Bidan Kita

Home Blog Page 31

Pentingnya Microbiome Manusia

Apa Itu Microbiome?

Film ini adalah salah satu film yang sangat saya rekomendasikan selain beberapa film dokumenter yang lain seperti “birth into being” dan “business being born

Film ini mengeksplorasi korelasi antara microbiome dan kesehatan manusia dan penyakit. dikaitkan dengan, obesitas , kanker, gangguan kesehatan mental, asma, dan autisme. nah karena saya bidan, maka saya akan mencoba mengkaitkan dengan kesehatan ibu dan anak serta kualitas generasi berikutnya.

Apa Microbiome Manusia?

silahkan lihat cuplikan video ini:

Kemudian coba amati dan cermati infografi berikut:

johnsoncash_human_microbiome_copy_pdf__page_5_of_13_-2

 

Pra-konsepsi dan Kehamilan

Kepercayaan umum diterima dan diyakini saat ini adalah bahwa bayi dalam rahim adalah steril (apabila ketuban belum pecah). padahal sebenarnya tidaklah demikian. karena  mikrobiota usus ibu mungkin dapat mentranslokasi ke bayi / plasenta melalui aliran darah (Jiménez et al 2008;.. Metamoros et al 2013;. Rautava et al 2013;. Zimmer 2013). Dan ekosistem yang unik dari bakteri dalam plasenta mungkin berasal dari bakteri di mulut ibu.

Pemeriksaan Vagina dalam persalinan : Haruskah?

Perlukah Pemeriksaan Vagina?

Setiap kali ngobrol dengan para ibu yang pernah melahirkan, baik saat itu dia datang ke kelas saya di hamil kedua atau berikutnya, maupun ketika kami bertemu saat kunjungan paska persalinan (kunjungan nifas), saat saya bertanya seputar pengalaman yang tidak menyenangkan selama proses persalinan (berkaitan dengan tindakan atau intervensi), sebagian besar mengatakan = Pemeriksaan Vagina/ Pemeriksaan Dalam/ Vaginal Toucher (VT) adalah hal yang paling dirasa tidak nyaman.

Bahkan tindakan VT ini sering kali menjadi salah satu tindakan yang traumatic.

Kalau dilihat dari kacamata klien (ibu) tentu nya klien akan sangat senang sekali apabila selama proses persalinan normal mereka tidak ada intervensi apapun termasuk pemeriksaan vagina (VT). Namun di sisi lai VT sangat berguna bagi kami (provider) dalam beberapa situasi. Namun sebenarnya penggunaan VT secara rutin dalam upaya menentukan kemajuan persalinan mulai dipertanyakan saat ini.

Menurut Penelitian

Ada banyak penelitian yang mulai mempertanyakan asuhan dengan pendekatan yang terpusat pada pembukaan servik / Cervix centris. Nah saya berharap postingan artikel ini menginspirasi Anda untuk mempertimbangkan kembali keyakinan dan praktek Anda mengenai pemeriksaan VT secara rutin ini.

Sejarah VT

Terkadang sayapun dibuat heran, mengapa kita bisa sangat terpaku pada sebuah area atau organ yang sangat kecil di tubuh wanita? Saat berkaitan dengan proses persalinan yang sebenarnya begitu komplek dan multidimensi?

Saat saya membaca sebuah artikel yang di tulis oleh Dahlan et al. (2013) yang membahas tentang VT, tampaknya tindakan VT ini sudah dilakukan sejak dahulu kala, namun, tindakan ini biasanya dilakukan untuk kasus patologi atau kelainan, misalnya pada saat persalinan, di duga ada presentasi janin yang tidak biasa (sungsang/kepala tidak optimal.

Misalnya presentasi muka, puncak kepala, dahi dll) artinya VT digunakan untuk melakukan penilaian terhadap sebuah komplikasi. sebuah buku kebidanan dari prancis mengatakan demikian: “Too much vaginal meddling is bad too: the best thing is to wait patiently, alert to all cues” – French midwife Madame du Coudray [1563-1636] yang artinya terlalu banyak campur tangan di vagina akan berakibat buruk juga, jadi ada baiknya kita bersabar. ini dikutip  dalam artikel Dahlen et al 2013.

