Bidan Kita

Home Blog Page 72

Cara Menggunakan Comfort Breathing Selama Persalinan

0

Kunci agar mendapatkan proses persalinan yang lancar selain rileks dan tenang adalah tetap bernafas dengan pola yang baik. Karena dengan begitu Anda dapat mengatasi rasa ketidaknyamanan selama kontraksi.

Dan di kelas hypnobirthing prenatal class di Bidan Kita, saya selalu mengajarkan ini kepada klien saya. Mengapa saya mengajarkan tehnik nafas yang disebut Comfort Breathing kepada klien saya? Ya karena seringkali saya menemukan bahwa kebanyakan ibu secara naluri sebenarnya akan menemukan pola nafas yang paling pas untuk mereka dan tidak ada cara yang benar atau salah untuk melakukannya.

Tetapi seringkali mereka sudah terlanjur panic ketika merasakan ketidaknyamanan saat kontraksi sehingga pola nafas menjadi tidak beraturan dan tidak membantu mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Nah untuk itu saya mencoba untuk mengajarkan tehnik ini dengan tujuan semakin dilatih sejak kehamilan maka ketika persalinan tiba si ibu bisa secara otomatis melakukannya.

Tehnik pernafasan comfort breathing ini digunakan terutama ketika si ibu merasakan ketidaknyamanan ketika kontraksi dimulai. Caranya adalah:

1. Berikan “Sinyal” pada pasangan Anda bahwa kontraksi sudah mulai dengan mengambil napas dalam-dalam dan kemudian keluarkan perlahan. Ini disebut napas pembersihan mirip dengan menghela napas dan membantu tubuh Anda untuk siap menghadapi apa yang akan datang. Ingatlah untuk melepaskan semua ketegangan Anda selama nafas pembersihan ini. Untuk pasangan Anda: Dia akan melihat bahwa, bahkan sebelum napas pembersihan Anda, tubuh Anda tanpa sadar memberikan sinyal padanya ketika awal kontraksi. Hal ini bisa seperti tangan yang meremas, kaki yang bergoyang atau bahasa tubuh yang lain. Tubuh seorang ibu yang sedang dalam persalinan memiliki semua macam cara halus untuk mengingatkan pasangan mereka tentang apa yang akan terjadi.

Penggunaan Uterotonika Yang Benar: Ergonovine, Oxytocin, Pitocin, Dll.

Uterotonika (oxytocic) merupakan obat-obatan yang mengandung ergonovine, ergometrine atau oxytocin.Obat-obatan ini menyebabkan kontraksi rahim dan pembuluh-pembuluh darahnya. Oxytocic merupakan obat yang penting tetapi berbahaya. Jikalau dipergunakan secara salah, obat ini dapat menimbulkan kematian ibu atau bayinya di dalam kandungan. Jikalau dipergunakan secara benar, kadangkala obat ini dapat menyelamatkan kehidupan. Berikut ini adalah petunjuk penggunaan yang benar.

1.Untuk mengatasi perdarahan setelah melahirkan. Penggunaan dengan tujuan ini adalah yang paling penting. Pada kasus perdarahan hebat setelah URI (placenta) keluar, suntikan satu ampul 0.2 mg ergonovine (atau berikan dua tablet 0.2 mg) atau ergometrine maleat (ergotrate, dan lain-lainnya) setiap jam selama 3 jam atau sampai perdarahan dapat diatasi, teruskan dengan 1 ampul (atau 1 pil) setiap 4 jam selama 24 jam. Jika tidak ada ergonovine atau jika perdarahan hebat dimulai sebelum URI lahir, suntikkan oxytocin (Pitocin). PENTING; Setiap calon ibu dan bidan harus sudah menyiapkan ampul-ampul ergonovine secukupnya untuk menghadapi perdarahan yang hebat jika terjadi. Akan tetapi, obat-obatan ini hanya boleh dipergunakan dalam keadaan berbahaya. 2. Membantu mencegah perdarahan hebat setelah melahirkan. Seorang wanita yang pernah menderita perdarahan hebat setelah persalinannya, boleh diberikan 1 ampul (atau 2 pil) ergonovine segera sesudah uri keluar, dan setiap 4 jam selama 24 jam berikutnya.

Rahasia Melahirkan Tanpa Rasa Sakit

160936684

Melahirkan tanpa rasa sakit itulah yang saya alami ketika saya melahirkan anak saya!

semua wanita juga bisa melahirkan tanpa rasa sakit.

Jadi mengapa Anda takut dan cemas?

Sudah banyak ilmuwan dan peneliti telah mengatakan dan menceritakan kisah melahirkan bebas rasa sakit, yang telah mereka saksikan di India, Cina, Jepang, Afrika, Amerika Selatan dan di Indonesia juga.

