Bidan Kita

Home Blog Page 59

Tehnik Relaksasi Saat Persalinan

0

Tujuan Teknik Relaksasi.

Relaksasi tidak hanya kegiatan pasif, tapi sebuah kegiatan yang secara sadar dan aktif merilis ketegangan. Melakukan teknik relaksasi fisik yang melepaskan/ merilekskan otot-otot membantu untuk mengurangi ketegangan fisik, mengurangi rasa sakit. Hal ini juga dapat menyebabkan rasa aman dan kesejahteraan emosional, yang akhirnya akan mengurangi kecemasan, yang mengurangi kepekaan kita terhadap rasa sakit.

Kapan Gunakan Teknik Relaksasi.

Selama persalinan awal, sangat ampuh untuk menjaga Anda tetap santai. Ini adalah saat yang tepat untuk mulai secara sadar untuk merilakskan tubuh Anda. Pendamping Anda dapat membantu Anda untuk mengidentifikasi ketegangan awal sehingga Anda dapat melepaskan dan bukannya bertambah tegang. Dan Teknik ini dapat digunakan di seluruh proses persalinan.

Ayo Interview dengan Dokter dan Bidan Anda

Transparansi dalam perawatan kepada ibu bersalin berarti memberikan informasi tentang apa yang mereka butuhkan dan cara-cara untuk menafsirkan itu dalam rangka untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan dan lembaga.

Nah penting bagi Anda untuk pintar dan bijak memilih dan memilah provider yang akan melayani Anda saat bersalin:

Memilih rumah sakit

  1. Berikut ini Pertanyaan kepada perawat jaga di ruang bersalin:
  2. Apakah rumah sakit memiliki satu kamar yang tersedia untuk bersalin dan nifas? Berapa banyak? Apa yang terjadi jika kamar tersebut penuh oleh pasien lain?
  3. Apakah selalu ada staf perawat yang mendampingi pasien?
  4. Berapa rasio perawat dengan pasien? (Pedoman ACOG adalah 1 banding 2 saat persalinan dan 1 banding 1 saat mengejan).
  5. Berapa tarif yang ditentukan bagi persalinan normal maupun tindakan termasuk induksi, vakum, forceps dan SC
  6.  Berapa persen pasian di RS tersebut yang melahirkan dengan cara SC dan juga tindakan (induksi, vakum forcep)? (seharusnya tidak lebih tinggi dari 15% dari jumlah pasien)
  7. Demi kenyamanan klien apakah RS tersebut menyediakan bidan yang selalu mendampingi klien selama melewati proses persalinan dan apakah bidan tersebut menguasai hypnobirthing?
  8. Jika Saya akhirnya dilakukan bedah caesar berapa banyak orang yang bisa hadir di ruang operasi, apakah suami atau keluarga yang saya tunjuk bisa mendampingi saya selama proses operasi?
  9. Apakah saya diperbolehkan untuk merekam proses jalannya operasi nanti?
  10. Dan apakah setelah bayi lahir saya bisa melakukan IMD segera?
  11. Apakah Anda (dokter)  melakukan pertoloangn untuk VBAC? Seberapa banyak ibu yang berhasil anda tolong untuk melahirkan normal setelah sebelumnya SC?
  12. Apakah Anda melayani epidural? Dan seberapa banyak klien yang ditolong menggunakan epidura?
  13. Apakah dalam proses persalinan nanti saya diperbolehkan menentukan posisi senyaman mungkin? Seperti jongkok, berjalan, berlutut? duduk di toilet? berendamdi bak mandi? mandi? jika tidak diperbolehkan, Mengapa tidak?
  14. Apakah Anda memiliki konsultan laktasi? kelas / instruktur Menyusui di lingkungan bersalin?
  15. Apakah Anda memiliki fasilitas rawat gabung?
  16. Dapatkah bayi tinggal bersama saya setiap waktu? Apakah saya tetap bisa tidur dengan bayi di tempat tidur yang sama? Dapatkah pasangan saya bermalam juga?
  17. Dapatkah anak-anak saya yang lebih tua hadir atau melihat proses kelahiran? Kapan mereka boleh mengunjungi saya?
  18. Bagaimana dengan kebijakan pemasangan monitor pemantauan janin? Dan Dalam keadaan apa yang diperlukan pemantauan secara konstan?Apakah pemantauan intermiten diterima?
  19. Seberapa sering anda akan melakukan VT (vaginal Toucher) selama proses persalinan?
  20. Bagaimana kebijakan Anda tentang pemasangan infus pada saat melahirkan?
  21. Bolehkah saya minum dan makan selama proses persalinan dan apakah Anda menyediakan es batu atau jus jeruk maupun minuman isotonik untuk saya?
  22. Bolehkah saya meminta untuk dilakukan lotus birth? Atau minimal penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat? Jika boleh berapa lama ditundanya?

Berikut ini Pertanyaan yang dapat diajukan untuk memilih dokter kandungan:

  • Apakah Anda memiliki perawat atau bidan dalam praktek Anda?
  • Dengan siapa saya akan di tolong apabila kebetulan Anda berhalangan ketika saya hendak melahirkan?
  • Berapa banyak pasien Anda per bulan?
  • Jika ada persalinan yang berbarengan dan jika saat saya memanggil Anda, ternyata Anda sedang menolong persalinan lain, maka siapa yang akan menggantikan peran Anda?
  • Berapa banyak waktu yang Anda habiskan dengan saya dalam persalinan? Selama saya mengejan, selama kala 1, atau ketika kepala hendak keluar saja?
  • Berapa persen dari pasien Anda telah menyewa Tenaga Kerja Profesional sebagai pendamping persalinannya? Apa pendapat Anda tentang mereka?
  • Bagaimana pendapat  Anda jika saya datang ke rumah sakit hanya bila saya di berada di fase aktif (pembukaan 5-8 cm.) dan sebelumnya saya memilih tetap tinggal di rumah? Bagaimana jika saya adalah orang yang VBAC?
  • Seberapa tingkat Cesear yang Anda tangani ? (Harus Tidak lebih tinggi dari 15% dari total pasien yang pernah dia tolong).
  • Seberapa banyak klien Anda yang dilakukan induksi? Biasanya dnegan alasan apa Anda memutuskan untuk melakukan induksi?
  •  Apa protokol anda jika kehamilan melewati tanggal perkiraan lahirnya? Di titik manakah Anda menuntut atau mengharuskan dilakukan  induksi? Mengapa?
  • Berapa persen dari pasien Anda yang di lakukan :
  • epidural?
  • pitocin?
  •  Infus?
  • Pembatasan gerak?
  • pemantauan janin yang terus menerus?
  • Episiotomi?
  • Apakah Anda memiliki pembatasan waktu untuk persalinan? mengejan?
  • Seberapa sering anda menggunakan ekstraktor vakum? Forceps?
  • Apa protokol yang Anda terapkan  untuk ketuban pecah dini?
  • Apakah menurut Anda kelas persiapan melahirkan itu bermanfaat? Siapa yang anda rekomendasikan? Mengapa?

Pertanyaan untuk bertanya ketika  Anda melakukan wawancara di Rumah Bersalin, Bidan Praktek Swasta

Apakah di RB Anda memiliki Obsgyn sebagai penanggung jawab?

Apakah Anda bekerjasama dnegan rumah sakit tertentu untuk rujukan pasien Anda?

Dalam situasi apa Anda akan merujuk pasien ke Rumah Sakit?

Apa dan Bagaiman Ketika Kepala Bayi Belum Masuk Panggul ?

0

Dalam beberapa minggu ini di FB dan Fanpages Bidan Kita, maupun di Fb Group Gentle Birth Untuk Semua, para bunda menanyakan dan mengungkapkan tentang kondisi kehamilannya dimana kepala janin belum masuk panggul padahal umur kehamilan mereka sudah memasuki trimester ke tiga. Karena memang pada trimestrer ketiga akhir, seharusnya kepala janin sudah masuk panggul.

