosional ini adalah mutlak harus diberikan kepada ibu karena kita tahu bahwa proses persalinan adalah sebuah proses panjang yang dimana seringkali membuat kepanikan, kecemasan dan rasa ketidaknyamanan muncul. Padahal kita tahu sendiri bahwa ketika seorang ibu berada dalam proses persalinan, seharusnya kecemasan, kepanikan tersebut tidaklah muncul.

Namun kenyataan yang sering dilihat di masyarakat adalah, dukungan inilah yang justru kurang,

– Di awali dari kurangnya pengetahuan sang ibu dan keluarga akan proses persalinan, sehingga mengakibatkan mereka panik.

– Kemudian ditambah dengan hubungan antara nakes dan ibu yang sebatas hanya hubungan antara pasien dan nakes bukan hubungan antara klien dan nakes.

Beda antara klien dan pasien sangatlah banyak. Klien = pengguna jasa, partner, sedangkan pasien lebih berarti seorang yang sakit dan secara emosional pasien berada di “bawah” nakes. Namun beda dengan klien. Klien stratanya setara dengan nakes. Artinya klien berhak untuk berdiskusi, bahkan bernegosiasi dengan nakes tentang asuhan apa yang hendak di terapkan.

– Masih banyaknya nakes yang menganggap bahwa proses persalinan adalah proses medis mekanis yang mana ketika pross persalinan tersebut tidak sesuai dengan standart maka dianggaap gagal dan harus dilakukan tindakan dan intervensi. Misalnya seorang ibu mengalami kala I tak maju dimana pembukaan berlangsung lama, maka segera saja nakes langsung melakukan intervensi, padahal mungkin akar masalah dari hal itu adalah stres dan ketegangan yang dialami sang ibu. Sehingga bukannya akar masalahnya yang di atasi namun tanda gejalanya saja yang diatasi sehingga alhasil banyak sekali tercipta “cascade intervensi” disini.

– Masih banyaknya perilaku nakes yang belum mampu memberikan dukungan emosional kepada sang ibu, dimana nakes masih lebih sering berkutat pada lembar dan kertas Asuhan Kebidanan dan administrasi di bandingkan dengan berada di samping ibu dan memberikan dukungan berupa support, melakukan relaksasi, memberikan massage, memberikan elusan, belaian kepada ibu. Yang saya lihat adalah sebagian besar nakes hanya mendatangi ibu hanya jika ada keperluan misalnya hendak memeriksa detak jantung bayi, hendak melakukan pemeriksaan dalam saja setelah itu para bidan hanya berkutat pada pekerjaanya tentang administrasi (sibuk dengan lembar asuhan kebidanan) yang harus diisi dan di dokumentasikan. sedangkan support atau dukungan lain yang sebenarnya dibutuhkan oleh ibu diserahkan begitu saja kepada pendamping persalinan dalam hal ini adalah suami, padahal suami dan keluarga tidak dibekali cara-cara dan tips dalam melakukan pendampingan. Bisa di bayangkan, suaminya yang panik dan kebingungan harus mendampingi istri yang panik, kebingungan dan kesakitan.

Disini saya seringkali tergelitik, karena saya merasa bidan masih kalah dengan dukun beranak. Dan seharusnya bidan belajar banyak kepada dukun beranak yang mana seorang dukun beranak pasti melakukan dukungan yang terus menerus, berada di samping sang ibu, memberikan massage, menghibur dan memberikan rasa aman dan nyaman yang mutlak di butuhkan seorang ibu yang sedang bersalin.

– Masih banyak nakes yang berkata seperti ini : “ibu ini buatnya saja sambil tertawa, masak pas giliran mau melahirkan malah menangis?” di saat ibu sedang panik dan kesakitan menahan ketidaknyamanan yang dia rasakan.

Nah untuk itulah sebenarnya dukungan emosional ini harus di jabarkan secara lebih mendetail dalam program asuhan sayang ibu sehingga, nakes dan keluarga dapat menjadi tim yang solid dalam memberikan dukungan kepada seorang ibu bersalin.

Misalnya, seorang pendamping persalinan di berikan semacam pelatihan pendampingan, semacam pelatiahan “Birth partner” sehingga di hari H sangat birth partner inilah yang dapat membantu nakes untuk memberikan support kepada ibu bersalin. Karena pada dasarnya pengetahuan adalah kekuatan. Disinilah letak fungsinya pemberdayaan diri.

2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.

Ya pendampingan keluarga ini sangatlah penting, karena rasa aman sang ibu bisa didapatkan ketika dia berada di antara keluarga yang mendukungnya, namun sanyang sekali masih banyak fasilitas kesehatan yang tidak mengijinkan adanya pendampingan persalinan sampai proses kelahiran bayi. Sebagian besar keluarga terutama suami hanya diperbolehkan untuk mendampingi saat kala I persalinan saja, giliran ibu memasuki kala dua, pendamping dipersilahkan untuk keluar. Padahal justru disinilah moment puncak tertinggi seorang ibu membutuhkan support dari seseorang yang dia percayai.

3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.

Beberapa ibu menginginkan pendampingan oleh orang yang dia percayai dan mungkin saja bukan suaminya, tetapi teman, ibu, saudar atau bahkan doula yang sengaja dia “hire” untuk pendampingan. Namun tidak sedikit fasilitas kesehatan yang tidak menghormati keinginan ibu tersebut. Nah mari kita koreksi dan perbaiki bersama.

4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara :

(a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.

(b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.

(c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.

(d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.

Alasan Untuk Tetap ber-Olahraga selama Hamil

0

Menjadi bugar itu penting, tidak hanya untuk Anda dan saya namun juga untuk para ibu hamil.karena ketika seorang ibu hamil bugar dan sehat, maka proses persalinannyapun akan berjalan dengan lancar dan nyaman. Dan manfaat untuk ibu tidak berhenti di situ. Sebuah studi pada tahun 1992 oleh Lois Jovanovic-Peterson menemukan bahwa ibu yang mengalami diabetes kehamilan bisa menurunkan kadar gula darah mereka ke titik normal dimana mereka tidak lagi membutuhkan suntikan insulin dengan melakukan olahraga aerobik selama 20-30 menit tiga kali seminggu.