Di antara suku-suku liar, yang mana melahirkan adalah fenomena alam yang biasa.

Tidak ada yang membuat banyak keributan tentang hal itu; tidak ada yang berhenti dari kegiatan sehari-hari ketika mereka hendak melahirkan.

Kehamilan dan melahirkan adalah peristiwa yang sangat alami sama seperti ketika kita harus makan dan pergi ke toilet.

Lalu mengapa sekarang ini banyak yang mengeluhkan rasa sakit ketika melahirkan?

Pentingnya Rencana persalinan (Birth Plan) Untuk Anda

Saya bersyukur sekali karena banyak dari Anda yang setelah bergabung di FB Bidan Kita dan sering “rekreasi” di website ini akhirnya mampu mengubah pandangan tentang proses persalinan.

 

Proses persalinan adalah sebuah peristiwa yang sacral dan tentunya merupakan sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup Anda, saya tahu Anda pasti menginginkan proses persalinan menjadi sebuah moment indah yang layak untuk di kenang dan saya paham bahwa Anda dan pasangan Anda tahu proses persalinan yang seperti apa yang idealnya bagi keluarga baru Anda, tetapi Anda perlu membuat rencana persalinan sehingga setiap orang lain tahu apa yang Anda inginkan dan maui dalam proses persalinan nanti. Sejak 32 – 36 minggu kehamilan Anda harus membicarakan hal ini dengan bidan/dokter yang merawat kehamilan Anda. Dengan cara ini saya yakin Anda akan lebih puas. Setelah diskusi dengan bidan atau dokter Anda, Anda harus membuat beberapa salinan akhir dari resume birth plan yang sudah kalian bicarakan. Nah, saya telah menyediakan cara mudah untuk memiliki rencana persalinan (birth plan) yang mungkin bisa menjadi pedoman Anda untuk di diskusikan.

 

Nah, Siapa yang Harus Memiliki Salinan dari Rencana persalinan Anda?

1. Anda dan Suami/pasangan dan keluarga

2. Bidan Atau dokter yang merawat baik nanti di ruang bersalin maupun ruang nifas

3. RS/RB/BPS tempat Anda memutuskan untuk bersalin nanti (agar di temple di status)

Ini adalah beberapa pilihan untuk Anda pertimbangkan. Apabila Anda masih menginginkan sesuatu, susunlah dan tambahkan dalam birth plan Anda. Yang saya cantumkan disini adalah hal-hal yang mungkin perlu Anda tanyakan kepada bidan atau dokter Anda:

1. Mobilitas selama persalinan (kala 1)

2. Mencukur rambut pubis (ini sudah jarang dilakukan, namun beberapa RS masih mempunyai kebijakan ini)

3. Pemasangan infuse secara Rutin (ini sudah jarang dilakukan, namun beberapa RS masih mempunyai kebijakan ini)

4. Enema (baik di rumah atau tempat kelahiran) atau biasa disebut huknah atau lavement yaitu ibu diberikan cairan khusus melalui anus untuk merangsang agar Ibu BAB

5. Tindakan pemecahan ketuban

6. Kebebasan untuk memilih posisi persalinan (ingat posisi persalinan Lithotomy atau terlentang adalah posisi persalinan TERBURUK bagi ibu bersalin)

7. Episiotomi

8. Kehadiran pendamping persalinan di ruang bersalin (suami, orang tua dll)

9. Proses pemotongan tali pusat oleh suami/ pendamping

10. Makan dan minum selama persalinan

11. Obat pereda sakit yang biasa digunakan / epidural

12. Menyusu segera setelah lahir (IMD)

13. Forcep / vakum ekstraksi

14. Berbagai teknik relaksasi, termasuk mandi, aromaterapi musik,, pijat

Efek Samping dari Epidural

“Be aware every intervention in nature has consequency”

Saya sangat setuju dengan kalimat diatas. Karena bagaimanapun juga apapun intervensi yang kita berikan atau kita lakukan terhadap alam semesta pasti ada konsekuensi yang harus kita tanggung, dan ini termasuk proses persalinan.

bagaimanapun juga proses persalinan alami adalah yang terbaik.

Namun sayangnya banyak orang yang menjadi takut dan akhirnya memilih untuk melakukan epidural bahkan operasi SC hanya gara-gara ketakutan tentang proses persalinan yang sebenarnya tidak beralasan.