Saat kepala janin turun ke dalam panggul Anda, seberapa jauh ia telah turun diukur dengan istilah  ‘stasiun/stage ( level spina ischiadica )” mulai dari 0 sampai 5. “0 Station” (“Zero Station”) berarti bahwa puncak kepala telah mengalami desensus atau penurunan setinggi spina ischiadica.

Keadaan ini umumnya disebut sebagai engage oleh karena diameter terbesar kepala sudah masuk pintu atas panggul. Bila puncak kepala masih belum mencapai ketinggian spina ischiadica maka keadaan ini ditandai dengan angka ( – ) , seperti station -2 berarti bahwa puncak kepala masih berada 2 cm diatas spina ischiadica

images** Lihat Gambar Panggul

Bila puncak kepala sudah berada dibawah ketinggian spina ischiadica maka keadaan ini ditandai dengan ( + ), seperti station +2 berarti bahwa puncak kepala sudah berada 2 cm dibawah spina ischiadica. Station -3 menunjukkan bahwa kepala masih “mengapung” dan station yang lebih besar dari +3 menunjukkan bahwa kepala sudah mengalami “crowning” dan siap untuk dilahirkan.

Pada primigravida, engagemen ( station 0 atau +1 ) umumnya sudah berlangsung beberapa hari ( atau beberapa minggu ) menjelang persalinan ; pada multigravida, station -2 atau -3 sering terjadi sampai menjelang persalinan atau bahkan saat dilatasi servik sudah hampir lengkap.

images-2

** Lihat panggul dan kepala janin

Kapan sebenarnya kepala janin bisa masuk panggul? Hal ini sepenuhnya terserah pada janin atau bayi Anda. Ya, janin dapat aja kepalanya masuk panggul lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya, dan ini tidak berarti bahwa jika kepala janin Anda tidak masuk panggul sebelum persalinan dimulai, berarti ada masalah.

Prenatal Yoga untuk Gentle Birth

0

SONY DSC

Proses kelahiran adalah masa yang istimewa dalam kehidupan seorang wanita. Bahkan saking  istimewanya, seorang wanita berusia lanjut pun masih dapat mengingat proses kelahiran setiap anaknya. Kelahiran adalah masa yang istimewa dan penuh keajaiban, sehingga perlu dirayakan dan dipersiapkan sebaik-baiknya.

Merayakan Kehamilan Melalui Penguasaan Tubuh dan Napas

 

Ada banyak cara untuk mempersiapkan kelahiran, diantaranya dengan berlatih yoga di saat kehamilan. Yoga adalah sistem kesehatan menyeluruh yang hadir dari berabad masa lalu dan menjadi karunia di dunia modern kini. Tak hanya menciptakan kesehatan fisik, berlatih yoga juga dapat menghadirkan ketenangan pikiran dan ketentraman batin. Lebih dari sekedar aktivitas olahraga biasa, yoga merupakan gaya hidup sehat yang dapat menyeimbangkan fisik, mental, dan spiritual saat menjalani kehidupan modern yang “serba tidak seimbang”. Katakan saja, misalnya, jam kerja yang bertepatan jam istirahat tubuh, pola makan tidak seimbang (tinggi lemak,kurang serat), kurang berolahraga ( atau bahkan terlalu banyak berolahraga ), terpapar polusi lingkungan, merokok, dan lain sebagainya. Berlatih yoga dapat menjadi kebiasaan baik yang dapat menetralkan berbagai ketidaknyamanan fisik, mental, emosi, dan mengembalikannya pada keseimbangan, selaras dengan alam.

 

Khusus bagi ibu hamil, secara sederhana, praktik yoga untuk ibu hamil – Prenatal Yoga -  tidaklah jauh berbeda dengan praktik hatha yoga bagi orang dewasa pada umumnya. Prenatal yoga adalah modifikasi dari hatha yoga klasik yang telah disesuaikan dengan kondisi ibu hamil dan dipraktikkan dengan intensitas yang lebih lembut dan perlahan. Modifikasi ini sangat diperlukan untuk menghindarkan calon ibu dan cedera, dan juga demi kenyamanan dan keamanan janin yang dikandungnya.

 

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari berlatih prenatal yoga:

Manfaat fisik melalui postur tubuh yoga ( asanas ) :

 

1.    Melatih postur tubuh yang baik, tegap dan kuat, di sepanjang kehamilan.

2.    Melancarkan aliran darah. Memperlancar supply oksigen, nutrisi dan vitamin dari makanan ke janin.

3.    Menguatkan otot punggung, membuatnya lebih kuat untuk menyangga beban kehamilan dan menghindarkan dari cedera punggung atau sakit pinggang.

4.    Melatih otot dasar panggul – perineum – yang berfungsi sebagai otot kelahiran, agar kuat menyangga beban kehamilan dan menyangga kandung kemih dan usus besar. Semakin elastis otot dasar panggul, semakin mudah untuk menjalani proses kelahiran dan semakin cepat pula proses pemulihan pasca melahirkan.

5.    Membantu mengurangi ketidaknyamanan fisik selama kehamilan, seperti morning sickness, sakit punggung, sakit pinggang, weak bladder, heartburn, sembelit dan lain – lain.

 

Manfaat mental melalui teknik-teknik pernapasan yoga ( Pranayama ), rileksasi, dan teknik-teknik pemusatan pikiran ( Dharana ) :

 

1.    Menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga untuk menenangkan diri dan memusatkan pikiran. Sebagai media self help yang akan membantu saat dilanda kecemasan dan ketakutan, atau saat perhatian tercerai berai.

2.    Menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga untuk beristirahat sejenak di saat jeda antara dua kontraksi, untuk mengumpulkan kembali energi dan prana.

3.    Menggunakan teknik-teknik rileksasi untuk menginduksi rasa nyaman dan rileks di sepanjang kehamilan dan saat melahirkan. Menjaga otot-otot tubuh tetap rileks saat melahirkan.

 

Kehamilan, Spiritual dan Energi

Pada dasarnya kehamilan adalah sebuah perjalanan spiritual antara sang bunda, ayahda dan juga bayi mereka. Namun sering kali kita tidak menyadari hal itu. Sering sekali kita menganggap kehamilan adalah suatu kondisi yang seolah-olah seperti penyakit yang harus mendapatkan penanganan khusus di Rumah Sakit. Padahal sebenarnya proses kehamilan adalah sebuah keajaiban yang melibatkan body, mind and soul dari sepasang insan manusia. Dan merupakan sebuah peristiwa yang sangat sakral karena dari peristiwa inilah kita bisa melihat secara nyata bukti kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang mana sejak peristiwa bertemunya dua sel yang sering disebut dengan istilah konsepsi, berkembang menjadi trilyunan sel, mempunyai jiwa dan menjadi manusia mungil yang sering kita sebut sebagai bayi.

Sering sekali kita lupa bahwa manusia adalah roh dan dengan menyatukan body, mind and soul maka kekuatannya luarbiasa. Sebagai seorang bidan dan juga hypno-birthing practicioner, saya mendapatkan pembelajaran bahwa manusia ibarat bio computer (komputer yang hidup, ciptaan Tuhan) yang nyaris sempurna tanpa cacat. Menurut Dr. Tb Erwin Kusuma SpKJ (K), hendaknya kita bisa menghayati bahwa peran manusia adalah sebagai makhluk rohani yang mempunyai jasmani. Yang mana peran rohani adalah sebagai programmer yang mempunyai kemampuan untuk memprogram (menananamkan niat/program) ke alam/pikiran bawah sadar yang berfungsi sebagai disket. Sementara hasil print-outnya akan tampak pada jasmani manusia.

