Bidan Kita

Home Featured Episiotomi? Apa itu?

Episiotomi? Apa itu?

Episiotomi? Apa itu?

Apa Itu Episiotomy ?

Episiotomy adalah robekan yang sengaja dilakukan oleh provider untuk memperlebar lubang vagina dan membantu proses persalinan.  Episiotomi dilakukan dengan memotong area diantara vagina dan anus dalam persalinan. Episiotomi ditemukan di akhir tahun 1700-an. Pada tahin 1920-an dan 1930-an, episiotomi menjadi suatu prosedur umum di rumah sakit. Hal ini dilakukan karena mereka menganggap bahwa sebagian besar ibu, terutama persalinan pertama akan mengalami robekan selama persalinan dan episiotomi dianggap dapat membuat robekan itu “lebih rapi”, membuat penyembuhan lebih baik, dan dapat membantu menjaga jaringan otot dan jaringan ikat yang menyangga dasar panggul Anda. Namun, seiring berjalannya waktu, penelitian membuktikan bahwa episiotomi sama sekali tidak membantu mencegah masalah-masalah tersebut, dan bahkan praktek episiotomi sudah tidak direkomendasikan oleh WHO. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai episiotomi.

Tipe-tipe episiotomi

Dua tipe episiotomi yang paling umum adalah episiotomi mediolateral dan episiotomi midline. Kedua tipe ini mempunyai keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

  1. Episiotomi Mediolateral

Episiotomi tipe ini dilakukan dengan melakukan sobekan secara diagonal dari lubang vagina ke arah pantat dalam sudut 45 derajat. Keuntungan dari episiotomi tipe ini adalah minimnya resiko robekan di otot anus. Namun, episiotomi jenis ini juga mempunyai kerugian seperti menyebabkan pendarahan, proses penyembuhannya lebih menyakitkan, lebih sulit untuk sembuh, resiko ketidaknyamanan dalam jangka panjang, terutama saat berhubungan seksual. 

  1. Episiotomi Midline

Episiotomi tipe ini dilakukan dengan melakukan sobekan secara lurus dari lubang vagina mengarah ke anus. Keuntungan dari episiotomi jenis ini adalah lebih mudah untuk sembuh. Tipe ini juga tidak begitu menyakitkan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan jangka panjang ketika berhubungan seksual. Namun, kerugian utama episiotomi tipe ini adalah meningkatnya resiko bahwa robekan melebar hingga otot anus, yang mana dapat menimbulkan masalah jangka panjang, termasuk inkontinensia feces dan ketidakmampuan untuk mengendalikan usus besar Anda.

Selain tipe, episiotomi juga dibedakan berdasarkan tingat keparahan. Berikut ini adalah episiotomi berdasarkan keparahan robekan:

  • Tingkat satu. Episiotomi tingkat satu terdiri dari robekan kecil yang hanya mencapai lapisan vagina, tidak turut merobek jaringan dibawahnya.
  • Tingkat dua. Episiotomi tingkat dua merupakan jenis episiotomi yang paling umum. Robekan pada episiotomi jenis ini mencapai ke lapisan vagina dan sekaligus ke jaringan vagina.
  • Tingkat tiga. Episiotomi tingkat tiga terdiri dari robekan yang mencapai ke lapisan vagina, jaringan vagina, dan bagian sfingter anal.
  • Tingkat empat. Episiotomi tingkat empat merupakan tingkat episiotomi yang paling parah. Episiotomi ini terdiri dari robekan yang mencapai ke lapisan vagina, jaringan vagina, sfingter anal, dan lapisan dubur.

 Tingkat keparahan episiotomi ini diasosiasikan dengan kemungkinan adanya komplikasi jangka panjang. Dengan semakin bertambahnya tingkat keparahan episiotomi, resiko untuk infeksi, rasa sakit,dan masalah lain juga meningkat. 

Bagaimana episiotomi dilakukan?

Sebelum episiotomi dilakukan, provider Anda seharusnya akan menjelaskan prosedurnya ke Anda dan memberi Anda kesempatan untuk bertanya. Anda juga akan diminta untuk menandatangani formulir yang menandakan bahwa Anda mengijinkan prosedur tersebut untuk dilakukan. Informasikanlah ke provider Anda apabila Anda memiliki alergi atau sensitivitas terhadap obat-obat bius. Informasikanlah juga kepada provider Anda apabila Anda memiliki riwayat masalah darah atau apabila Anda mengkonsumsi obat yang mempengaruhi penggumpalan darah.

Dalam pelaksanaannya, prosedur dan tipe episiotomi dapat bermacam-macam tergantung dengan kondisi Anda. Di awal, apabila Anda belum mendapatkan bius apapun, provider Anda akan menyuntikkan obat bius di area perineum sebelum melakukan robekan. Setelah bayi dan plasenta lahir, robekan episiotomi Anda akan diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui adanya robekan lebih lanjut. Setelah itu Anda provider Anda akan menyuntikkan obat bius lagi sebelum akhirnya menjahit robekan yang ada.