Nah saat ini saya akan mencoba untuk mengungkapkan tentang apa yang mungkin tidak Anda ketahui tentang efek samping dari penggunaan epidural yang bisa mengubah pikiran atau keinginan Anda untuk memilih menggunakannya dalam proses persalinan:

Banyak wanita mengatakan bahwa tidak ada efek samping yang signifikan pada penggunaan epidural. Tetapi jika Anda seperti saya, Anda mungkin harus mulai mendengarkan klien-klien, teman atau para ibu yang melaporkan berbagai masalah ringan sampai yang lebih serius tentang efek samping jangka panjang dari epidural.

Berikut adalah sedikit efek samping yang pernah saya dengar, saya baca:

1. Penurunan tekanan darah sehingga memerlukan obat untuk menormalkan kembali

2. Ekstremitas yang gatal memerlukan pemberian injeksi atau obat.

3. Perasaan panik dan kecemasan yang lebih tinggi

4. Rasa mati rasa terlalu tinggi hingga di dada dan otot tubuh yang mempengaruhi tenggorokan dengan kekurangmampuan atau bahkan ketidakmampuan untuk menelan

15 Cara mengurangi rasa sakit saat persalinan

0

 

Lagi-lagi saya menulis tentang bagaimana cara Anda mengurangi rasa sakit saat persalinan.

Mengapa?

Ya karena rasa sakit saat melahirkan adalah hal yang paling ditakuti oleh ibu hamil. Wajar memang…apalagi hamil pertama kalinya. Tapi dari awal saya katakan bahwa bersalin itu nyaman karena saya pun merasakan demikian saat melahirkan anak saya. Memang tidak semua ibu akan seberuntung saya, namun saya katakana sekali lagi bahwa sakit adalah persepsi. Dan Dick Read dan Velvoski menyatakan bahwa rasa nyeri dan sakit bukan merupakan bagian dari proses persalinan sendiri, tetapi merupakan hasil pengaruh sosial, budaya, dan faktor emosi ibu.

 

Nah berikut ini 15 cara mengurangi rasa sakit saat persalinan yang mungkin bisa menginspirasi Anda semua:

 

1. Lupakan ketakutan Anda.

Pada dasarnya, ada koneksi antara rasa takut dengan rasa sakit. Efisiensi otot rahim tergantung pada hormon sirkulasi hormone oksitosin pada tubuh ibu, dan sistem saraf. semua bekerja sama dan bersinergi. Rasa takut akan mengganggu keseimbangan system tadi. Ketakutan dan kecemasan menyebabkan tubuh Anda memproduksi hormon stres yang berlebih sehingga justru menyebabkan peningkatan rasa sakit. karena ketika Anda takut produksi hormone stress yaitu adrenalin meningkat sehingga ini akan mengurangi produksi hormone oksitosin dan endorphin sehingga selain meningkatkan rasa sakit justru membuat proses persalinan semakin lama dan semakin menyakitkan, bahkan kadang-kadang bisa berhenti. Ketakutan juga menyebabkan reaksi fisiologis yang mengurangi aliran darah dan dengan demikian suplai oksigen ke rahim juga berkurang.

2. Diskripsikan Apa ketakutan Anda.

Secara spesifik apa yang Anda takutkan tentang proses persalinan dan melahirkan? Apakah Anda takut sakit, misalnya, telah memiliki pengalaman negatif dengan rasa sakit di masa lalu? Apakah Anda takut sesar atau takut dilakukan episiotomy lalu di jahit? Apakah Anda takut bahwa Anda akan kehilangan kontrol ketika bersalin? Apakah Anda memiliki ketakutan tentang masalah dengan bayi? Cobalah mendaftar dan menulis semua ketakutan Anda dan dan tulislah apa yang dapat Anda lakukan untuk menghindari rasa takut agar tidak menjadi kenyataan. Lalu lakukan relaksasi hypnobirthing untuk mengeliminasi ketakutan dan mengubah rekaman negative di dalam pikiran bawah sadar Anda.

3. Buka Wawasan.

INGAT!!!! Pengetahuan adalah KUNCI!!! Semakin banyak Anda tahu, akan semakin sedikit rasa takut Anda. Sadari bahwa proses persalinan itu unik dan tidak akan sama antara ibu yang satu dengan ibu yang lainnya. masing-masing pengalaman persalinan ibu selalu berbeda. Ada sensasi (alias “rasa kurang nyaman”) yang akan selalu terjadi antara kontraksi pertama dan saat melahirkan bayi. Jika Anda memahami apa yang terjadi dan mengapa, dan apa yang mungkin akan anda rasakan, Anda tidak akan terkejut. Ini akan sangat membantu sehingga kebanyakan ibu merasa yakin bahwa mereka dapat menangani “rasa” dip roses persalinan. Mengikuti kelas prenatal seperti kelas persaiapan persalinan, satau kelas relaksasi hypnobirthing akan sangat membantu Anda memahami apa yang terjadi dan mengapa. Seperti di kelas hypnobirthing prenatal class di BIDAN KITA, Anda akan diajari banyak hal dari A sampai Z tentang persalinan. Inilah yang membantu Anda menjadi lebih siap menghadapi “hari Besar” nanti, selain itu di kelas ini akan di bahas tentang rasa khusus yang mungkin akan anda rasakan, karena ini akan tergantung pada situasi tertentu setiap wanita dan kemampuannya untuk bekerja sama dengan kekuatan tubuhnya dalam persalinan.