Dr Tanya K. Sorensen melaporkan pada pertemuan tahunan 2002 Society for Maternal-Fetal Medicine di Amerika bahwa olahraga selama kehamilan tampaknya mengurangi resiko terkena pre-eklampsia.

Adapun dalam proses persalinan, studi yang dilaporkan dalam Jurnal Penelitian pada tahun 1991 kembali menunjukkan bahwa ibu yang berolahraga 20 menit tiga kali seminggu selama paling sedikit 20 minggu kehamilan mereka akan memiliki proses persalinan yang lebih pendek pada kala kedua-nya (kala pengeluaran bayi) dan lebih sedikit komplikasi selama persalinan dibandingkan dengan ibu yang jarang atau bahkan tidak pernah melakukan olahraga.

 

James Clapp, MD pada tahun 1996 melaporkan bahwa wanita yang berolahraga selama kehamilan melahirkan bayi mereka rata-rata 5 hari lebih awal dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah berolahraga dan mereka jarang memerlukan intervensi medis. Dalam makalahnya The American Journal of Sport Medicine ia menyatakan, “Fase aktif dalam persalinan mereka adalah sekitar 2 jam lebih pendek, bukti klinis dan laboratorium terhadap kondisi stres janin juga menurun, dan timbulnya persalinan operatif (forceps atau operasi caesar) berkurang dari 48% menjadi 14%. ”

Tetap bugar dan sehat juga dangat bermanfaat untuk bayi Anda. Dalam sebuah penelitian di tahun 1997 dari Case Western Reserve University di Cleveland James Clopp, MD menemukan bahwa di usia 5 bulan, bayi dari ibu yang berolahraga minimal 30 menit tiga kali seminggu memiliki tingkat lemak tubuh yang lebih rendah dan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, serta lebih mampu berbahasa lisan.

Jika manfaat fisik tidak cukup untuk Anda, pada tahun 2003 Dacosta dan rekan menerbitkan sebuah studi dalam Journal of Psychosomatic Obstetri dan Ginekologi menunjukkan bahwa ibu yang berolahraga selama kehamilan maka, kejadian depresi post partum/paska melahirkan lebih sedikit, kecemasan dan stres selama kehamilan juga lebih sedikit.

Jadi olahraga selama kehamilan bagus untuk Anda secara fisik dan emosional. Hal ini dapat membuat Anda lebih nyaman selama kehamilan dan membantu Anda selama persalinan. Ia bahkan bisa membantu bayi Anda semakin sehat. Dengan alasan yang baik begitu banyak, bagaimana bisa Anda tetap tidak mau berolahraga selama masa kehamilan??

Manfaat berolahraga selama kehamilan dimulai segera dan akan berlangsung seumur hidup.

Berikut daftar alasan untuk mulai berolahraga hari ini:

1. Berat badan bayi Anda akan sesuai dengan tumbuh dan kembangnya

2. Persalinan akan terasa lebih mudah dan lancar, tentu saja, karena sistem kardiovaskular yang sehat membuat Anda lebih semangat dan stamina kuat terutama pada tahap kala dua (melahirkan bayi). Satu studi menemukan bahwa ibu yang rajin olehraga maka , permintaan obat nyeri selama persalinan lebih rendah sekitar 58 persen daripada ibu yang tidak olahraga

3. Anda menurunkan risiko diabetes kehamilan Anda dengan sebanyak 27 persen

4. Suasana hati Anda akan lebih baik selama masa kehamilan

5. Sekitar dua pertiga dari wanita hamil mengalami sakit punggung, tetapi jika Anda sering olahraga apalagi Yoga, maka semua keluhan tersebut dapat di atasi.

6. Sistem pencernaan Anda lebih sehat

7. Anda memiliki lebih banyak energi selama masa kehamilan dan persalinan

8. Anda cenderung menjadi bugar walaupun hamil di usia pertengahan

Persiapan batin untuk proses persalinan

Proses persalinan merupakan pengalaman mental yang luar biasa dan tidak mungkin dilupakan atau terlupakan. Ini terbukti ketika Anda coba bertanya kepada ibu Anda bahkan Nenek Anda tentang sejarah atau kisah persalinan mereka. Mereka akan dengan detail mampu menceritakan dan menggambarkan tentang pengalaman melahirkannya. Apalagi ketika mereka mengalami trauma atau mengalami sesuatu yang sangat berkesan baik dalam konteks positif maupun negatif. Sehingg seringkali saat Anda bertanya tentang kisah persalinan mereka justru Anda akan mendapatkan wejangan-wejangan khusus dari mereka berkaitan dengan proses tersebut.

Untuk itulah maka sangat penting bagi anda untuk mempersiapkan mental dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan nanti. Ada beberapa sikap dasar yang harus Anda miliki sebagai calon ibu.

1. Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind)

Dari semua aspek dalam proses persalinan yang terjadi pada setiap orang, pengalaman persalinan Anda adalah milik Anda sendiri yang mana pengalaman persalinan Anda tentu saja berbeda dengan pengalaman persalinan ibu yang lain. Bahkan pengalaman persalinan Anda yang pertama tidak akan sama dengan pengalaman persalinan Anda yang kedua atau seterusnya. Dan pengalaman persalinan tersebut bisa saja berbeda dengan apa yang Anda baca, Anda lihat di TV maupun video. Persalinan Anda adalah unik. Jadi pemikiran inilah yang harus mengawali dan menjadi dasar dalam pikiran dan hati Anda. Sehingga jangan sampai anda mengandalkan rumus “KATANYA”, yaitu katanya si A begini……, lalu katanya si B begitu…. dan seterusnya. Ingat Anda harus mengingat bahwa persalinan setiap manusia itu berbeda karena manusia itu unik.

Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind) hampir sama dengan pikiran tidak tahu atau “don”t know mind”. Kita tahu bahwa selama proses kehamilan terkadang kita menemui beberapa kejadian yang tidak di harapkan. Contohnya ketika Anda melakukan test laboratorium ditemukan bahwa Anda menderita anemia atau sesuatu yang lebih serius misalnya mengidap virus CMV (Cytomegalovirus). Atau mungkin tiba-tiba di umur kehamilan 32 minggu posisi janin Anda menjadi sungsang, dimana hal ini memungkinkan sebuah jawaban yang tidak diharapkan ketika muncul pertanyaan bagaimana cara bayi Anda dilahirkan nanti. Seringkali kejutan demi kejutan terjadi pada saat proses persalinan dan kejutan tersebut terkadang tidak dapat Anda hindari, contohnya jika tiba-tiba selaput ketuban Anda pecah dan Anda mengalami Ketuban Pecah Dini, atau kejutan yang Anda alami saat tiba-tiba Anda merasa ingin mengejan padahal belum pembukaan lengkap

Pikiran awal atau beginner mind membuat kita lebih siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam persalinan nanti, dimana dalam pikiran ini kita dapat menyadari harapan dan harapan kita akan proses persalinan tanpa harus terpaku kaku dengan harapan-harapan tersebut, apalagi terobsesi. Dalam arti bahwa ketika Anda sudah mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya maka saat persalinan adalah waktunya untuk pasrah, ikhlas dan tenang.

2. Tidak menghakimi (Non-Judging)

“Pasti bakalan terasa sakit sekali!”

“Sepertinya aku tidak bakalan kuat menahan rasa sakit yang katanya orang benar-benar luarbiasa!”

“Aku terlalu gemuk, pasti aku kesulitan saat melahirkan nanti”

Apa yang kita pikirkan seringkali merupakan reaksi dari pengalaman hidup kita yang lalu. Kita bisa saja dengan mudah dan cepat menghakimi atau menilai sesuatu apakah itu sebagai hal yang baik atau buruk ketika kita menemukan bahwa itu menyenangkan atau menyakitkan. Dan beberapa kalimat di atas adalah kalimat-kalimat penilaian dan penghakiman terhadap diri sendiri yang seringkali ada di dalam pikiran dan hari Anda.

Ketika pemikiran tentang penghakiman atau penilaian tersebut terus ada dalam hati dan pikiran Anda, maka hal ini akan sangat berdampak hingga proses post partum (paska melahirkan) nanti, dimana ini justru membuat Anda berpotensial menderita depresi post partum. Karena dengan adanya pemikian tersebut bisa saja Anda selalu menyalahkan diri Anda atas beberapa kejadian yang mungkin saja tidak mengenakkan dan menyakitnyan yang Anda alami.

Bunda Fathya adalah seorang ibu yang mempunyai masalah berat badan berlebihan sejak sebelum dia hamil. Ketika dia melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan Kita, sejak awal dia sangat khawatir dengan kondisinya karena menyadari bahwa badannya besar dia menilai bahwa dia tidak bakalan bisa melahirkan secara normal alami, karena tubuhnya yang besar tersebut bisa saja membuat kesulitan demi kesulitan terjadi saat proses persalinan. Saat itu saya sangat maklum dengan apa yang dirasakan bunda Fathya. Karena memang berat badannya hampir mencapai 95 kg di usia kehamilan 20 minggu. Namun saat itu bunda Fathya saya ajak untuk mengikuti kelas persiapan persalinan dengan program balance gentle birth di klinik Bidan Kita. Selain belajar untuk lebih tenang dan optimis, bunda Fathya juga saya motivasi untuk rajin melakukan prenatal yoga. Sehingga tulang belakang dan kakinya kuat serta pinggulnya lebih lebar. Ketika berada di kelas prenatal yoga untuk pertama kalinya, memang bunda Fathya lumayan minder karena tubuhnya yang paling besar diantara ibu yang lain dan gerakannya paling kaku dan sulit di banding ibu yang lain. Namun saat itu semua ibu-ibu dan saya menyemangati bunda Fathya sehingga muncul dalam pikirannya bahwa dia lebih percaya diri, dan menganggap bahwa kondisi tubuhnya ini adalah sebuah kesempatan dan peluang serta tantangan untuk berlatih lagi dan lagi. Hingga akhirnya bunda Fathya bisa melahirkan dengan normal dan lancar padahal berat badan bayinya cukup besar.

Nah untuk itu, ketika Anda hamil, jangan pernah menghakimi diri sendiri dan seolah-olah memberikan sugesti negatif kepada diri sendiri dengan menilai dan menghakimi.

3. Sabar (Patience)

Sabar adalah modal utama dalam proses kehamilan dan dan persalinan. Dan melalui proses ini jugalah saya belajar banyak tentang arti kesabaran.

Sabar adalah ketika Anda harus menunggu tanda-tanda persalinan datang padahal hari perkiraan lahir sudah terlewati dan semua orang sudah menayakan kepada Anda tentang kapan Anda melahirkan.

Sabar adalah ketika Anda harus menunggu selama 40 minggu bahkan lebih untuk bertemu dengan buah hati Anda

Sabar adalah ketika pembukaan berjalan begitu lambat dan terasa tidak nyaman

Sabar adalah ketika Anda merasakan kontraksi demi kontraksi yang tak kunjung usai.

Ya sabar, sabar dan sabar adalah hal pokok yang harus dimiliki seorang calon ibu, calon bapak juga oleh bidan maupun dokter. Saya seringkali menggambarkan bahwa sabar adalah ketika saya harus mengawasi, mengobservasi dan menunggu. Dimana saya harus bersabar untuk tidak melakukan intervensi yang tidak perlu ketika pembukaan klien tidak sesuai dengan teori yang ada. Dimana saya harus bersabar untuk tidak memberikan induksi ketika hari perkiraan lahir sudah terlampaui.