Edgar Cayce seorang pakar penyembuh holistic dari Virginia juga selalu mengingatkan bahwa Spirit is your life, Mind is the builder and physical only the result. Menurut dr. Tb Erwin Kusuma SpKJ (K) berbagai energi dihasilkan oleh manusia dan beliau membagi menjadi dua, yang mana badan manusia terdiri dari badan kasar (tubuh jasmani) dan badan halus (Aura & Chakra). Pada badan halus yang mana perannya sebagai disket/ penyimpan data, energi yang dihasilkan adalah energi elektromagnetik, yang mana energi ini tidak bisa kita lihat dengan kasat mata namun bisa kita rasakan. Dan energi elektromagnetik ini dipancarkan melalui aura dan chakra kita. Sedangkan energi yang di hasilkan dari badan kasar (tubuh jasmani) kita adalah; Elektrik (elektron) seperti sistim perlistrikan / sistem syaraf dalam tubuh kita, Khemik (atom) seperti proses kimiawi yang terjadi dalam metabolisme tubuh manusia dan zat-zat yang ada dan diproses dalam tubuh manusia, Termik (molekul) seperti molekul-molekul dalam tubuh, Kinetik (zat) seperti energi gerak.

Membahas tentang energi pada badan halus manusia, kita akan lebih fokus pada pembahasan tentang Aura dan chakra pada ibu hamil.

Aura

Menurut Joe H Slate, Ph.D dalam bukunya “Energy Aura” menyatakan bahwa Aura adalah kekuatan energi yang mengembangkan dan menyangga hidup manusia, yang menjadi karakteristik setiap manusia.

Aura merupakan cahaya elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang 6-14 mikron. Aura berada disekeliling tubuh fisik, hewan dan tumbuhan (makhluk hidup) namun tak tampak dengan kasat mata karena berada empat oktaf dibawah warna merah hanya orang-orang yang mempunyai talenta khusus saja yang bisa melihat aura dengan kasat mata. Namun aura bisa dirasakan, contohnya adalah pada saat kita berdekatan dengan seseorang yang sedang marah-marah seringkali kita merasakan energi panas berada disekeliling kita. Atau adakalanya kita bertemu dengan seseorang yang belum kita kenal namun saat bertemu terasa “adhem” terasa nyaman dan tenang.

Aura sangat bisa di pengaruhi oleh lingkungan dari luar, semakin baik lingkungannya semakin ibu tersebut berada di dalam lingkungan yang penuh dukungan dan cinta maka aura ibu pun menjadi semakin cerah dan sehat.

 

Chakra

Guirdita Tornetta dalam bukunya yang berjudul “Painless Childbirth an Empowering Journey Through Pregnancy and Birth” membahas tentang chakra dalam tubuh manusia dan bagaimana hubungan antara kesehatan chakra berpengaruh terhadap kondisi fisik seseorang terutama pada masa kehamilan. Dalam bukunya dikatakan bahwa chakra adalah pusat dari aktifitas menerima energi untuk kelangsungan hidup. Kata chakra berarti “Roda” dan mengacu pada suatu lapisan putaran bioenergetics yang berasal dari berbagai pusat-pusat aktivitas di dalam tubuh yang mana berpusat pada sepanjang tulang belakang (spinal collumn).

Untuk menyadari bahwa tubuh kita menghasilkan energi electromagnetic kita perlu mengetahui dasar dari mekanisme perolehan informasi. Pertama, segala informasi dalam tubuh kita di proses oleh ke lima panca indra kita. Data dari informasi yang sudah diolah oleh kelima panca indra tersebut diterima oleh pikiran kita yang kemudian menggolongkan dan memberi label berdasarkan pengetahuan yang kita peroleh dan kemampuan-kemampuan kita. Kemudian melintas melalui emosi atau perasaan kita yang mana sangat dipengaruhi oleh memori-memori atau rekaman bawah sadar kita selama ini. Dam emosi menciptakan sejenis zat biokimia yang mengalir di sepanjang aliran darah di seluruh tubuh kita.

Emosi kita sangat dipengaruhi oleh rekaman-rekaman bawah sadar kita. Melalui sebuah studi perinatal dan prenatal psychology kita tahu bahwa manusia belajar sejak masih menjadi embrio dan semua rekaman-rekaman tersebut terakumulasi dari awal kehidupan sejak dalam kandungan. Oleh karena itu perasaan dan perilaku ibu pada saat hamil mempunyai dampak yang penting atas pembentukan kepribadian dan pertumbuhan bayi, masa depannya, bagaimana mekanisme pertahanan dirinya, bagaimana kemampuannya untuk tumbuh dan belajar, serta bagaimana hubungan antar manusia( relationship) dengan semua orang disekitarnya kelak.

Penelitian juga membuktikan bahwa kestabilan emosi pada orang tua terutama pada saat masa kehamilan sangat penting untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan embrio dan placenta. Tumbuh kembang janin dalam kandungan merupakan tanggung jawab kedua orangtuanya.

Tubuh manusia mempunya 7 chakra, yaitu:

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) & Nyeri Persalinan

Nyeri pada proses persalinan merupakan keadaan yang sangat dikhawatirkan pada ibu yang akan menghadapi persalinan. Lebih dari 90% wanita mengalami nyeri persalinan yang cukup berat. Defenisi nyeri menurut International Association of The Study of Pain adalah suatu pengalaman sensorial dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu. Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Umumnya dipengaruhi oleh keadaan sosial dan kultural, nullipara, drip oksitosin, ibu yang berusia muda, berat badan ibu dan janin yang meningkat.

 

Perubahan fisiologis yang ditimbulkan oleh nyeri persalinan hebat merupakan respon tubuh terhadap stres yang bersifat fisik sehingga terjadi pengeluaran beberapa hormon tubuh seperti hormon adrenokortikotropik (ACTH), kortisol, katekolamin dan β-endorpin. Perubahan fisiologis yang terjadi dapat berupa hiperventilasi, kenaikan curah jantung, kenaikan tekanan darah, meningkatnya metaboisme, meningkatnya konsumsi oksigen dan penurunan motilitas saluran cerna. Disamping itu nyeri persalinan yang hebat dapat juga menyebabkan terjadinya stres emosional jangka panjang pada ibu.

Selama persalinan, ibu hamil diharapkan dapat melalui proses persalinan dengan nyaman tanpa menimbulkan cacat emosional. Oleh karena itu diperlukan suatu penatalaksanaan nyeri persalinan yang efektif. Penatalaksanaan nyeri persalinan dapat dilaksanakan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Metode farmakologi dilakukan dengan menggunakan nitrous oksida, pethidin, morphine, anestesi epidural,anestesi spinal, blokade saraf dan anestesi umum. Metode nonfarmakologi dilakukan dengan relaksasi dan pijat (massage), akupuncture, hipnotis, aromaterapi dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah satu teknik analgesik non-invasif yang sekarang telah digunakan secara luas di berbagai tempat praktek ahli fisioterapi, perawat dan bidan. Teknik ini dapat dilakukan di klinik oleh profesional medis atau dapat dilakukan di rumah oleh si pasien yang telah membeli peralatan TENS. Indikasi utama TENS adalah untuk manajemen nyeri akut dan nyeri kronik non-keganasan. Tetapi, TENS juga digunakan sebagai terapi paliatif untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh penyakit tulang metastase dan neoplasma. Untuk pengobatan, TENS merupakan elektroterapi yang paling luas penggunaannya dalam meredakan rasa nyeri. Metode ini menjadi populer karena tidak invasif, mudah untuk dilakukan dan memiliki efek samping yang minimal atau interaksi obat. Karena tidak ada kemungkinan untuk terjadi overdosis atau keracunan, pasien dapat melakukan TENS secara mandiri dan mengatur sendiri dosis yang mereka perlukan. Efek TENS dapat segera dirasakan, jadi cara ini efektif untuk mengurangi rasa nyeri dengan segera.