4. Mempekerjakan tenaga professional untuk support

Seorang wanita yang berpengalaman, ini bisa bidan atau orang yang dididik khusus untuk pendampingan persalinan akan membantu Anda menginterpretasikan sensasi Anda selama persalinan, menawarkan saran untuk mengelola rasa sakit Anda, dan membantu Anda memahami dan berpartisipasi dalam mengambil keputusan medis. Memang akan membutuhkan cost khusus, namun jika ini adalah salah satu cara yang ampuh..dan memang ampuh, mengapa tidak?

5. Kelilingi diri Anda dengan bidan, dokter, suami, keluarga yang tak kenal takut.

Obat Nyamuk Vs Hamil

Seberapa sering anda memakai obat nyamuk? Apa mereknya? Apa jenisnya? ampuhkah? berapa harganya? itulah pertanyaan yang sering mucul tentang obat nyamuk, tapi berapa banyak yang bertanya AMANKAH ? Aku harus bilang bahwa saat ini boleh dibilang tidak ada satu pun obat nyamuk di  Indonesia yang benar2 ampuh dan AMAN.

Prinsip dasar yang harus dipahami semua orang ketika menggunakan obat nyamuk adalah bahwa zat yang dipakai itu RACUN, dan tidak ada racun yang benar-benar aman. Iklan-iklan di TV dan media lain menyesatkan. Racun nyamuk ditemukan pada semua jenis obat nyamuk. ‘Pada obat nyamuk bakar, semprot, dan elektrik lebih cenderung untuk membunuh nyamuk, sedangkan pada obat nyamuk oles lebih pada pencegahannya, yaitu mengusir nyamuk.

Kendati mengeluarkan zat racun yang sama, dosis tiap-tiap obat nyamuk berbeda satu sama lain. Ditilik dari segi konsentrasi atau komposisi, bahan aktif pada obat nyamuk terdiri dari konsentrasi ringan sampai berat, dari yang kurang toksid sampai yang lebih toksid. Yang jelas, semua itu tergantung dari kadar konsentrasi racun dan jumlah pemakaiannya. Misalnya, kadar konsentrasi bahan aktif obat nyamuk semprot mungkin sedikit, tetapi kalau disemprotkan berulang kali tentu kadarnya akan bertambah banyak. Obat nyamuk yang memiliki kadar demikian mungkin bisa mematikan nyamuk dengan cepat, tetapi membahayakan kesehatan manusia. Risiko terbesar terdapat pada obat nyamuk bakar karena secara langsung mengeluarkan asap yang dapat terhirup. Sementara obat nyamuk semprot berbentuk cair memiliki konsentrasi berbeda karena cairan yang dikeluarkan akan diubah menjadi gas. Artinya, dosisnya lebih kecil. Sementara obat nyamuk elektrik lebih kecil lagi karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap, tetapi dengan daya elektrik. Dengan demikian, makin kecil dosis bahan zat aktif, makin kecil pula bau yang ditimbulkan. Sekaligus, makin minim pula kemungkinan mengganggu kenyamanan manusia. ‘Bahan aktif dari obat nyamuk masuk ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan maupun kulit, ke peredaran darah. Setelah itu menyebar pada sel-sel tubuh. Ada yang ke pernafasan, ke otak lewat susunan saraf pusat, dan lain-lain. Nah, organ mana yang sensitif, maka itulah yang akan terkena. Tentunya karena obat nyamuk lebih pada hirupan, maka yang paling berperan sekali adalah pernafasan. Sementara kalau lewat kulit sangat tergantung pada daya sensitivitas atau kepekaan kulit. Jadi, gangguan-gangguan pada organ tubuh bisa saja terjadi jika pemakaian obat nyamuk tidak terkontrol sehingga dipakai dalam dosis yang berlebihan.

Apa saja merk obat nyamuk di Indonesia? Baygon? HIT? VAPE? Atau Soffell atau yang lainnya? Dan kira-kira aman gak ya?