Dan saya selalu mengatakan kepada klien saya bahwa sabar adalah pelajaran yang di dapat dalam proses persalinan, karena jika Anda tidak sabar, bagaimana dengan pola pengasuhan kelak, karena ketika Anda sudah memasuki fase pengasuhan anak, sabar adalah modal utama untuk menjadi orangtua yang baik.

Kesabaran memang sederhana tetapi tidak mudah. di budaya Jawa, nenek kami selalu mengatakan bahwa “kabeh bayi bakalan metu nek uwis sangate” artinya adalah bayi akan lahir ketika sudah tiba saatnya. Saatnya siapa? Ya saatnya dia sudah diap untuk di lahirkan dan Tuhan sudah menghendaki bayi itu untuk dilahirkan. Bukan kehendak manusia tetapi kehendak Sang Kuasa. bagi saya filosofi dalam budaya Jawa ini sangat dalam artinya. Seringkali dalam kenyataan hidup ini calon orangtua bahkan para provider tidak sabar untuk menanti “sangate/saat-nya” tersebut. Sehingga seringkali akibat rasa tidak sabaran inilah maka muncul rasa takut, muncul rasa khawatir, muncul rasa tidak percaya kepada tubuh dan bayi, dan akibatnya berbagai intervensi yang sebenarnya tidak perlu di lakukan. Dimana satu intervensi akan menimbulkan munculnya intervensi berikutnya dan berikutnya lagi.

4. Tidak Kejar Target

Proses kelahiran, kematian adalah rahasia Sang Pencipta. Dan ini akan terjadi ketika Dia menghendakinya. Artinya bahwa seharusnya tidak ada kata-kata death line di dalam proses persalinan. Kita tahu bahwa ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang untuk membantu Anda dan saya, untuk memudahkan Anda dan saya dalam menjalani dan mendampingi proses persalinan. Sebagai contoh penggunaan rumus Neagle dalam penentuan hari perkiraan lahir, atau USG untuk menentukan umur kehamilan dan hari perkiraan lahir. Semua tehnologi dan ilmu tersebut bertujuan untuk mempersiapkan Anda dan saya supaya lebih “aware” atau lebih waspada kapan sekiranya bayi Anda akan dilahirkan. Namun kenyataannya seringkali justru Hari Perkiraan Lahir dianggap sebagai harga mati dalam persalinan dimana jika hari perkiraan lahir tersebut terlampaui maka berbagai intervensi dilakukan agar sang bayi segera lahir, tidak perduli apakah tubuh ibu sudah siap atau belum, atau apakah bayi memang sudah siap untuk dilahirkan atau belum. Tanpa melihat pola menstruasi sang ibu yang lalu atau pola konsepsi yang terjadi HPL jadi harga mati. Sehingga seringkali intervensi yang tidak perlu terjadi karena mental “kejar target/kejar death line ” ini.

Tidak hanya itu saja, ketika masuk dalam proses persalinanpun seringkali provider menetapkan tentang target pembukaan. Dimana pembukaan haruslah berjalan sekian jam. Namun ketika pembukaan berjalan dengan sedikit lebih lambat, dan tidak sesuai dengan tabel grafik atau pedoman yang mereka pakai, maka tanpa melihat akar masalah dari pembukaan yang melambat tersebut, provider langsung melakukan berbagai intervensi untuk mengejar target pembukaan.

Nah pertanyaan yang perlu di renungkan adalah:

Di dalam teori dan penelitian dikatakan bahwa setelah pembukaan 5 cm, maka pembukaan akan meningkat satu sentimeter tiap jam-nya. Jadi misalnya pembukaan lima terjadi di pukul 18;00 maka pukul 23;00 pembukaan harusnya sudah lengkap.

Nah dari teori dan penelitian tersebut, apakah bisa diterapkan kepada semua wanita bersalin di muka bumi ini? Tentu saja tidak! Karena proses kelahiran tidak bisa di atur jam nya. Namun yang terjadi adalah seringkali teori dan hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai standart operating procedur (SPO) yang membuat provider seolah-olah memperlakukan seorang ibu bersalin seperti “robot yang melahirkan”.

Nah apa yang terjadi jika perilaku kejar target ini Anda miliki saat proses persalinan?

Dimana setiap saat Anda melihat jam dinding untuk menghitung sekiranya berapa lama Anda akan menjalani proses persalinan ini, yang barangkali terasa tidak nyaman bagi Anda? Lalu perasaan apa yang akan Alami jika ternyata target waktu yang sudah ditentukan tersebut terlampaui, misalnya didalam teori dikatakan bahwa proses persalinan untuk ibu yang pertama kali bersalin adalah sekitar 18 sampai 24 jam. Namun apa yang terjadi atau yang Anda rasakan jika ternyata 24 jam tersebut sudah terlewati dan ternyata proses pembukaan masih berlangsung lama? Bukankah itu justru akan menghambat proses karena justru Anda menjadi stres dan semakin cemas dan khawatir?

5. Percaya diri (Trust)

Belajar untuk “mendengarkan” tubuh belajar untuk memercayai tubuh adalah elemen kunci dalam keberhasilan sebuah persalinan alami. Ketika mind set Anda menyatakan bahwa tubuh seorang wanita di ciptakan untuk melahirkan alami, maka Anda akan mampu menjalani proses persalinan tersebut walaupun mungkin proses tersebut begitu tidak nyaman atau bahkan menyakitkan. Namun sebaliknya jika di dalam diri Anda tidak percaya diri, maka Andapun tidak akan mampu melewati masa-masa itu dengan baik.

Percaya kepada kekuatan tubuh, percaya pada kekuatan bayi Anda dan tentunya percaya kepada Nya bahwa Anda diciptakan untuk melahirkan alami dijaman ini memang bukan sesuatu yang mudah namun harus Anda lakukan untuk mencapai Gentle Birth.