TENS merupakan salah satu pilihan analgesia non farmakologi yang mulai dipopulerkan penggunaannya dalam mengatasi nyeri persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaplan B dkk membuktikan keefektifan TENS sebagai analgesia pada nyeri persalinan. Sekitar 72% nullipara dan 69% multipara dari sampel yang diteliti menyatakan TENS efektif untuk menghilangkan nyeri selama persalinan tanpa efek samping pada ibu dan janin. Disamping itu TENS secara signifikan dapat mengurangi durasi kala I persalinan pada nullipara dan multipara dan mengurangi penggunaan obat-obatan analgesia.

Persarafan Rahim dan Jalan Lahir Serat saraf sensoris viseral dari uterus, servik dan vagina atas melintang melalui ganglion Frankenhauser yang terletak disebelah lateral servik ke pleksus pelvikus dan kemudian ke pleksus-pleksus hipogastrikus media dan superior. Dari sana serat-serat berjalan pada rantai simpatik lumbal dan torakal bawah untuk masuk ke medula spinalis melalui rami komunikantes alba yang berhubungan dengan nervus thorasikus 10,11 dan 12.

Serat saraf motorik uterus meninggalkan medula spinalis setinggi vertebrae thorakal 7 dan 8 sehingga secara teori setiap metode blok sensoris yang tidak memblok jaras motorik ke uterus dapat digunakan untuk analgesia selama persalinan.

Sensasi nyeri akibat dilatasi servik dan kontraksi rahim dihantarkan oleh saraf sensoris berukuran kecil dari pleksus paraservilkal dan pleksus hipogastrikus inferior yang bersatu dengan pleksus saraf simpatis setinggi L2-L3.

Meskipun kotraksi uterus yang menyebabkan nyeri terus berlangsung pada kala II, kebanyakan rasa nyeri berasal dari regangan traktus genitalis bagian bawah (jalan lahir). Rangsangan nyeri dari traktus genitalis bagian bawah ini dihantarkan terutama melalui nervus pudendus, cabang-cabang perifer yang mempersarafi perineum, anus, bagian-bagian vulva dan klitoris. Nervus pudendus berjalan melintasi permukaan posterior ligamentum sakrospinosum tepat pada saat ligamentum tersebut melekat ke spina iskiadika. Serat saraf sensoris nervus pudendus berasal dari cabang-cabang ventral nervus sakralis 2, 3 dan 4

Mekanisme Nyeri Persalinan Rasa nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari tubuh manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya. Nyeri dapat digolongkan dalam dua macam yaitu nyeri fisiologik (nyeri nosiseptif) yang berlangsung singkat dan nyeri patofisiologis (nyeri klinik) yang berlangsung lama.

Pada nyeri fisiologik, terjadi stimulus yang mengaktifkan nosiseptor dan meneruskannya melalui beberapa relay sampai mencapai otak. Stimulus intensitas rendah, non-noxious stimulus, mengaktifasi reseptor low-threshold dan direlay melaui serabut saraf A-beta ke dorsal horn medula sinalis. Stimulus dengan intensitas tinggi dihantarkan ke dorsal horn melalui serabut high-threshold, serabut saraf A-delta bermyelin tipis danserabut C sensoris tidak bermyelin. Nyeri fisiologik merupakan komponen normal sebagai mekanisme pertahanan tubuh, melalui reflek spinal agar dapat menghindarkan tubuh dari kerusakan yang lebih berbahaya

Nyeri patofisiologik atau nyeri klinik, ditimbulkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan nyeri fisiologik. Inflamasi dan cedera saraf perifer atau sentral, menimbulkan perubahan proses sensoris pada tingkat perifer dan sentral sehingga menghasilkan sensitisasi gabungan. Biasanya ada tiga jenis yaitu nyeri spontan (dull, burning, stabbing), nyeri berlebihan dalam merespon stimulus supra threshold disebut hiperalgesia, nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus subthreshold atau intensitas rendah disebut allodynia. Keadaan abnormal terjadi pada sistem saraf perifer dan sentral, dimana stimulus intensitas rendah menimbulkan nyeri melalui serabut A-delta dan C, demikian juga A-beta, nyeri patofisiologik ini menyebar ke tempat yang tidak rusak dan seringkali stimulus berlangsung lama.

Pada kehamilan rasa nyeri memberitahukan pada ibu bahwa dirinya telah memasuki fase persalinan dan dapat juga mengindikasikan masalah yang terjadi pada ibu (ruptura uteri, solutio plasenta). Sensasi nyeri yang timbul pada proses persalinan merupakan nyeri yang paling kuat yang dialami manusia dengan intensitas yang berbeda untuk masing-masing individu. Intensitas nyeri dipengaruhi oleh keadaan sosial dan kultural ibu dan paritas ibu. Primipara akan mengalami nyeri yang lebih kuat pada tahap awal persalinan, sedangkan pada multipara rasa nyeri akan lebih menonjol pada kala II.

Ada tiga jenis utama nyeri pada persalinan : emosional, fungsional dan fisiologis.

Sumber nyeri yang berasal dari endokrin berupa rasa takut, ketidaktahuan dan rendahnya pendidikan. Sumber nyeri yang bersifat fungsional berupa dilatasi servik, kontraksi rahim, penurunan kepala dan peregangan perineum. Sumber nyeri yang bersifat fisiologis merupakan keadaan-keadaan yang berubah dari yang seharusnya. Rasa nyeri pada persalinan disebabkan oleh anoksia miometrium, peregangan servik, tarikan pada tuba, ovarium dan ligaman-ligamen penyangga uterus, penekanan pada uretra, kandung kemih dan rektum, distensi otot-otot dasar panggul dan perineum.

Nyeri pada persalinan kala I

Selama persalinan kala I, nyeri berasal dari kontraksi uterus & adneksa dan merupakan nyeri viseral. Nyeri yang timbul tidak dapat ditentukan dengan tepat lokasinya dan nyeri dapat pula dirasakan oleh organ lain yang bukan merupakan asal nyeri, disebut sebagai nyeri alih (referred pain). Sebagian besar nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan regangan segmen bawah rahim, kemudian akibat distensi mekanik, regangan dan robekan selama kontraksi. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan. Kontraksi isometrik pada uterus melawan hambatan oleh servik dan perineum juga dapat menambah intensitas nyeri.

Sensasi nyeri akibat dilatasi servik dan kontraksi rahim dihantarkan oleh saraf sensoris berukuran kecil dari pleksus paraservilkal dan pleksus hipogastrikus inferior yang bersatu dengan pleksus saraf simpatis setinggi L2-L3.

Nyeri pada persalinan kala II

Pada persalinan kala II, ketika servik berdilatasi penuh, stimulasi pada reseptor nosiseptif berlangsung terus menerus akibat dari kontraksi badan uterus dan distensi segmen bawah rahim. Nyeri yang disebabkan oleh dilatasi servik sudah menurun tetapi peningkatan secara progresif tekanan dari fetus terhadap struktur di pelvis menimbulkan nyeri somatik dengan regangan dan robekan fascia dan jaringan subkutan jalan lahir bagian bawah, distensi perineum dan tekanan pada otot lurik perineum. Sangat kontras dengan nyeri viseral, nyeri somatik pada kala II ini dirasakan terus menerus dan lokasinya jelas. Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakral 2,3 dan 4.

Sistem Transmisi Nyeri Transmisi nyeri persalinan dibedakan atas dua sistem transmisi yaitu transmisi nyeri sebelum medula spinalis dan transmisi nyeri pada medula spinalis.