PELATIHAN BASIC HYPNOTHERAPY DAN HYPNO-BIRTHING

0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikutilah

PELATIHAN BASIC HYPNOTHERAPY DAN HYPNO-BIRTHING

(BERSAMA PAKAR HYPNO-BIRTHING DI INDONESIA)

1. JAKARTA

Hari : Sabtu, Minggu

Tanggal : 6 & 7 Agustus 2011

Tempat : Pro V Clinic, Jl Permata Saphir I / W5, Permata Hijau, Jakarta Selatan

Contact : Cahya (081 618 378 69)

Biaya :

– Early bird : Rp. 1.750.000,00 (Apabila Pembayaran dilakukan sebelum Tgl 1 Agustus 2011)

– Normal Rate : Rp. 2.000.000,00 (Apabila Pembayaran setelah tgl 2 Agustus 2011 s.d hari H)

Pembayaran :

– Transfer Bank BCA

An. Prodipta Vitalis

No rek: 5730176777

 

2. JOGJAKARTA

Hari : Sabtu, Minggu

Tanggal : 13 & 14 Agustus 2011

Cepalo Pelvic Disoroportion (CPD) Ketidak sesuaian Janin dan Panggul Ibu

 

Diagnosis CPD (cephalopelvic disporpotion) adalah keadaan dimana kepala bayi dianggap terlalu besar untuk melewati panggul wanita itu. CPD ini disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Pada abad 18 dan 19, kekurangan gizi, rakhitis dan penyakit seperti polio menyebabkan anomali panggul, yang mengakibatkan kematian saat melahirkan. Memang awalnya CPD adalah alasan paling umum untuk melaksanakan operasi caesar. Di zaman modern, bagaimanapun, CPD jarang terjadi, karena standar umum hidup kita sangat jauh lebih tinggi dibanding abad 18,19 yang lalu dan kejadian CPD lebih mungkin disebabkan oleh fraktur tulang panggul akibat kecelakaan lalu lintas jalan atau kelainan bawaan.

Seringkali CPD tersirat didiagnosis. Dalam kasus di mana proses persalinan telah gagal untuk maju atau bayi menjadi tertekan, staf medis umumnya menganggap bahwa ini disebabkan ketidakmampuan fisik pada ibu daripada melihat ke arah keadaan perawatan ibu. Masalah ini sering terjadi ketika CPD tidak diduga dan ada penyebab lainnya seperti ketakutan, kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan medis, kurangnya dukungan emosional dan non-kontinuitas petugas kesehatan.

Banyak wanita khawatir tentang bagaimana sesuatu yang besar seperti bayi akan turun di sebuah sebuah lorong sempit di vagina, sehingga implikasi ketidakmampuan panggul dapat mengkonfirmasi ketakutan pribadi, rasa rendah diri, berikutnya mempengaruhi kemajuan dari setiap persalinan dan menambahkan perasaan kegagalan terjadi dalam hati dan pikiran ibu.

CPD juga kadang dicurigai ketika kepala bayi gagal untuk turun ke dalam panggul, Ketika seorang ibu di duga CPD, x-ray ,pelvimetry mungkin disarankan, baik ante-natal atau pasca-natal.  panggul ibu diukur dengan x-ray untuk menilai kecukupan panggul. Terlepas dari resiko kesehatan x-ray, metode penilaian panggul telah dikritik karena telah terbukti tidak akurat dan karena sering hasilnya tidak mempengaruhi cara pengelolaan persalinan. Karena kekhawatiran paparan x-ray kepada ibu dan bayi, beberapa rumah sakit menawarkan pelvimetry oleh computed tomography (CT) scan yang menggunakan dosis radiasi yang jauh lebih rendah.

Dalam kasus apapun, CPD sulit untuk mendiagnosis secara akurat karena tidak kurang dari empat variabel yang tidak dapat diukur:

1. otot penyangga dan ligamen panggul yang tidak terstruktur, tetap kokoh

Selama kehamilan dan proses persalinan hormon relaksin melembutkan ligamen yang bergabung dengan tulang panggul, sehingga panggul dapat ‘stretch’. Tingkat ekspansi yang dicapai panggul akan bervariasi dari wanita dengan wanita dan dari kehamilan satu dengan kehamilan yang lain

2. Moulase pada Kepala bayi

Kepala Bayi terdiri dari tulang terpisah yang bergerak relatif satu terhadap yang lain, yang memungkinkan kepala bayi untuk moulase atau melakukan tumpang tindih dan dengan demikian maka akan mengurangi diameter kepala selama perjalanan menuruni jalan lahir. Tidak seorangpun dapat memprediksi kapasitas molase kepala bayi, karena ini adalah fitur dari proses lahir normal, yang seharusnya tidak mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan bayi.