6. Pengakuan dan penerimaan (Acknowledgment)

Kehamilan yang sehat dan sadar -Healthy and conscious pregnancy-

 

perjalanan hidup Anda saat kehamilan akan mampu mengubah hidup Anda selamanya mulai dari status yang semula seorang gadis atau seorang istri, menjadi seorang ibu, dapat mengubah kenyataan hidup dan masa depan Anda juga.

Banyak sekali perubahan-perubahan yang akan Anda alami, dan sadarilah bahwa Tuhan sedang menyulam karyaNya di dalam tubuh Anda. Selama empat puluh minggu masa kehamilan, bahkan lebih, fondasi dari spirit janin dan karakternya di bangun di dalam rahim Anda. Semua pengalaman Anda, segala hal yang Anda lihat, Anda dengar, Anda ucapkan dan bahkan Anda pikirkan, menjadi bagian dalam tumbuh kembang janin Anda.

Conscious berarti sadar sepenuhnya secara hati dan pikiran. Conscious pregnancy artinya bahwa anda sadar sepenuhnya bahwa Anda sedang hamil, bahwa ada janin yang tumbuh dan berkembang di dalam tubuh Anda, bahwa Ada tanggung jawab yang mengiringi perjalanan ini. Bahwa Anda bersyukur dan bertanggungjawab akan kehamilan ini, Bahwa sebentar lagi Anda akan menjadi orang tua yang mempunyai tanggung jawab pengasuhan anak. Ada conscious pregnancy (kehamilan yang sadar) berarti seharusnya ada pula conscious conception (konsepsi yang sadar). Inilah yang seringkali terlupa oleh Anda bahwa sebelum terjadi kehamilan, pasti terjadi sebuah konsepsi yaitu sebuah pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Lalu mengapa harus conscious (sadar)? Ya karena dengan conscious consception maka akan tercipta conscious pregnancy. Dan dasar dari konsepsi yang sadar adalah kasih, sayang dan pelayanan. Karena conscious pregnancy berarti bukanlah suatu kehamilan yang tak disengaja, kehamilan akibat “kecelakaan”,  namun kehamilan yang memang sudah direncanakan, disadari dan di niatkan.

Sahabat saya Reza Gunawan pernah bertutur kepada saya ketika kami bersama-sama mengikuti pelatihan healing birth trauma bersala Elena Tonetti (bidan asal Rusia), Reza menyatakan bahwa apapun yang di tanam di dalam rahim akan tumbuh subur. Karena rahim adalah miniatur dari Alam semesta, miniatur dari bumi bertiwi. Jadi ketika kasih sayang dan cinta yang ditanamkan di dalam rahim sejak konsepsi, maka rasa itulah yang akan tumbuh dan berkembang dengan subur. Namun jika amarah, kebencian, kekecewaan dan penyesalan yang ditanamkan di dalam rahim ketika konsepsi, maka rasa dan emosi negatif itulah yang tumbuh dan berkembang secara subur di rahim.

Ketika saya mendengar penuturannya tentang hal ini saya membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk memahami dengan jelas dan benar apa yang dikatakannya. Hingga akhirnya saya bertemu dengan Giuditta Torneta seorang doula dan juga penulis buku painless childbirth yang bercerita bahwa rahim adalah otot terbesar, terkuat dan sangat istimewa di dalam tubuh manusia yaitu wanita. Rahim adalah miniatur dari bumi pertiwi (mother earth). Rahim adalah tempat kehidupan bermula, dan rahimlah yang menjaga kehidupan itu sama dengan bumi menjaga kita manusia. Namun disisi lain rahim adalah organ yang paling rapuh di antara organ tubuh yang lain. Karena di dalam rahimlah trauma seringkali bermula dan mudah sekali di dapatkan dan ini yang akan menjadi fondari dalam kehidupan. Mengapa saya berkata rapuh? Ya contohnya ketika seorang wanita di landa masalah yang luarbiasa pelik dan berkepanjangan, seringkali kita dapati siklus menstruasinya menjadi kacau. Bahkan ketika Anda stres maupun kaget bahkan marah, rahim mudah sekali terpengaruh.

Dan Akhirnya Malaikat kecilku LAHIR! “Kisah persalinan dengan umur 42+2 w”

birth

Namanya bunda Putri, beliau domisilinya di Klaten. Dekat dengan Bidan Kita.

Semenjak hamil beliau rajin mengikuti kelas hypnobirthing for gentle birth di Bidan Kita.

Suatu hari 40 minggu sudah berlalu. Santai tapi was-was..beberapa kali melakukan induksi alami namun tidak ada hasil. Hingga setelah 41 minggu terlewati rasa cemas itu mulai mengganggu. Takut kenapa-kenapa. Hingga akhirnya memutuskan untuk periksa ke SPOG terdekat untuk mengetahui kondisi janin. Dan SPOG berkata bahwa harus segera induksi karena ketuban habis. Karena cemas akan kalimat dokter yang menyatakan bahwa ketuban sudah habis, maka Hari tu juga bunda putri datang ke Bidan Kita untuk cross ceck tapi ternyata di USG terlihat ketuban masih cukup banyak dan detak jantung serta kondisi janin sungguh masih sehat dan sejahtera. Alhasil, rencana induksi-pun batal, dan akhirnya mbak putri melakukan beberapa treatment di Bidan Kita. Alhasil pembukaan terjadi 3 cm namun kontraksi tak intens, dan selama 3 harian, pembukaan hanya mentok segitu saja.

1 minggu hampir berlalu tanggal 13 juni 2013,bisa Anda bayangkan betapa bingung dan cemsanya mereka. Maka saya anjurkan dia untuk pergi ke JIH ketemu dengan dr Nurhadi rahman SPOG yang mana beliau saya anggap paling Pro normal di JOGJA, KLATEN, SOLO,. Dan alhasil hasil NST bayinya sehat dan sejahtera jadi bisa nunggu 2 -3 hari lagi. tgl 14 juni 2013, itu adalah genap 42 minggu kehamilannya. Padahal hari itu saya sudah ada jadwal untuk pergi ke cirebon karena ada dua seminar disana, otomatis sepertinya saya tidak “berjodoh” dnegan sang adek. Karena lumayan galau dan bingung dengan kontraksi seperti apa, saya ajak mbak putri untuk melihat apa dan bagaimana kontraksi dengan memegang perut mbak Detty yang kebetulan saat itu sedang dalam persalinan. Memegang perut dan merasakan perbedaan kontraksi dan tidak membuat dia merasa lebih tenang ternyata karena dia semakin yakin bahwa sang bayi bisa di ajak kerjasama. Karena saya akan pergi, maka mbak Putri langsung minta surat pengantar kepada saya untuk ditujukan ke JIH.