Transmisi nyeri pada serabut saraf sebelum medula spinalis

Suplai serabut saraf pada bagian bawah jalan lahir berbeda dari uterus, hal inilah yang menyebabkan perbedaan lokasi dan sumber nyeri pada persalinan kala I dan II. Sensasi dari kala I (awal kontraksi sampai dilatasi maksimal dari servik) merupakan nyeri viseral melalui saraf delta A dan C yang berasal dari dinding lateral fornices uterus dilanjutkan ke pleksus uterina dan servik lalu ke pleksus hipogastrika inferior, pleksus hipogastrika media dan pleksus hipogastrika superior serta pleksus aorta. Dari sini aferen nosiseptif berjalan dengan simpatetik lumbal, kemudian berjalan keatas sampai pada bagian bawah simpatetik thorakal dan masuk ke medula spinalis antara T10 dan L1 melalui white rami communicantes, berjalan melalui radiks posterior dan bersinaps dengan interneuron di tanduk dorsal medula spinalis. Sensasi kala II (mulai pembukaan servik lengkap sampai kelahiran bayi) timbul karena distensi dasar pelvis, vagina dan perineum. Impuls nyeri berjalan melalui saraf pudendus dan masuk ke medula spinalis pada S2 sampai S4.

Transmisi nyeri pada serabut saraf di medula spinalis

Serabut utama nyeri (delta A dan C) mencapai tanduk dorsal medula spinalis dari perifer ke lamina Rexed I dan II. Sel-sel dari lamina Rexed II memiliki hubungan sinaptik dengan lapisan IV-VII. Sel-sel dari lamina I dan V tanduk dorsal membentuk traktus spinotalamikus ascenden. Beberapa neuron ini memiliki enkhepalin sebagai neurotransmitter. Enkephalin merupakan suatu bahan endogen yang mampu menghalangi transmisi nyeri yang merupakan opioid endogen. Pada tingkat medula spinalis, reseptor opioid terdapat ujung presinaptik neuron primer dan pada tingkat interneural tanduk dorsal. Pada tingkat supraspinal, terlibat subsistem yang berbeda, termasuk didalamnya sistem adrenergik descenden, serotonergik dan sistem opioid.

Konsekuensi Nyeri Persalinan Nyeri pada proses persalinan dapat menyebabkan konsekuensi fisiologis dan psikologis.

1. Konsekuensi fisiologis

Konsekuensi fisiologis yang diakibatkan oleh nyeri persalinan pada sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, neuroendokrin dan sistem gastrointestinal. Pada sistem pernafasan, nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi yang akan berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pengaruh pada sistem kardiovaskuler berupa peningkatan curah jantung, peningkatan tekanan darah melalui aktifitas simpatis dan peningkatan venous return yang diasosiasikan sebagai akibat kontraksi uterus. Keadaan ini dapat menjadi masalah pada pasien penyakit jantung dan preeklampsi. Konsekuensi nyeri persalinan pada neuroendokrin yaitu meningkatkan sekresi katekolamin ibu yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya konstriksi uteroplasental. Sistem gastrointestinal diduga mengalami keterlambatan pengosongan lambung dan peningkatan sekresi asam lambung.(3,4,5)

2. Konsekuensi psikologis

Nyeri persalinan berat dapat berakibat terjadinya stres emosional jangka panjang dengan konsekuensi pada kesehatan mental maternal dan hubungan dengan keluarga.(3)

Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Penatalaksanaan nyeri persalinan dapat dilaksanakan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Metode farmakologi dilakukan dengan :

Parenteral

a. Opioid asli, contohnya pethidin (meperidin), morfin, diamorfin, fentanil dan remifentanil. Efek analgesia berupa sedasi dan sering menyebabkan kerusakan pada plasenta sehingga ibu dan janin membutuhkan monitoring selama dan sesudah persalinan.

b. Agen gabungan, contohnya meptanizol dan tramadol, menunjukkan bukti efektifitas yang lebih baik dan lebih aman dari pada opioid asli.

Inhalasi (N2O)

Metode non farmakologi dalam manajemen nyeri persalinan dapat dilakukan dengan:

1. Memberikan dukungan psikologi baik dari pasangan, keluarga dan penolong persalinan, menyediakan lingkungan yang nyaman, psikoprofilaksis contoh : musik, teknik pernafasan, visualisasi, teknik relaksasi dan pijat (massage).

2. Hipnotis : Membutuhkan ahli hipnotis yang berpengalaman, 10-20% wanita tidak cocok dengan teknik hipnotis dan efek samping yang dapat terjadi adalah status ansietas.

3. Air hangat, biasanya digunakan pada kala I dan kala II awal dalam persalinan. Panas berfungsi sebagai analgesia sedangkan daya apung berfungsi sebagai relaksant.

4. Aromaterapi, Refleksologi dan Akupunktur : perannya sangat terbatas.

5. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) : sering digunakan pada persalinan awal dan untuk nyeri yang minimal.

6. Lain-lain : termasuk dekompresi abdominal dan teknik distraksi.

Keluhan Usai Sesar Dan Cara Mengatasinya

0

Mengikuti anjuran dokter sangat membantu dalam mengatasi keluhan. Berbagai keluhan setelah operasi sesar memang acap terdengar; sering kebal (mati rasa), nyeri tulang belakang, atau nyeri di perut. Sebaiknya, jangan keburu panik karena semua keluhan tersebut pada dasarnya bisa diantisipasi dan diatasi.

Tentu saja semua masalah mesti dikonsultasikan pada dokter kebidanan dan kandungan agar penanganannya tepat dan intensif. Apa saja sih keluhan yang sering muncul? Kita simak satu per satu.

SAKIT DI TULANG BELAKANG

Sehabis sesar ibu sering mengalami rasa sakit di bagian tulang belakang tempat dilakukan suntik sebelum operasi. Keluhan ini umumnya timbul ketika membungkukkan badan saat mengambil sesuatu atau mengangkat beban yang lumayan berat. Sumber rasa nyeri berada tepat pada bekas tusukan jarum suntik saat dilakukan bius lokal. Diduga karena pernah terjadi trauma di situ.

Sebagai tindakan awal, atasi dengan melakukan gerakan yang tidak terlalu mendadak atau berubah drastis. Saat mengambil benda kecil di lantai, contohnya. Sebaiknya ambil posisi jongkok dengan menekuk kaki dan hindari posisi membungkuk yang akan meningkatkan beban di tulang belakang.

Sedapat mungkin, hindari pula mengangkat beban berat. Selain itu, lakukan olahraga yang tepat secara teratur agar kesehatan dan kebugaran tubuh senantiasa terjaga. Untuk penanganan lebih mendalam, sebaiknya lakukan konsultasi dengan dokter spesialis anestesi yang menangani pembiusan. Dokter akan memeriksa dan menganjurkan pengobatan sesuai dengan diagnosisnya. Pemeriksaan penunjang mungkin saja diperlukan, misalnya rontgen tulang belakang.

TAK BOLEH SEGERA HAMIL

Jarak aman antar kehamilan yang disarankan adalah 2 tahun setelah sesar, meski ini bukan angka mati karena terpulang kembali pada kondisi masing-masing ibu. Idealnya, sehabis menjalani operasi sesar, tunda kehamilan sampai luka operasi dan jahitannya benar-benar sembuh dan kuat.

Kehamilan selagi jahitan masih basah dan belum kuat dikhawatirkan membuatnya lepas dan selanjutnya membahayakan ibu seiring dengan membesarnya perut. Selain itu, tenggang waktu 2 tahun ini juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada organ-organ reproduksi maupun organ lainnya untuk beristirahat.

Kalau memang sudah keburu hamil sebelum batas waktu tersebut, segeralah berkonsultasi secara intensif pada dokter kebidanan dan kandungan. Akan lebih baik bila yang didatangi adalah dokter yang dulu menangani operasi sesar ibu karena dialah yang tahu kondisi pasiennya. Bila ada tanda-tanda yang mencurigakan, seperti rasa nyeri yang sangat di bawah daerah sayatan atau di atas tulang kemaluan, jangan ragu untuk segera ke rumah sakit.