Pemberian asuhan kebidanan bahkan intervensi medis yang dilakukan saat ini dipengaruhi oleh gagasan bahwa tubuh dapat dipahami seperti mesin, dengan bagian-bagian berbeda yang dapat dipelajari dan dipahami secara terpisah.

Tubuh ibu bersalin di bagi menjadi bagian-bagian fisik – rahim, leher rahim, bayi – dan tentunya dengan sangat sistematis, sebuah pemahaman tentang kemajuan proses persalinan di buat secara linear (McCourt 2010).

Sehingga dalam buku diktat kebidanan modern. sehingga pada 1970-an, berdasarkan pendekatan reduksionis dan linear ini, partogram  menjadi patokan dalam proses penilaian kemajuan persalinan secara medis.

Tujuan dari pembuatan partogram adalah untuk mengukur dan mengontrol kemajuan persalinan dengan memplot dilatasi serviks ke dalam sebuah grafik, bersamaan dengan pengukuran turunnya kepala bayi.

Jika serviks tidak membuka sepanjang waktu yang ditentukan (1cm per jam), maka proses persalinan dianggap “gagal” atau “tidak mengalami kemajuan” sehingga intervensi untuk memicu agar terjadi kemajuan dalam persalinan diberikan, yaitu. dipercepat dengan ARM (Artificial Rupture Membran/ pemecahan selaput ketuban) atau pemberian induksi dengan oksitosin sintetik.

Update Ilmu Terkini : pemahaman baru dan kontradiksi

Dalam beberapa tahun terakhir, pengetahuan baru tentang fisiologi proses persalinan dan penelitian terbaru telah menantang asuhan kebidanan dengan pendekatan yang berpusat pada serviks atau disebut (the cervical-centric approach) untuk penilaian kemajuan persalinan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola /pattern dalam proses persalinan seorang wanita tidak selalu  sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan oleh partogram. A Cochrane Review (2013) yang meneliti tentang penggunaan partograms di persalinan normal menyimpulkan bahwa:

we cannot recommend routine use of the partogram as part of standard labour management and care

Yang artinya Atas dasar temuan ulasan dari penelitian tersebut, kita tidak bisa merekomendasikan penggunaan rutin partogram sebagai bagian dari standart asuhan dan management dalam asuhan kebidanan.

Partograms dan VT akan saling berkaitan – mengisi partogram membutuhkan pemeriksaan vagina rutin untuk “dimasukkan” dan dinilai dan dituangkan ke dalam  grafik. Namun, tidak ada bukti bahwa VT secara rutin dalam persalinan meningkatkan hasil bagi ibu maupun bayi.

Gentle Birth is About Faith (Birth Story)

Awal Cerita

Menjelang subuh, rabu 4 mei 2016, saya merasa nyeri datang dan pergi di perut bawah. seperti nyeri haid tapi jauh lebih kuat. sudah hampir tiga minggu si mbak mudik jadi seperti hari-hari sebelumnya, pagi itu saya beberes meja makan dan dapur, cuci piring, masukin pakaian kotor ke mesin cuci, nyapu, dan menyiapkan bekal naila sekolah.

Masih bisa saya lakukan sambil sesekali gerak dan goyang sana-sini saat nyeri datang.

jam 08:00 setelah naila berangkat sekolah, gelombang cinta dari rahim itu mulai rutin datang. saya tidak lepas dari apps kontraksi nyaman di hp yang sudah saya pasang sejak dua hari sebelumnya. setiap rasa itu muncul, saya berjalan mondar mandir, goyang-goyang, ataupun naik ke gym ball lalu memutar. saya lakukan pernafasan dalam ketika menjelang siang rasa itu semakin kuat.

Suami sengaja tidak ke mana-mana hari itu. di kamar sambil memijit, ngelap keringat, dan memantau saya. hospital bag sudah dia siapkan di mobil jikalau sewaktu-waktu harus ke rumah sakit. dia tampak santai dan tidak panik karena setiap kali bertanya ‘gimana, udah berasa sakit mi?’ saya jawab ‘biasa aja’ sambil masih ketawa-ketawa.


Jam 12.00 saya merasa ada flek-flek yang diikuti darah segar. kami memutuskan berangkat ke rumah sakit untuk mengecek pembukaan. saya diturunkan di pintu igd dan suami memarkir mobil. saya berjalan sendiri ke petugas dan di sana menunggu untuk dirujuk ke ruang bersalin. ‘mau pakai kursi roda atau jalan bu?’ ‘mau jalan sendiri aja’, kata saya. bergerak akan membuat rasa gelombang rahim tidak terlalu kuat.