Saat itu mbak putri masih ragu apakah dia harus jauh-jauh dari klaten ke jogja untuk persalinannya? Tapi saya benar-benar berusaha untuk meyakinkan beliau bahwa:

1. Proses persalinan dan kelahiran adalah kenangan seumur hidup jadi perlu di perjuangkan. Jogja klaten hanya 1 jam, dan 1 jam demi mendapatkan pengalaman yang indah saya rasa tidaklah susah. (itulah mengapa banyak ibu yang memilih melahirkan di BidanKita walaupun jarak dari rumah mereka berjam-jam, semua demi proses persalinan gentle birth)

2. Jarang sekali ada dokter SPOG yang mau bersabar, bahkan memberi semangat kepada kliennya ketika usia kehamilannya lebih dari 41 w, apalagi mendekati 42 w. Ketika dr Adi berkata dengan “jujur” kepada klien bahwa bayinya sejahtera dan masih bisa ditunggu barang 2-3 hari serta meyakinkan bahwa mbak putri bisa melahirkan normal, saat itu saya yakin bahwa dialah dokter yang baik dan doaku khusus untuknya dalam kasus ini.

Tanggal 15 Juni 2013 saat itu saya sudah di cirebon, dan mbak putri sms mengatakan bahwa dia sudah mondok di JIH dan hanya di observasi saja.

Tgl 16 Juni 2013, berarti saat itu 42+2 w. Dr Adi sms saya : “mbak yesie putri udah lahiran ya, spontan semalem jam 10 di JIH., oya affirmasinya apa sich, pembukaan 8-9-10, dia memang gak merasa nyeri tapi kegelian setiap kontraksi, jadi aku malah ngakak sendiri.”

Oh Tuhan..trimakasihhhh…

Rasanya sujud syukur.

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.” ~ Jane Weideman

0

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.” ~ Jane Weideman

Ketakutan hanya bisa di atasi dengan IMAN.Ingat melahirkan itu Nyaman, karena Tuhan sudah mendesain

0

Ketakutan hanya bisa di atasi dengan IMAN.Ingat melahirkan itu Nyaman, karena Tuhan sudah mendesain tubuh wanita sedemikian rupa untuk melahirkan normal alami.

SPINKTER LAW -Ketika Serviks Menutup Kembali-

Ika 1

Mungkin di antara Anda pembaca pernah membaca kisah persalinan saya 12-an tahun yang lalu di web www.bidankita.com maupun di buku saya yang berjudul “Siapa Bilang Melahirkan Itu Sakit”

Nah saat ini saya akan share tentang sebuah ilmu yang mungkin belum Anda ketahui. Yaitu tentang hukum dalam Spinkter atau Spinkter Law.

Namun sebelumnya saya ingin bercerita kembali tentang kisah perjalanan kehamilan dan persalinan saya, supaya mengingatkan Anda.

Perjalanan saya akan kehamilan sangat unik, walaupun saya berhasil melahirkan tanpa rasa sakit, namun banyak kisah yang terjadi selama proses kehamilan saya. Ini adalah kehamilan pertama saya dan saya beruntung karena selama hamil, hampri tidak pernah merasakan “mabok” ataupun mual muntah seperti orang kebanyakan. Dalam istilah jawa di kehamilan saya, saya termasuk “ngebo” yang artinya tak ada keluhan apapun, hobinya makan dan tidur. Namun ketika usia kandungan saya menginjak 21 minggu, saya mengalami perdarahan dan Abortus imminen (abortus yang bisa dipertahankan) saat itu serviks saya sudah membuka sekitar 1 cm. Dugaan saya saat itu mungkin karena saya habis bercinta dengan suami, maklum suami pulang hanya tiap sabtu minggu, dan itu adalah hari minggu malam kejadiannya. Dan riwayatnya, selama hamil, libido saya justru naik sehingga hampir tiap suami pulang, kami pasti bercinta. Dan dugaan saya, ternyata serviks saya tidak terlalu kuat dan tidak tahan dengan prostatglandin yang ada di sperma suami sehingga begitu saya terangsang, hormon oksitosin naik, sehingga saya langsung kontraksi, dan begitu suami ejakulasi maka serviks saya langsung bereaksi pula. Sempat saya mondok di RS sekitar 3 hari, mendapatkan duvadillan (obat penguat kandungan) dan beruntung janin saya bisa dipertahankan saat itu. Di bulan ke-6 saat itu saya main ke sebuah tempat ziarah di klaten yaitu Sendang Sri Ningsih, ada 100-an anak tangga yang harus saya lalui dan itupun di sebuah bukit. Sepulang dari ziarah, malam harinya sayapun kontraksi kembali, dan perdarahan kembali. Setelah dibawa ke Rumah Sakit saat itu ternyata saya sudah mengalami pembukaan 5 cm. Akhirnya mondok selama 3 hari, dan duvadillan kembali masuk sebagai penguat kandungan, dan beruntung lagi selama 3 hari kontraksi menjadi hilang dan “anteng” lagi, sehingga saya diperbolehkan pulang, dengan pesan saya sementara dilarang bercinta dahulu ^_^.