Saat usia kehamilan 36 minggu jangan lupa mintalah dokter melakukan pengukuran biometri janin, letak plasenta, jumlah cairan ketuban dan tebal segmen bawah rahim. Pengukuran ini penting untuk mengetahui kapan operasi sesar harus dilakukan. Pada kehamilan yang jaraknya relatif dekat seperti ini biasanya ibu tidak dianjurkan menjalani persalinan normal karena dikhawatirkan bakal terjadi robekan rahim yang jauh lebih besar.

RASA KEBAL DI BEKAS SAYATAN

Keluhan lain sehabis sesar adalah rasa kebal di bagian atas bekas sayatan operasi. Ini wajar karena saraf di daerah tersebut boleh jadi ada yang terputus akibat sayatan saat operasi. Butuh waktu cukup lama, kira-kira 6-12 bulan, sampai serabut saraf tersebut menyambung kembali. Ibu-ibu yang mengalami lazimnya diminta bersabar menunggu serabut-serabut saraf menyambung kembali.

NYERI DI BEKAS JAHITAN

DEMAM BERDARAH PADA KEHAMILAN

0

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus dengan empat manifestasi klinis utama berupa demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan pada kasus yang berat ditandai dengan kegagalan sirkulasi. Pasien dengan keadaan ini dapat berkembang menjadi syok hipovolemik karena adanya kebocoran plasma, yang dikenal dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) yang berakibat fatal.

Epidemiologi

Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai telah terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973). Pada tahun 1974, epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Pada saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah terjangkit di pedesaan.

Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973) menjadi 8,65 (1983) dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1988 yaitu 27,09 per 100.000 penduduk dengan penderita sebanyak 57.573 orang, dengan 1.527 orang penderita dilaporkan meninggal dari 201 daerah tingkat II.

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue dengan kondisi metereologis.

Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur penderita memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun, pada wabah-wabah selanjutnya, jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat.

Di Indonesia virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 telah berhasil diisolasi dari darah penderita. Di Jakarta daerah endemis tinggi, dari sebagian besar penderita DBD derajat berat maupun yang meninggal dapat diisolasi virus DEN-3. Survei virologis penderita DBD telah dilekukan di beberapa rumah sakit di Indonesia sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 1995. Keempat serotipe virus dengue berhasil diisolasi baik dari penderita DBD derajat ringan maupun berat. Selama 17 tahun, serotipe yang berdominasi adalah virus dengue serotipe DEN-2 atau DEN-3

Laporan kepustakaan mengenai demam berdarah dengue dalam kehamilan dan persalinan masih sangat sedikit. Penelitian di Haiti dan Republik Dominika melaporkan bahwa setengah dari semua anak yang telah mencapai usia 2 tahun di negara tersebut mempunyai antibodi terhadap dengue. Pada saat periode non epidemik, surveilens di Republik Dominika terhadap darah dari 54 ibu hamil dan darah tali pusat bayi yang dilahirkannya menunjukkan bahwa attack rate adalah 6%. Dilaporkan pula bahwa kadar antibodi di dalam darah tali pusat lebih tinggi daripada di dalam darah ibu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam kehamilan telah terjadi imunisasi pasif transplasental.

 

Etiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang memiliki 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

 

Patofisiologi

Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga meningmbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasme menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, hal ini didukung oleh penemuan post-mortem meliputi efusi serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia.

Tidak terjadi lesi destruktif yang nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diarborbsi dengan cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia, dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopenia, dan banyak di antaranya penderita menunjukkan hasil pemeriksaan koagulasi yang abnormal.

 

Patogenesis

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegepty atau Aedes albopictus. Organ sasaran dari virus ini adalah organ hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang serta paru-paru. Data dari perbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer.

Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel tersebut. Infeksi virus dengue mulai dengan menempelnya virus genomnya masuk ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus. Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangbiakan virus DEN terjadi di sitoplasma sel.

Semua Flavivirus memiliki kelompok epitop pada selubung protein yang menimbulkan reaksi silang pada uji serologis. Hal ini menyebabkan diagnosis pasti dengan uji serologi sulit ditegakkan. Kesulitan ini dapat terjadi di antara keempat serotipe virus DEN. Infeksi oleh satu serotipe virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotip virus tersebut, tetapi tidak ada proteksi silang terhadap serotipe virus yang lain.

Patogenesa DBD dan DSS masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan DSS adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) atau hipotesis immune enchancement. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog, mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita DBD atau DSS. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan faktor reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enchancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok.

Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary heterologous infection theory yang dirumuskan oleh Suvatte tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Di samping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-43 jam. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, ascites). Syok yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menyebabkan asidosis dan anoksia, yang dapat berakhir fatal, oleh karena itu pengobatan syok sangat penting guna mencegah kematian.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain, dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi, dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data epidemiologis dan laboratoris.

Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigen antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phospat) sehingga trombosit mekekat satu sama lain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID=koagulasi intravaskuler diseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.

Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akibatnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.

Gangguan Hemostasis Pada Demam Berdarah Dengue

Infeksi virus dengue dapat asimtomatik atau disertai manifestasi klinis berupa demam tidak terdiferensiasi, demam dengue atau demam berdarah dengue. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan manifestasi infeksi virus dengue yang berat yang ditandai dengan terjadinya perembesan plasma dan gangguan hemostasis sehingga berpotensi menimbulkan syok (Dengue Shock Syndrome). Gangguan hemostasis pada demam berdarah dengue dapat berupa vaskulopati, trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, koagulopati dan Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID).

Proses imunopatologi yang terjadi pada demam berdarah dengue melibatkan sistem imunitas humoral dan selular. Hipotesis secondary heterologous infection oleh Halstead menyatakan reaksi antibodi terhadap virus dari infeksi sebelumnya akan mempermudah infeksi virus terhadap monosit dan makrofag (antibody dependent enhancement). Disamping hipotesis tersebut diketahui pula peran komplemen, limfosit T dan berbagai mediator seperti TNF-a, IL-2, IL-6, IFN-g, PAF, C3a, C5a dan histamin yang menyebabkan disfungsi endotel, perembesan plasma, renjatan, gangguan koagulasi dan manifestasi perdarahan  Peran IL-18 terhadap diferensiasi sel T menjadi T-helper 1 diperkirakan juga berperan dalam patogenesis demam berdarah dengue.

Vaskulopati bermanifestasi sebagai uji 1 touniquet yang positif dan petekie yang terjadi pada awal demam sebelum terjadinya, trombositopenia. Gangguan vaskular yang terjadi berupa infiltrasi dinding vaskular oleh limfosit fagosit mononuklear, deposit IgM, komplemen dan fibrinogen. Vaskulopati terjadi sebagai akibat pengaruh virus secara langsung saat awal infeksi atau sebagai akibat reaksi imunologis yang terjadi saat konvalesen.

Trombositopenia dengan jumlah trombosit £ 100.000/ mm3 terjadi pada hari ke 3-7 demam dan kembali meningkat pada hari ke 8-9. Jumlah trombosit pada syok (DSS) pada umumnya £ 50.000/mm3 dengan rata-rata 20.000/mm3. Perdarahan umumnya tidak terjadi walaupun jumlah trombosit £ 20.000/mm3 kecuali pada keadaan syok berkepanjangan (prolonged  shock). Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:

1. Supresi sumsum tulang

2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.

Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan frogmen C3g, karena terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer.  Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar B-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi trombosit.