Di ruang bersalin di lantai 3, saya dicek sana-sini. vt dan sudah pembukaan 1. ‘aaah lega, tinggal sembilan lagi,’ pikirku. saya perkirakan diperbolehkan pulang dulu.

Kemudian alat rekam jantung bayi dipasang di perut buncit saya. setiap kontraksi tiba, alat itu berbunyi lebih keras. berisik sekali. raut wajah bu bidan tidak terlihat gembira. ‘kita ulang lagi ya bu. setiap kontraksi denyut jantung janin selalu turun atau naik drastis di bawah 120 dan di atas 160’, katanya menjelaskan. ‘kalau kita ulang nanti hasilnya masih sama, ada kemungkinan harus caesar.’ saya terkejut sebentar.

Saya masih santai sambil sesekali melatih pernafasan setiap kali kontraksi datang. usai rekam jantung kedua, tiba-tiba masuk whatsap dari dr. adi: ‘bu harum, maaf ya. hasil ctg kurang menggembirakan walau sudah diulang’. adik tidak kuat dengan kontraksi sehingga gak bisa nunggu lebih lama lagi, yang berarti kontraksi lebih intens dan lebih kuat. akan sangat bahaya untuk adik.

Ditambah info dari bidan bahwa dr. adi merencanakan segera melakukan cito caesar karena emergency: fetal distress. sesaat saya ingat ilmu dari workshop bu yesie bahwa salahsatu alasan harus sc adalah fetal distress, selain plasenta previa dan pre eclampsia. deg! saat itu juga saya langsung switch otak ke plan b: operasi caesar.

Whatsapan dengan bu yesie sejak tadi diakhiri dengan ‘njenengan harus tetap rileks dan tenang ya mbak harum agar kondisi adik bayi tetap baik. karena kalo stress dan panik tidak akan membantu proses’.

Mama dan adik saya tiba di rs sebelum jam 3, waktu yang ditentukan untuk menjalani operasi. mereka datang sambil senyam-senyum tanpa khawatir sama sekali. ‘tenang aja..cuma sebentar kok,’ kata mama. segala macam prosedur saya ikuti. cek darah, hb, tensi, alergi, pasang infus, pasang kateter, ganti baju rs. saya ikuti semua sambil tetap tenang, dan mendengarkan musik relaksasi dari hape. asli…saya berasa nyantai banget! tanpa rasa khawatir sedikit pun.

Memasuki lobi ruang operasi dengan kondisi sudah digeledek di atas tempat tidur, saya lihat dr. adi berlari tergopoh-gopoh untuk menemui saya dan suami. kami mengobrol sebentar dan beliau menjelaskan grafik hasil ctg. beliau juga mengijinkan suami saya nanti masuk menemani. ah legaaa…

Di ruang operasi, saya tidak merasa takut sama sekali. apalagi dr ratih, spesialis anestesi menyambut saya dengan ramah ‘halo bu…saya dr ratih yang akan melakukan anestesi’ dan beliau menjelaskan prosedurnya serta efek yang akan saya rasakan setelah itu. suntikan di tulang belakang tidak terasa sakit sama sekali. perawat (atau asisten dokternya ya?) di sebelah kanan merangkul dan menggenggam tangan saya dengan nyaman saat anestesi dilakukan. tak lama kedua kaki saya tak bisa digerakkan.

‘kita mulai ya bu..’ kata dokter adi di sebelah kiri bawah saya. ‘naaaah ini dia obat paling manjurnya datang…’ kata dr ratih bercanda saat suami saya dengan pakaian steril lengkap duduk di sebelah kanan saya. sepanjang operasi, sesekali saya mengobrol dengan para nakes yang berada di ruang itu, sambil tangan saya digenggam dan dahi dielus-elus oleh suami. saya tidak merasa asing berada di ruang itu.