3. Posisi dimana seorang wanita beradaptasi selama persalinan dan melahirkan membuat perbedaan untuk dimensi panggul

Jongkok, misalnya, dapat meningkatkan luas pengukuran panggul sampai 30%. Salah satu posisi yang paling umum untuk wanita ketika melahirkan, yaitu dengan agak bersandar (setengah duduk) di mana berat badan ibu tertumpu pada tulang ekor nya, akan membatasi gerakan tulang ekor, yang sebenarnya sangat bisa di ajak kompromi untuk memperluas panggul. Dengan menghindari posisi ini saat persalinan, seorang wanita mungkin akan mampu melahirkan secara normal pervagina dan lebih lancar karena luas panggul bertambah.

4. Posisi bayi

Epidural: Resiko Bagi Ibu dan Bayi

Penggunaan Metode Epidural pertama kali adalah pada tahun 1885, ketika seorang ahli saraf New York J. Leonard Corning menyuntikkan kokain ke bagian tulang belakang pasien yang menderita “kelemahan tulang belakang dan inkontinensia mani.”1 Lebih dari satu abad kemudian, epidural telah menjadi metode analgesia yang paling populer, atau penghilang rasa sakit, di kamar persalinan di AS. Pada tahun 2004, hampir dua-pertiga dari wanita yang bersalin melaporkan bahwa mereka diberikan epidural, termasuk 59 persen wanita yang telah melahirkan pervagina (2). Di Kanada, sekitar setengah dari wanita yang melahirkan secara normal memakai epidural, (3) dan di Inggris, 21 persen wanita diberikan epidural sebelum melahirkan (4).

Epidural merupakan suntikan yang menggunakan obat bius lokal (berasal dari kokain) dan disuntikkan ke dalam ruang-ruang epidural yang melindungi sumsum tulang belakang. Pada epidural konvensional klien akan mati rasa baik saraf sensorik maupun motoriknya. Dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir, epidural telah dikembangkan dengan konsentrasi obat bius yang (bius local), dan dengan kombinasi anestesi lokal serta opiat (obat yang mirip dengan morfin dan meperidin) pembunuh rasa sakit untuk mengurangi blok motor, dan untuk menghasilkan apa yang disebut epidural “berjalan”.

 

 

Analgesia Spinal juga telah semakin digunakan dalam persalinan untuk mengurangi blok motor. Spinals menyuntik narkoba menembus dura dan ke dalam ruang (intratekal) tulang belakang, dan hanya menghasilkan analgesia jangka pendek. Untuk memperpanjang-efek menghilangkan rasa sakit dalam persalinan, dosis bisa ditambah sesuai kebutuhan

Epidurals dan spinals menawarkan bentuk yang paling efektif dari penghilang rasa sakit yang tersedia dalam pertolongan persalinan, dan wanita yang telah menggunakan analgesia untuk mengurangi rasa nyeri mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi terhadap metode ini, Namun, kepuasan tidak mengalami nyeri ini tidak tidak sama dengan kepuasan keseluruhan keseluruhan persalinan (5) selain itu ternyata epidural juga dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi.

Epidural dan hormon persalinan

Secara signifikan penggunaan epidural mengganggu beberapa hormon utama persalinan, yang dapat mempunyai dampak negatif pada proses kelahiran (6).  WHO mengatakan bahwa analgesia epidural adalah salah satu contoh yang paling mencolok dari medikalisasi persalinan normal. yang, mengubah acara fisiologis menjadi prosedur medis (7).

Sebagai contoh, oksitosin, yang dikenal sebagai hormon cinta, yang juga merupakan uterotonika alami-sebuah zat yang menyebabkan rahim wanita untuk mengalami kontraksi selama proses persalinan. Epidural membuat produksi oksitosin alami dalam tubuh menurun bahkan hilang (9). Anestesi epidural juga melenyapkan ekskresi puncak oksitosin yang harusnya terjadi saat bayi dilahirkan (11) –padahal hormone oksitosin inilah yang membantu ibu dan bayi untuk jatuh cinta pada pertemuan pertama. Hormon lain yang penting dalam uterotonika seperti, prostaglandin F2 alfa, juga berkurang pada wanita yang menggunakan epidural(12).

B eta-endorphin adalah hormon alami yang berfungsi untuk membantu wanita yang bersalin untuk mengatasi rasa sakit. Beta-endorphin juga berhubungan dengan kondisi kesadaran yang berubah pada proses persalinan. Hormon ini juga membantu menuntun ibu untuk berjuang dan bekerjasama secara naluriah dengan tubuhnya dan bayinya, sehingga kadang wanita bersalin sering menggunakan gerakan dan suara. Epidural mengurangi produksi beta-endorphin dalam tubuh wanita (13,14).