Koagulopati terjadi pada berbagai infeksi virus dan bakteri termasuk infeksi virus dengue. Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue derajat III dan IV. Terjadi pemanjangan masa protombin (PT), masa tromboplasin parsial teraktivasi (APTT), penurunan fibrinogen dan peningkatan D-Dimer atau FDP, serta penurunan berbagai faktor koagulasi (11, V, VII, VIII, IX, X dan XII). Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue seperti juga pada sepsis diperkirakan melalui jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor XIa namun tidak melalui, aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex). Aktivitas antitrombin III pada demam berdarah dengue menurun terutama pada DSS dan berkorelasi dengan PT, APTT, kadar albumin dan fibrinogen. Proses koagulopati yang berlangsung di luar batas kompensasi menyebabkan terjadinya penumpukan fibrin, KID dan kegagalan organ multipel.

Bagaimana pengaruh gangguan hemostasis/koagulasi terhadap risiko perdarahan dan mortalitas pada pasien DBD dan DSS, kiranya masih memerlukan penelitian lebih lanjut; walaupun pada DBD derajat I pada umumnya dapat membaik tanpa memerlukan intervensi terapi. Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa gangguan hemostasis pada demam berdarah dengue merupakan proses kompleks yang melibatkan fungsi vaskuler, trombosit dan koagulasi dan terkait dengan keadaan klinis dan derajat penyakit.

 

Manifestasi Klinis

Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimptomatik), demam ringan yang tidak spesifik, demam dengue, atau bentuk yang lebih berat yaitu demam berdarah dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).

1. Demam dengue (DD)

Bentuk klasik demam dengue adalah gejala demam tinggi mendadak, kadang-kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot, tulang atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam-ruam di kulit. Ruam berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit dapat menghilang namun timbul kembali pada hari ke 6 atau ke 7 terutama di daerah kaki, tangan, dan telapak kaki atau tangan. Kadang-kadang ditemui keadaan trombositopenia dan leukopenia. Masa penyembuhan dapat disertai rasa lesu yang berkepanjangan.

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Bentuk klasik DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Nyeri epigastrium dan di bawah tulang iga kanan, serta nyeri di daerah perut yang bersifat umum, biasa ditemukan. Demam tinggi dapat menimbulkan kejang demam terutama pada bayi.

Bentuk perdarahan yang paling sering ditemukan adalah uji tourniquet (rumple leed) positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah. Pada kebanyakan kasus petekia halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatum mole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam. Keadaan hepatomegali juga dapat ditemukan.

Masa kritis dari penyakit terjadi pada fase akhir demam, pada saat ini penurunan suhu yang tiba-tiba sering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan, perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat mengalami syok.

DBD dibedakan dari DD dengan adanya kebocoran plasma yang bermanifestasi sebagai peningkatan nilai hematokrit, efusi pada rongga pleura atau rongga peritoneum, atau hipoproteinemia. Perjalanan penyakit dapat dipengaruhi oleh diagnosis dini dan pemberian cairan.

Berdasarkan manifestasi klinis yang ditemukan, DBD dibagi atas 4 derajat, yaitu:

Derajat I :Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi  perdarahan ialah uji tourniquet.

Derajat II :Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan/atau perdarahan lain.

Derajat III :Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat  dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang), atau   hipotensi, ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah.

Derajat IV  :Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur.

Diagnosis

ABORTUS

 

Kupandangi isteriku yang tengah hamil 10 minggu sedang menyiapkan bekal untukku yang akan berangkat meninggalkannya selama satu minggu ke jakarta karena ada panggilan tugas. Tidak tega rasanya meninggalkan isteriku yang sangat kucintai dengan calon anak kami. Ini adalah anak yang kami nanti-nantikan setelah dua kali berturut-turut istriku mengalami keguguran.

“ada apa mas, kok melihat aku terus?” kata isteriku yang menyadari kalau aku memandangi dia dari tadi

“gak tega rasanya meninggalkanmu seorang diri”

 

“Mas gak usah khawatir, kan ada ibu yang akan menemaniku disini, lagi pula ini bukan kehamilanku yang pertama bukan”

 

Mendengar ucapan isteriku itu membuat hatiku kembali terenyuh,mengingat peristiwa yang lalu. Ini adalah kehamilannya yang ketiga. Sewaktu usia kandungan pertama isteriku berumur 12 minggu dia mengalami pendarahan dan ternyata janin kami tidak bisa diselamatkan. Begitu pula di kehamilan yang kedua, dan Sekarang isteriku hamil lagi, dan ini merupakan harapan yang sangat besar untuk kami sekeluarga, selain calon anak kami yang pertama tapi juga calon cucu yang pertama bagi orang tuaku.

“Mas, kok melamun ?” aku tersentak ketika di tegur isteriku

“oh anu dik, pokoknya kamu harus hati-hati, kalau ada apa-apa langsung bawa ke rumah sakit dan jangan lupa telpon aku yaa..”

“iya mas, aku ngerti. Tapi mas doakan aku dan janin kita”

“tentu saja, aku berangkat dulu,assalamu’alaikum”

“wa’alaikum salam,hati-hati di jalan”

Kukecup kening isteriku dan kupeluk dia. Kepergianku dilepas dengan senyuman hangat dan lambaian tangannya.

Hari ke-3 di kota Palembang, seperti biasa menjalani rutinitas seperti hari-hari sebelumnya. Namun entah kenapa hari ini terasa begitu berat, aku mulai punya perasaan tidak enak. Kucoba menghubungi isteriku, alhamdulillah keadaannya baik-baik saja. Perasaanku sudah lega setelah mengetahui keadaan keluragaku baik-baik saja.

Menjelang malam ketika ku ingin merebahkan tubuhku di tempat tidur, Hpku yang sudah ketinggalan mode itu berdering dan yang menelpon adalah isteriku.

“assalamu’alaikum sayang…..”

“waalaikumsalam mas” isteriku menjawab dengan nada suara sperti menahan tangis

“ada apa dik?” aku langsung terduduk karena kaget mendengar suara isteriku

“mas…aku perdarahan lagi…” kudengar dia mulai terisak dan aku hanya diam menunggu istriku melanjutkan kata-katanya. “tadi aku langsung dibawa ibu ke rumah sakit dan dokter mengatakan kalau aku terancam keguguran lagi mas, dan aku harus istirahat total. Aku takut mas, aku takut tidak bisa mempertahankan janin kita lagi”

“sayang, ini bukan kesalahanmu, yang penting sekarang kamu istirahat dan jangan stres, ingat kata dokter kemaren. Ya sayang, demi bayi kita.” Hiburku saat itu.

Malam itu aku benar benar tidak bisa istirahat, dan langsung aku coba buka laptop dan browsing tentang cara yang efektif untuk mengatasi masalah istriku. Dan kutemukan artikel tentang Hypnobirthing di www.bidankita.com. Setelah ku baca dan ku pahami langsung aku tertarik dan mencatat dimana lokasi klinik bidan kita tersebut. Dan ketemu KLATEN, aha kebetulan rumah saya di Jogja, Klaten – Jogja tidaklah terlalu jauh. Dan malam itu juga saya langsung mengirim email untuk mendaftar kelas hypnobirting untuk istri saya.

Singkat cerita setelah aku pulang ke Jogja, segera ku ajak istriku berkunjung ke Bidan kita dan mengikuti kelas-nya. Luar biasa begitu masuk klinik, tidak ada kesan kliniknya sama sekali. Sangat hommy dan menyenangkan. Kami di berikan materi tentang kehamilan sehat dan hypnobirthing, cukup jelas Bidan Yesie mengajarnya sehingga kami semakin mengerti apa yang harus kami lakukan. Yah relaksasi untuk kurangi stres dan merasakan kehamilan nyaman. 90 menit pertemuan kami dan kamipun merasa jauh lebih baik.

Sesampai di rumah istriku langsung mendengarkan CD kaset yang dibekalkan kepada kami. Dan dia sangat rajin melakukan relaksasi. Luar biasa setelah relaksasi perdarahan istriku langsung terhenti. Dan ini emmbuat istriku semakin semangat untuk berlatih relaksasi lagi. Setelah 1 minggu melakukan relaksasi, kamipun kontrol lagi ke dokter kandungan lengganan kami dan hasilnya janin kami sehat. Alhamdullilah kami sangat bersyukur sekali.