Sesaat sebelum ada rasa tidak nyaman sedikit di perut, dr adi dan dr ratih bergantian mengatakan kepada saya ‘tenang ya bu, setelah ini akan terasa agak tidak nyaman sedikit’ dan tak lama kemudian….’oeeeeeeek!!!’ tangis bayi mungil itu terdengar dan wajah gembilnya terlihat diarahkan ke saya. ‘ketuban bagus, plasenta bagus, tidak ada lilitan’ kata dr adi memberi laporan pandangan mata. ‘selamat ya pak..bu. lahirnya jam 15:45’

Tak lama kemudian adik didekatkan ke saya. tapi karena kasusnya emergency, fetal distress…maka dr adi menjelaskan bahwa dokter anaknya tidak mengijinkan saya melakukan imd saat itu karena harus segera di-oksigen dan diobservasi. suami saya keluar untuk mengikuti adik ke kamar bayi, dan mengadzani Abizhar Naeem Nugroho.

Tinggallah saya di situ menanti jahitan selesai dilakukan. saya mulai menggigil kedinginan. sangat dingin. dr ratih menjelaskan bahwa itu salahsatu efek anestesi. beliau genggam tangan saya sambil berkata ‘yuk alihkan rasa dinginnya ke hal lain yang enak-enak, hangat-hangat’ saya pun pejamkan mata, nafas panjang buang nafas panjang, dan alihkan rasa dingin itu. berhasil!

Selesai penjahitan, dr adi pamit. saya ucapkan terima kasih. kembali ke kamar setelah beberapa saat di recovery room…alhamdulillah tidak ada rasa pusing, mual, dan rasa tak nyaman lainnya. keluarga terdekat sudah berkumpul semua: suami, naila, mama, mama mertua, kedua adik saya dan keponakan. hari-hari berikutnya mereka bergantian menemani saya.

Paginya, saya sudah bisa miring kiri kanan untuk menyusui Izhar. dan dua hari setelah operasi saya sudah bisa duduk dan belajar jalan.