Adrenaline dan noradrenalin (epinefrin dan norepinefrin, yang dikenal sebagai katekolamin, atau CA) juga dirilis atau di produksi di bawah kondisi stres, dan terjadi peningkatan alami selama persalinan tanpa pengobatan (15) Pada tahap akhir kala 2 persalinan, lonjakan hormon alami ini memberikan ibu energi untuk mendorong bayi keluar, dan membuat dia bersemangat dan penuh waspada pada pertemuan pertama dengan bayinya. Hal ini dikenal sebagai refleks ejeksi fetus (the fetal ejection reflex )(16)

Namun persalinan dapat di hambat dengan tingkat CA yang sangat tinggi, yang dapat dilepaskan ketika wanita merasa lapar, dingin, takut, atau tidak aman selama persalinan (17). ini masuk akal karena Jika indra ibu mengatakan bahaya, maka hormon nya akan memperlambat atau menghentikan persalinan dan memberinya waktu untuk “melarikan diri” untuk mencari tempat yang aman untuk melahirkan. Dan ini normal dalam proses evolusi manusia.

Epidural mengurangi produksi CA pada ibu bersalin yang sebenarnya membantu dalam persalinan. Namun, penurunan produksi CA akhir dapat berkontribusi pada kesulitan seorang wanita untuk mempunyai keinginan mengejan atau semangat untuk mendorong bayinya keluar. Sehingga akhirnya ini sangat meningkatkan risiko persalinan dengan instrumental (forseps dan vakum)

Efek pada proses persalinan

Epidurals membuat persalinan berjalan lebih lambat, karena bukti dari penelitian bahwa anestesi lokal yang digunakan dalam epidural dapat menghambat kontraksi dengan langsung mempengaruhi otot rahim (18).

Sebagai contoh, epidural juga membuat otot panggul terasa kebas/ baal, padahal otot panggul ini penting dalam membimbing dan mengubah kepala bayi untuk bergerak menuju posisi yang terbaik untuk dilahirkan. Epidural membuat resiko empat kali lebih tinggi pada kemungkinan kejadian posisi kepala bayi posterior pada tahap akhhir dalam sebuah penelitian kejadian ini 13 persen lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang bersalin tanpa epidural yang hanya 3 persen (21). Posisi posterior ini tentu saja akan mengurangi kesempatan melahirkan melalui vagina secara spontan dalam sebuah studi, hanya 26 persen pada ibu yang melahirkan pertama kali (dan 57 persen dari ibu yang berpengalaman) dengan bayi bayi posterior dapat bersalin per vaginam dengan spontan, lainnya langsung dilakukan forcep, vaccum atau bahkan SC (22).

Resiko bagi bayi, persalinan dengan bantuan instrumental dapat meningkatkan risiko jangka pendek seperti memar, cedera wajah, dan cephalohematoma (bekuan darah di bawah kulit kepala) (24) Risiko perdarahan intrakranial (pendarahan dalam otak) meningkat dalam sebuah studi lebih dari empat kali untuk bayi yang lahir dengan forsep dibandingkan dengan kelahiran spontan, (25) meskipun dua studi menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan terdeteksi untuk kelahiran anak forseps (26,27

Epidural juga meningkatkan kebutuhan untuk Pitocin untuk menambah kontraksi, wanita yang bersalin dengan epidural hampir tiga kali lebih mungkin diberikan Pitocin (29). Kombinasi epidural dan Pitocin, dapat menyebabkan kelainan pada denyut jantung janin (Foetal Heart Rate) yang memicu fetal distress, sehingga secara nyata meningkatkan risiko operasi (forseps, vakum, atau sesar). Dalam salah satu survei diAustralia, sekitar setengah ibu yang pertama kali bersalin dan diberikan epidural berakhir dengan persalinan SC (30)

Efek samping Epidural

Obat yang digunakan dalam persalinan dengan epidural yang cukup kuat membuat mati rasa, dan biasanya melumpuhkan, dan dapat mempengaruhi tekanan darah ibu, sehingga tidak mengherankan bahwa akan ada efek samping yang signifikan bagi ibu dan bayi.

Efek samping bagi Ibu

1. efek samping yang paling umum dari epidural adalah penurunan tekanan darah. Efek ini hampir universal, dan biasanya di dahului dengan pemberian cairan IV sebelum memberikan epidural. Hipotensi dapat menyebabkan komplikasi mulai dari perasaan pingsan serangan jantung, 37 dan juga dapat mempengaruhi suplai darah ke bayi. Hipotensi dapat diobati dengan pemberian cairan IV lebih banyak dan, jika parah, dengan suntikan epinefrin (adrenalin).