Dan sekarang kehamilan istriku sudah menginjak usia 32 minggu, dan kami masih mengikuti program hypnobirthing di Bidan Kita. Hampir tidak ada keluhan selama kehamilan ini dan kami saat ini sedang menanti dengan penuh semangat kelahiran malaikat kecil ini.

** Bp. Adi Siswanto, Jogja **

Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.

· Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan.

· Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.

Frekuensi

Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan, banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%.

Etiologi

Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama dan angkanya menurun setelah itu (Harlap dan Shiono, 1980). Anomali kromosom  menyebabkan sekurang-kurangnya setengah dari abortus dini ini, dan insiden sepertinya menurun setelah itu. Risiko abortus spontan meningkat dengan paritas sebagaimana usia ibu dan ayah (Warburton dan Fraser, 1964 ; Wilson dkk, 1986).

Secara klinik frekuensi  meningkat dari 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun, dan 26% pada wanita usia lebih dari 40 tahun.

Mekanisme pasti yang bertanggungjawab untuk abortus tidaklah jelas, tetapi pada awal-awal bulan kehamilan , ekpulsi spontan ovum selalu mendekati kematian embrio atau janin. Untuk alasan ini, pertimbangan etiologi abortus yang dini melibatkan kepastian kapan saja kemungkinan menyebabkan kematian janin. Pada bulan-bulan berikutnya, janin sering tidak mati di dalam uterus sebelum ekspulsi dan penjelasan lain untuk ekspulsinya harus dicari.

Faktor-faktor janin :

– Perkembangan zygote yang abnormal.

– Abortus aneuploid

– Abortus euploid.

Faktor-faktor maternal :

– Infeksi.

– Penyakit  kronis.

– Kelainan endokrin.

– Nutrisi.

– Faktor lingkungan dan penggunaan obat.

– Faktor imunologi.

– Trmbofilia inheritid.

– Usia gamet.

– Trauma fisik.

– Defek uterus.

– Inkompeten serviks

Faktro paternal :

– Translokasi kromosom.

– Infeksi virus.

VBAC (Vaginal Birth After Caesarea) “Bersalin normal pervagina setelah Operasi Sesar Sebelumnya”

Definisi

Jika Anda telah melahirkan dengan operasi sesar, Anda mungkin memiliki pilihan dengan kehamilan Anda berikutnya yaitu- SC (Sectip Caesarea) Ulang atau upaya melahirkan melalui vagina setelah caesar (VBAC).

Tahun lalu,setelah orang bersalin melalui SC maka pupus sudah harapan mereka untuk dapat melahirkan lagi dengan normal melalui vagina. Namun hari ini, hal tersebut berubah dan perubahan besar tersebut terjadi berkat perubahan dalam teknik bedah, sehingga VBAC sangatlah mungkin dilakukan dalam banyak kasus. Bahkan, 60 sampai 80 persen diperkirakan perempuan yang mencoba VBAC berakhir dengan sukses. Namun demikian, banyak rumah sakit yang tidak menawarkan bahkan tidak melayani VBAC karena mereka tidak memiliki staf atau sumber daya untuk menangani SC darurat.

 

Jika Anda telah mengalami kelahiran sesar, Anda tidak sendirian. Karena saat ini kejadian operasi SC sangat meningkat. Dan Jika Anda ingin mencoba persalinan vaginal kali ini, Anda akan senang setelah mengetahui bahwa 90% dari perempuan yang telah mengalami kelahiran sesar sebelumnya adalah kandidat untuk VBAC. Dalam kebanyakan studi yang diterbitkan, 60-80% atau 3 sampai 4 dari 5 wanita yang sebelumnya mengalami kelahiran sesar berhasil bisa melahirkan melalui vagina. Setelah membaca informasi di bawah ini dan berdiskusi dengan penyedia layanan kesehatan Anda, Anda akan dapat membuat keputusan tentang apakah VBAC dapat menjadi pilihan bagi Anda kali ini.

Seorang Perempuan memilih VBAC karena berbagai alasan, termasuk:

  1. Komplikasi lebih sedikit. kejadian infeksi dan kehilangan darah yang serius dengan VBAC yang sukses lebih sedikit apabila dibandingkan dengan mengulang SC. Namun Jika VBAC gagal, bagaimanapun, juga bayi harus di lahirkan melalui SC- yang membawa risiko infeksi lebih tinggi dari pada SC ulang yang direncanakan.
  2. Waktu pemulihan lebih pendek. Anda akan tinggal di rumah sakit lebih pendek setelah VBAC dari pada Anda mengulang SC. Menghindari operasi akan membantu energi Anda dan stamina kembali lebih cepat, serta mengurangi beban biaya melahirkan.
  3. Partisipasi yang lebih dalam kelahiran. Bagi beberapa wanita, sangat penting untuk mengalami persalinan vagina. Jika Anda memiliki VBAC yang berhasil, Anda mungkin bisa segera memegang dan menyusui bayi Anda lebih cepat daripada Anda mengulang SC.
  4. Dampak pada kehamilan berikutnya. Jika Anda merencanakan sebuah keluarga besar, VBAC mungkin pilihan yang lebih baik dengan setiap persalinan berikutnya. SC yang berulang dapat menjadi lebih rumit, sementara VBAC yang di ulangi cenderung menjadi semakin mudah.
  5. Kemungkinan dari VBAC sukses adalah lebih tinggi jika: Anda hanya memiliki satu luka parut melintang rendah sebelum nya. Atau horizontal /transversal (mendatar/melintang) dan Anda juga bayi Anda sehat dan kehamilan Anda berjalan dengan normal

 

Kemungkinan sukses VBAC akan lebih rendah jika:

1. Kehamilan Anda berlanjut melebihi HPL

2. Anda memiliki bayi yang luar biasa besar

3. Anda punya dua atau lebih SC dan belum pernah mengalami persalinan melalui vagina

4. Anda mengalami obesitas

Dan Anda bukan calon VBAC jika Anda memiliki ruptur uterus selama kehamilan sebelumnya atau kondisi kesehatan apapun yang mungkin mempengaruhi persalinan vagina. Demikian pula, VBAC ini tidak dianjurkan jika Anda sudah mempunyai sayatan klasik yaitu jenis sayatan uterus yang paling mungkin untuk pecah selama persalinan. VBAC mungkin dapat dilakukan dengan bayi kembar jika presentasinya kepala , tapi biasanya VBAC bukanlah pilihan untuk kembar tiga atau kelipatan lainnya.

Resiko

VBAC berpotensi menimbulkan risiko yang serius, termasuk:

1. Gagal usaha melahirkan per vagina sehingga mau tidak mau harus mengulangi SC. Dan ini terjadi pada 20 sampai 40 persen wanita yang mencoba VBAC, sering karena bayi tidak mentolerir kontraksi persalinan mauun si ibu tidak bisa tenang dan menontrol tubuhnya.

2. Infeksi rahim akan lebih tinggi terjadi jika Anda gagal VBAC dan harus SC ulang. Dan resiko ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan SC ulang yang direncanakan.

3. Ruptur uterus. Jkejadian ini sangat Jarang, rahim bisa robek terbuka sepanjang garis bekas luka dari bedah Cesar sebelumnya. Jika rahim Anda pecah – baik sebelum atau selama persalinan – maka SC darurat sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa, termasuk kehilangan darah, infeksi dan kerusakan otak untuk bayi. Dalam beberapa kasus, rahim mungkin perlu diangkat (histerektomi) untuk menghentikan perdarahan. Jika rahim Anda diangkat, Anda tidak akan bisa hamil lagi.