Saya bersyukur, persiapan fisik dan mental yang saya lakukan selama ini membuahkan hasil. gentle birth is not about vaginal vs caesarian birth. it’s about preparation. it’s about mindfulness, self consciousness.

~~~

Seperti pernah dikatakan oleh pak dokter obgyn, persiapan melahirkan itu seperti persiapan mengikuti marathon. perlu kesiapan mental, melatih fisik, mindset positif, dan memahami seluk beluk tubuh. oya, dan yang tak kalah penting, memilih tenaga dan fasilitas kesehatan yang baik, serta menentukan pendamping melahirkan yang tepat.

Untuk saya, analogi ini jelas sangat signifikan. saya lalu membayangkan bagaimana persiapan saya dua tahun lalu ketika akan mengikuti lomba lari half marathon sepanjang 21 km dan mendaki gunung rinjani setinggi 3726 mdpl.

Tidak hanya latihan fisik, tapi mental saya digembleng untuk mampu mengikis segala pikiran negatif yang nantinya akan muncul dan menggerogoti usaha menuju ke puncak rinjani atau garis finish half marathon itu. saya beruntung menemukan coach yang sangat paham kebutuhan saya, yang menggembleng fisik dan mental sesuai porsinya.

Bersiap Untuk Menikmati Nyeri Persalinan

Apakah Persalinan Harus Nyeri?

Apakah benar melahirkan itu harus nyeri dan sakit? Saya tidak merasakan lho.

Lalu apakah benar melahirkan bisa tanpa rasa sakit? Saya merasakan namun banyak para ibu dan teman saya yang menyatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali.

4Lalu yang benar yang mana?

dahulu saat saya belum mengenal ilmu Hypnobirthing dan Gentle Birth yang saya lihat di SEMUA ruang bersalin, baik di Rumah Sakit, di Klinik, maupun di tempat praktek saya sendiri, TIDAK ADA ibu bersalin yang bisa tersenyum saat merasakan kontraksi dan melahirkan. yang ada adalah mereka teriak teriak dan menangis penuh DRAMA.

Apakah Ini Sebuah Drama?

Namun, setelah belajar dan mendalami Hypnobirthing dan gentle birth, DRAMA itu tidak pernah terjadi pada Klien saya. dan saya sangat merasa beruntung. karena yang selalu saya lihat adalah ibu yang tersenyum penuh kebahagiaan saat merasakan kontraksi bahkan ibu yang bernyanyi saat kepala bayi keluar.

dari sinilah saya semakin mengerti bahwa Nyeri dan sakit pada saat proses persalinan sebenarnya sangat tergantung dari persepsi seseorang dan persiapan mereka.

Apa yang Anda rasakan ketika Anda dicubit manja oleh pacar Anda dahulu? Lalu apa yang Anda rasakan ketika Anda di cubit oleh Orang yang tidak Anda sukai  padahal dia mencubit dengan intensitas dan kekuatan yang sama dengan cubitan pacar Anda kala itu?

Fear and Pain (Takut dan Nyeri) Dalam Persalinan (Birth Story)

Gentle Birth Adalah Pencapaian Terbaik

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.”

~ Jane Weideman

_MG_2517Saya menikah di usia 20 tahun. Usia yang masih belia, saat itu saya adalah perawat. Sejak hamil tua, setiap hari saya melihat VCD lagu India yang bintangnya adalah artis Bollywood idola saya Shahrukh Khan, tiap sore saya menari india menirukan mereka menari. Yang saya rasakan adalah happy dan happy. Keluhan sakit pinggang di masa hamil tua hampir tidak pernah saya rasakan. Hingga suatu sore, Sabtu tanggal 24 Maret 2001 yang lalu saking gembiranya karena akan bertemu suami yang pulang dari kantor (kebetulan suami pulang satu minggu sekali karena dia kerja di Ungaran, sedangkan saya tinggal di Klaten) saya menari sepanjang sore. Jam 20;00 suami pulang dan kami makan malam, jam 22;00 saat kami hendak beranjak tidur, dan suami mencium perut saya, tiba-tiba “mak plethuq” ketuban saya pecah. Dan kami terkejut sekali. Saya langsung beranjak dari tempat tidur lalu pindah ke kamar ibu saya dis ebelah. Masih sempat menggelar perlak di atas tempat tidur, akhirnya jam 22;30 bidan baru datang lalu jam 23;00 sayapun menjadi Ibu. Sebuah proses yang sangat singkat, dan tidak menyakitkan sama sekali. Dan saya beruntung karena saya bisa melahirkan lancar dan nyaman tanpa rasa sakit di persalinan pertama saya.

Itulah sebabnya mengapa saya selalu mengatakan kepada klien saya bahwa melahirkan itu nyaman, asal Anda menikmatinya.

Mengapa kita percaya dan meyakini bahwa persalinan adalah menyakitkan? Karena sebenarnya proses persalinan adalah suatu proses yang bisa dilalui dengan tenang, nyaman dan membahagiakan.

Melahirkan Itu Menakutkan

Hingga detik ini, melahirkan dianggap sebagai hal yang harus ditakuti. Ada banyak sekali kecemasan yang muncul di benak setiap ibu hamil, apalagi ibu hamil tua atau ketika menjelang proses persalinan.

Dan sebagian besar ibu hamil takut akan rasa nyeri saat kontraksi dan bahkan sanksi pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mampu mengelola dan melewati rasa sakit dari semua proses itu.