 

Akhirnya kegiatan saya dirumah hanyalah makan, tidur, makan, tidur sambil selalu mendengarkan musik klasik dan menyusun kliping seputaran ibu melahirkan dan bayi baru lahir serta resep-resep makanannya

Nah di kehamilan antara 7-8 bulan, di tradisi jawa ada upacara “MITONI” sebagai ucapan syukur dan doa untuk keselamatan janin saya. Selesai acara mitoni, saya merasa happy sekali dan karena rumah saya begitu kotor (bekas aktifitas memasak) sayapun ikutan mengepel lantai, saya ingat sekali saat itu saya jongkok sambil mengepel seluruh lantai dapur dengan begitu semangatnya menggunakan sunlight karena lantai dapur saya terkena minyak.

Nah mungkin karena terlalu capek sehingga malam harinya saya mengalami kontraksi untuk ketiga kalinya. Dan jam 21.00 saat saya di rumah sakit dan di periksa oleh dokter saya sudah mengalami pembukaan 7cm. Dan saat itu diperkirakan saya akan melahirkan sekitar jam 24.00. saya hanya di suruh tidur miring dan menunggu. Namun yang terjadi, kontraksi saya bukannya bertambah tetapi justru melambat dan semakin lama semakin hilang. Orang tua dan suami saya malah sampai tidur ngorok di kamar sehingga sepanjang malam saya tidak bisa tidur, bukan karena kontraksi namun karena suara ngorok mereka heheh. Sempat saya marah dengan diri dan bayi saya, saya merasa kok dia sangat merepotkan sekali? Hingga saya menangis dan merasa begitu kesal dan marah. Dan alhasil, saya tidak jadi melahirkan hari itu. Di observasi selama 3 hari tanpa obat apapun, ternyata proses persalinan saya terhenti dan akhirnya saya kembali diperbolehkan untuk pulang.

Selama dirumah saya mulai enjoy dan tidak pernah ada yang namanya kontraksi ataupun perdarahan, semakin lama bayi saya semakin tumbuh dengan sehat, dan di akhir kehamilan kegiatan saya adalah bernyanyi dan goyang panggul sambil melihat VCD Shah Rukh Khan “Kuch Kuch Hota Hai dan Mohabattein” yang bisa sehari sampai 3-4 kali saya putar dan saya ikuti tariannya.

Dan di malam minggu tgl 24 Maret 2001 yang lalu , jam 5 sore saya masih goyang india, jam 20.00 suami saya pulang dari Ungaran tempat kerjanya, dan saya masih enjoy makan malam sembari ngobrol dengan suami, lalu di jam 22;00 saat saya mau tidur, saat suami mencium perut saya, tiba tiba ketuban saya pecah dan lalu saya berjalan ke kamar ibu saya dan jam 23:00 bayi mungil saya GABRIELE NADINA ELLOIANZA lahir di kamar ibu saya. Tanpa rasa sakit

Saat itu saya begitu penasaran dengan perjalanan kehamilan dan proses persalinan saya, karena 2 bulan setelah melahirkan saya melanjutkan kuliah di kebidanan, dan saya bertemu dengan dr Lilik SPOG yang saat itu beliaulah yang memeriksa saya dan menyatakan saya sudah pembukaan 7cm, saya bertanya kepada beliau dan beliau menyatakan kemungkinan saya mengalami kelainan yaitu serviks inkopenten dimana otot dan serabut di serviks kurang dari normal sehingga mudah sekali membuka, namun saat saya baca lagi di berbagai sumber, jika saya mengalami serviks inkopeten, kemungkinan saya harus pasang ring (semacam) cincin untuk menahan serviks agar tetap tertutup, dan kemungkinan besar saya tidak bisa memakai kontrasepsi IUD karena kelainan itu. Tapi kenyataannya saya tetap pakai IUD dan tidak pernah ada masalah dengan serviks saya (Atau mungkin tingkatan serviks inkopeten yang saya derita tidak terlalu parah mungkin? Bisa jadi demikian)

Nah lalu apa hubungannya dengan spinkter law dalam judul artikel ini dengan kasus saya?

Hingga saat ini tentang seputar serviks, saya masih belajar dan belajar, sampai saya menemukan buku karya Ina May Gaskin yang berjudul “Spiritual Midwifery” dan dalam buku itu membahas tentang serviks.

 

 

Anda Ingin Merasakan Orgasme saat melahirkan?

Anda Ingin Merasakan Orgasme saat melahirkan?

Bagi Anda yang pernah merasakan orgasme, coba ingat kembali bagaimana rasanya? Enak? Nikmat? Bahkan tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata bukan?

Dan pastinya Anda inginkan lagi lagi dan lagi….kalau enak pasti kan pengen lagi? Heheh

Kapan seorang wanita biasanya mengalami orgasme?

Anda pasti menjawab…saat BERCINTA dengan orang yang mereka kasihi bukan?

Nah lalu bagaimana kalau saya menjawab…saat MELAHIRKAN!

Wow..saat melahikan?! Masa?!

Ya!! Dan saya pernah melihatnya beberapa kali bahkan berkali-kali terjadi pada klien saya , betapa beruntungnya saya.

 

Lalu bagaimana bisa itu terjadi? Mari saya jelaskan

Berbagai Pilihan Tuk Ubah Posisi Sungsang menjadi Letak Kepala

Dalam 1 bulan terakhir ini, ada beberapa ibu hamil yang datang ke Bidan Kita untuk berupaya mengatasi keluhannya yaitu posisi janin mereka yang SUNGSANG.

Rata rata dari mereka dengan umur kehamilan di atas 34 minggu yang menurut dokter yang merawat mereka, bahwa bisa dipastikan harus melahirkan melalui operasi sesar karena posisi sungsang tersebut, menurut mereka tidak mungkin bisa di perbaiki atau di koreksi.

Ada klien yang datang dari Klaten sendiri, namun banyak juga yang datang dari Jogja, Solo, Sukoharjo, Bolyolali, bahkan Temanggung.