2. Ketidakmampuan untuk buang air kecil (dan kebutuhan untuk pemasangan kateter kencing)

3. gatal-gatal pada kulit (pruritus) (39,40)

4. menggigil (41)

5. mual dan muntah (43)

6. Epidurals juga dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh pada ibu bersalin.

7. Ddapat menyebabkan kesulitan bernapas yang tak terduga bagi ibu (47)

8. Meningkatkan resiko persarahan post partum (48-53)

9. menyebabkan sakit kepala parah yang dapat bertahan hingga enam minggu (57,58)

Efek samping untuk bayi

1. Trauma persalinan (71)

2. Resiko kecanduan pada masa remaja nanti (71)

3. Perubahan denyut jantung janin yang dapat menyebabkan distress

4. Suplai oksigen berkurang akibat tekanan darah ibu yang berkurang

5. APGAR yang kurang

6. Salah satu peneliti telah mencatat sepuluh kali lipat peningkatan risiko ensefalopati baru lahir (tanda-tanda kerusakan otak) pada bayi lahir dengan ibu yang demam akibat epidural (76).

7. Resiko untuk mengalami kejang pada periode baru lahir lebih tinggi, dibandingkan dengan bayi yang lahir normal (75)

8. beberapa studi terhadap kondisi bayi saat lahir, dan hampir semua bayi yang lahir setelah epidural dibandingkan dengan bayi yang lahir setelah terpapar obat opiat, yang diketahui menyebabkan kantuk dan kesulitan bernapas.

9. Beberapa studi yang membandingkan bayi terkena epidural dengan bayi yang ibunya tidak menerima obat yang telah menemukan dampak neurobehavioral yang signifikan, (86,88)

Epidurals juga dapat mempengaruhi pengalaman dan keberhasilan menyusui melalui beberapa mekanisme. Pertama, bayi yang terkena epidural mungkin memiliki kelainan neurobehavioral disebabkan oleh paparan obat yang kemungkinan akan maksimal dalam beberapa jam-yang kritis waktu kelahirannya untuk inisiasi menyusui. Penelitian terakhir telah menemukan (agak jelas) bahwa semakin tinggi skor neurobehavior pada bayi baru lahir, semakin tinggi nilai mereka untuk perilaku menyusui (108)

Dalam penelitian lain, bayi yang terpapar epidural dan spinals lebih mungkin untuk menurunkan berat badan di rumah sakit,

kedua, epidural dapat mempengaruhi perilaku dan kondisi ibu baru, membuatnya lebih sulit menyusui. Hal ini mungkin jika dia telah mengalami persalinan yang panjang, persalinan dengan instrumental, atau pemisahan dari bayinya, yang semuanya lebih mungkin terjadi pada persalinanepidural. gangguan hormonal juga berperan mengingat oksitosin adalah hormone utama dalam proses menyusui

Kesimpulan

Epidural mungkin memiliki manfaat tetapi juga mempunyai risiko yang signifikan bagi ibu yang bersalin dan bayinya. Risiko ini didokumentasikan dengan baik dalam literatur medis, tetapi tidak dapat diungkapkan kepada ibu bersalin. Nah jika Anda ingin bersalin normal dan lancar mulailah upayakan sejak sekarang dengan upaya yang alami dan sehat serta aman.

Referensi

1. G. R. Hamilton and T. F. Baskett, “In the Arms of Morpheus: The Development of Morphine for Postoperative Pain Relief,” Can J Anaesth 47, no. 4 (2000): 367–74.

2. E. Declercq et al., Listening to Mothers: Report of the First U.S. National Survey of Women”s Childbearing Experiences (New York: Maternity Center Association, October 2002): pg 1

3. Canadian Institute for Health Information, Giving Birth in Canada (Ontario: CIHA, 2004): pg 7

4. National Health Service, NHS Maternity Statistics, England: 2002–03 (Crown Copyright, 2004): pg 6

5. E. D. Hodnett, “Pain and Women”s Satisfaction with the Experience of Childbirth: A Systematic Review,” Am J Obstet Gynecol 186, Supplement 5: Nature (2002): S160–S172.

6. S. J. Buckley, “Ecstatic Birth: Nature”s Hormonal Blueprint for Labor,” Mothering no. 111 (March–April 2002): www.mothering.com/articles/pregnancy_birth/birth_preparation/ecstatic.html

7. World Health Organization, Care in Normal Birth: A Practical Guide. Report of a Technical Working Group (Geneva: World Health Organization, 1996): 16.

8. V. A. Rahm et al., “Plasma Oxytocin Levels in Women During Labor With or Without Epidural Analgesia: A Prospective Study,” Acta Obstet Gynecol Scand 80, no. 11 (2002): 1033–1039.

9. R. M. Stocche et al., “Effects of Intrathecal Sufentanil on Plasma Oxytocin and Cortisol Concentrations in Women During the First Stage of Labor,” Reg Anesth Pain Med 26, no. 6 (2001): 545–550.