Hal berikut merupakan suatu hal yang SEHARUSNYA terjadi, namun dalam praktiknya, terutama di Indonesia seringkali hal ini tidak dilakukan. Anda tidak akan diberikan obat bius dan bahkan terkadang provider Anda akan melakukan episiotomi tanpa seijin Anda dan tanpa mengatakan apa-apa, yang mana ini sebenarnya melanggar UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran pasal 52 mengenai hak-hak pasien dimana tertulis bahwa pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis, sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3). Hal inilah yang akhirnya menimbulkan ketakutan akan robekan dan jahitan saat proses persalinan.

Setelah episiotomi, biasanya Anda akan diberi obat penghilang rasa sakit. Apabila Anda bersalin di klinik atau apabila situasi memungkinkan, Anda dapat meminta tolong pendamping Anda untuk menyiapkan kompres es dan mengompres area perineum segera setelah persalinan untuk membantu mengurangi pembengkaan dan rasa sakit. Selain itu, merendam area pantat sampai pinggul Anda dengan air hangat atau dingin dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Ingatlah untuk menjaga agar area jahitan Anda tetap bersih dan kering. Hindari melakukan douchs (membersihkan vagina dengan menyemprotkan cairan khusus ke dalam vagina), menggunakan tampon, mengangkat barang-barang berat, melakukan aktivitas berat, dan melakukan hubungan seksual hingga luka jahitan Anda benar benar sembuh. Hubungilah provider Anda apabila Anda mengalami pendarahan di area sayatan, luka tidak kunjung membaik, terdapat bau yang tidak sedap di area vagina, area sekitar sayatan terlihat kemerahan atau bengkak, mengalami demam, dan rasa sakit di area perineum.           

Mengapa episiotomi dilakukan?

Tidak semua wanita membutuhkan episiotomi dan sebenarnya WHO sendiri tidak merekomendasi dilakukannya episiotomi. Hal ini sebenarnya membuat episiotomi hanya boleh dilakukan di situasi darurat dalam persalinan, seperti fetal distress. Berikut ini adalah beberapa alasan yang memungkinkan dilakukannya episiotomi:

  • Fetal distress
  • Bayi sungsang, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai posisi bayi dalam kandungan, klik disini atau distosia bahu (bahu bayi tersangkut saat proses persalinan)
  • Fase dua (fase mengejan) lama
  • Persalinan menggunakan forceps atau vacuum
  • Bayi besar
  • Bayi prematur
  • Terdapat kemungkinan terjadinya robekan parah
  • Sang ibu pernah melakukan operasi panggul

Kapan episiotomi perlu dilakukan?

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di tahun 2009 dan melibatkan lebih dari 5.000 ibu, episiotomi seringkali tidak terlalu membantu dan tidak dilakukan berdasarkan indikasi yang benar. Namun, ada beberapa kasus dimana episiotomi memang berguna dan diperlukan, diantara lain adalah:

  • Apabila episiotomi membantu sang ibu untuk menghindari operasi caesar
  • Apabila terdapat resiko terjadinya robekan yang parah
  • Apabila terjadi fetal distress

Konsultasikanlah terlebih dahulu dengan provider Anda dan tanyakan mengenai tingkat episiotomi di tempat bersalin yang Anda ingginkan. Apabila tempat bersalin yang Anda inginkan mempunyai tingkat episiotomi yang mencapai lebih dari 20%, maka CARILAH TEMPAT LAIN! 

Apa efek samping episiotomi?

Semua prosedur operasi, bahkan operasi kecil sekalipun akan mempunyai efek samping, begitu pula dengan episiotomi. Berikut ini adalah beberapa efek samping atau resiko episiotomi:

  • Pendarahan
  • Luka
  • Waktu penyembuhan yang lama
  • Inkontinensia urin (untuk mengetahui lebih lanjut mengenai inkontinensia urin, klik disini)
  • Infeksi
  • Bekas luka yang menyakitkan
  • Disfungsi seksual
  • Pembengkakan
  • Rasa sakit saat berhubungan seksual
  • Perasaan sedih, percaya diri rendah, rasa malu, dan lain sebagainya.

Beberapa ibu mengatakan bahwa pemulihan episiotomi lebih lama dan lebih menyakitkan daripada robekan yang terjadi secara alami. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan, mereka menemukan bahwa beberapa ibu yang mengalami episiotomi melaporkan penurunan kenikmatan seksual dan mendapat citra tubuh yang buruk.

Episiotomi merupakan hal yan dapat dihindari, begitu pula dengan robekan saat persalinan. Kuncinya adalah pemberdayaan diri. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai cara mencegah robekan saat persalinan, klik disini. 

 

Knowledge is power~

Sumber:

  • https://www.healthline.com/health/pregnancy/episiotomy-types
  • https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=episiotomy-92-P07775
  • https://extranet.who.int/rhl/topics/preconception-pregnancy-childbirth-and-postpartum-care/care-during-childbirth/care-during-labour-2nd-stage/who-recommendation-episiotomy-policy-0
  • https://www.mamanatural.com/episiotomy/