Ada banyak alasan mengapa posisi bayi sungsang antara lain: alasan emosional, tali pusat yang pendek, adanya kelainan bentuk/anatomi pada rahim, ligamentum ibu yang terlalu ketat dan kuat atau torsi otot, subluxation tulang ibu, posisi penanaman plasenta , otot perut ibu yang terlalu ketat dan tegang, tingkat/volume cairan ketuban (berlebihan maupun terlalu sedikit), atau riwayat keluarga ibu dimana mempunyai riwayat sungsang. Dan semua bisa memainkan peran disini.

Pada jaman dahulu, sebelum tahun 80-an hingga 90-an, masih banyak ibu yang bisa melahirkan normal walaupun posisi bayinya sungsang. Namun saat ini sebagian besar dokter atau bidan yang dinas di rumah sakit akan menjadwalkan untuk melakukan operasi caesar pada umur kehamilan antara 37-39 minggu

Walaupun sebenarnya ada beberapa pilihan yang dapat Anda ambil ketika Anda mengalami kehamilan sungsang ini:

  1. Untuk memilih melakukan operasi caesar yang direncanakan
  2. Untuk berusaha mengubah posisi bayi yang sungsang menjadi letak kepala (vertex)
  3. Untuk mencari dan berdiskusi dengan tenaga kesehatan yang mampu dan mau memfasilitasi Anda untuk bisa melahirkan normal walaupun posisi bayi Anda sungsang.
  4. Untuk tetap menunggu hingga tanda persalinan ada sebelum memeriksa untuk melihat bagaimana perkembangannya apakah bayi masih sungang dan kemudia kembali memilih operasi caesar.

Nah karena saya adalah bidan maka saya selalu menganjurkan klien saya untuk Mencoba untuk Mengubah Posisi Bayi terlebih dahulu dengan melakukan berbagai cara dan upaya dan berikut ini ragam upayanya dan juga rasionalisasinya:, semoga bermanfaat bagi Anda:

Seperti yang pernah saya tulis di link sebelumnya di :

– https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=175:cara-mengubah-bayi-sungsang-menjadi-letak-kepala&catid=40:monthly-guide&Itemid=34

Dalam artikel ini saya akan mencoba menguraikan setidaknya cara yang agresif untuk mendorong bayi untuk mengubah / posisinya menjadi kepala di bawah. Dengan contoh yang mudah dari jenis latihan dan kegiatan yang berkisar dari kebiasaan sehari-hari.

Banyak ahli dan sayapun menyatakan bahwa sebagian besar bayi yang sungsang terjadi pada ibu yang mengalami gangguan emosional atau mental, stres, panik dan kekhawatiran yang berlebihan.

Ini dapat termasuk :

– Calon ibu yang takut dan sangsi akan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu.

– Calon ibu yang memunyai konflik pribadi yang belum terselesaikan, bisanya konflik internall maupun konflik relationship/hubungan dnegan orang terdekat.

– Calon ibu yang tidak terlalu menginginkan bayinya.

Ketika seorang ibu hamil tidak yakin apakah ini mungkin menjadi alasan yang menyebabkan posisi bayinya menjadi sungsang, saya seringkali mengajak dan memotivasi mereka untuk meluangkan waktu agar fokus dan membuat semacam catatan, jurnal atau buku diary. Ini berarti bahwa ibu akan meluangkan waktu di mana dia tidak akan terganggu untuk menulis. Cobalah untuk kosongkan kandung kemih, siapkan beberapa lembar kertas dan pena. Selama menulis journal , Anda harus bersikap jujur ​​tentang perasaannya terhadap ibunya, menjadi seorang ibu, dan tidak hamil lagi . Kemudian , selama waktu menulis , Anda harus menulis tanpa jeda – bebas sehingga memungkinkan kata-katanya yang tertuang berasal dari pikiran dan hati Anda, tidak ada koreksi tata bahasa dan tidak ada mencoret.

Nah silahkan pilih beberapa alternatif cara untuk mengoreksi posisi janin Anda seperti di bawah ini:

  1. Breech Tilt

Adalah teknik inversi yang sangat dikenal untuk  membantu merubah posiis bayi sungsang menjadi posisi kepala di bawah. Anda bisa gunakan teknik ini 1-3 kali sehari jika bayi Anda sungsang. Anda dapat mulai sedini 30-32 minggu dan terus sampai Anda tahu bahwa bayi Anda kepalanya udah “mapan” di bawah. Beberapa dokter atau bidan  menyarankan untuk memulainya di akhir kehamilan sekitar 34 minggu karena sebagian besar bayi membalik sendiri. Namun tak ada salahnya Anda melakukan lebih dini apabila kehamilan Anda sudah terdeteksi sungsang, karena tehnik ini tidak invasif. Sehingga cukup aman dilakukan.

Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan perut kosong saat bayi aktif (segelas besar jus jeruk manis dapat merangsang bayi Anda aktif bergerak, ini karena kadar gula yang tinggi), Dan bersantai . Ada sejumlah variasi , tetapi secara umum banyak waktu yang Anda dapat habiskan dengan pantat Anda di atas kepala Anda , lakukan secara teratur untuk hasil terbaik .

Bagaimana Caranya?

Mudah kok, Anda tinggal tidur aja terlentang,  dengan lutut ditekuk, dan kaki Anda rata di lantai. Angkat panggul Anda, lalu letakkan beberapa  bantal agar bokong Anda terangkat sekitar 10-15 inci lebih tinggi dari kepala Anda.

breech tilt

 

*gambar di ambil dari : disini

Atau bisa juga berbaring telentang dengan kaki Anda menempel tinggi di dinding, lalu dorong dengan kaki Anda untuk mengangkat pinggul Anda, kemudian tempatkan  bantal di bawah punggung bagian bawah. Atau lihat ilustrasi ini.

 1a350c2ea799e6615fc852bf3a296c11

Bisa juga dengan meletakkan  alas setrika atau papan lainnya sehingga pada membentuk sudut  40-45 derajat. Berbaring diatasnya, dengan kaki di atas dan kepala di bawah. Tekuk lutut Anda.

breech-tilt Alternative health solutions of nj

photo3-408x408

*ilustrasi gambar diambil dari sini