Apalagi pada ibu yang hamil anak pertama. karena mereka sama sekali tidak ada gambaran tentang rasa saat kontraksi.

Dalam program kelas Balance in Gentle Birth yang saya adalah di Bidan Kita, saya berusaha untuk merubah mind set para ibu dan ayah Bahwa rasa nyeri dalam proses persalinan adalah rasa yang istimewa karena rasa itu sangat bisa di nikmati.

Karena pada dasarnya Tuhan menciptakan kelahiran menjadi proses yang indah, untuk kemuliaan-Nya. Dia telah menciptakan tubuh seorang wanita sempurna untuk dapat melahirkan normal alami.

Mengapa Harus Menakutkan?

Lalu mengapa pada kenyataannya yang terjadi di kehidupan sehari-hari, proses melahirkan adalah proses yang menyakitkan bahkan menakutkan?

Pertama, Rasa sakit sebenarnya diakibatkan dari rasa takut dan kecemasan dan ketakutan disebabkan karena ketidak tahuan Anda dalam fase-fase persalinan dan bagaimana caranya memanajemen rasa nyeri dalam persalinan.

Menurut Christine Northrup, M.D dalam bukunya yang berjudul “Women Bodies, Women Wisdom” proses persalinan adalah sebuah proses alami yang mampu merubah hidup seorang wanita. Saat wanita bersalin dengan penuh dukungan dari orang-orang terdekatnya, maka dia akan mendapatkan kekuatan dan pengalaman yang sangat luar biasa.

Dalam bukunya, Christine Northrup,M.D juga mengungkapkan bahwa proses kelahiran bayi dirancang secara alami dan sedemikian rupa agar ibu dan keluarga mengalami puncak kegembiraan, kepuasan dan rasa penuh kasih.

Pada saat proses persalinan, di dalam tubuh seorang wanita secara otomatis memproduksi dan mengeluarkan hormon alami yang mampu memberikan rasa nyaman dan kepuasan.

Sedangkan menurut Dr. Dick-Read, rahim pada perempuan yang ketakutan secara kasat mata memang tampak putih. Rasa cemas dan takut menyebabkan rasa nyeri dan membuat rahim semakin keras kontraksinya

  • Kecemasan dan ketakutan memacu keluarnya adrenalin dan menyebabkan cerviks kaku dan membuat proses persalinan lebih melambat.
  • Kecemasan dan ketakutan menyebabkan pernafasan tidak teratur, mengurangi asupan sirkulasi oksigen bagi tubuh dan bagi bayi.

Suatu hari di sebuah acara seminar kesehatan, seorang nara sumber kami seorang dokter kandungan menegur saya, berkaitan dengan sebuah judul buku yang saya tulis yaitu “Gentle Birth melahirkan nyaman tanpa rasa sakit” beliau mengatakan kepada saya bahwa melahirkan itu memang sakit dan saya tidak boleh melakukan pembohongan publik dimana saya mengatakan bahwa melahirkan itu nyaman.

Sebuah klaim dari penelitian beliau ungkapkan bahwa Tubuh manusia dapat menanggung rasa sakit hanya sampai 45 del (unit). Padahal saat melahirkan, seorang ibu merasakan rasa sakit hingga 57 Del (unit). Jadi bisa digambarkan bahwa melahirkan ini mirip dengan 20 tulang yang retak pada waktu yang bersamaan.

Dan saat itu saya hanya tersenyum simpul, di dalam hati saya bernyata apakah saya yang salah? Karena 13 tahun yang lalu saya melahirkan dan tidak sakit, lalu banyak klien yang saya dampingi saat melahirkan juga tidak sakit bahkan ada juga yang melahirkan sambil tertidur bahkan bernyanyi saat kepala bayi crowning?

Seminar Hypnobirthing & Prenatal Gentle Yoga di Banjarmasin

13254697_10206603404829881_198355244697937315_oBanjarmasin adalah salah satu kota istimewa. dimana saya pernah makan soto Banjar di atas perahu kecil di sungai yang besar. makan soto sambil melihat pemandangan  di pinggiran sungai. dan hari ini saya dan team hypnobirthing indonesia diberi kesempatan lagi untuk mengunjungi kota Banjarmasin dan berbagi cinta disana

ada lebih dari seratus bidan dan ada juga ibu hamil yang mau belajar bersama.

Meet Up Laskar Gentle Birth

Hari minggu kemarin tanggal 15 Mei 2016, kami mengadakan Meet Up Laskar Gentle Birth.

Acara ini sebenarnya untuk seseruan dan mengakrabkan anggota dari #laskargentlebirth yang sebenarnya merupakan klien klien dari Bidan Kita baik klien kelas Prenatal Gentle Yoga maupun Klien kelas Hypnobirthing.

13116248_10206566364063885_473537099558111876_o

Dukungan Itu Yang Aku Butuhkan (Birth Story)

Birth Story

Siang ini saya mendapatkan email dari klien peserta kelas Hypnobirthing, yang ingin berbagi kisahnya. berharap banyak ibu dan bapak yang membaca dan menjadi mau belajar dan menyadari bahwa support dan dukungan dari orang orang terdekat yaitu suami dan keluarga adalah hal yang sangat dibutuhkan seorang ibu.

Silahkan simak

2016-05-11 13.40.20

Dear bidan Yesie..

Halo bu bidan apa kabar?
masih ingatkan dengan saya bu bidan?
Saya pernah Hypnobirthing di Bidankita dan mengikuti kelas yoga.
April 2015 pertama kali saya datang ke bidankita, saya menangis cerita kalau keluarga dan suami tidak support saya untuk datang ke bidankita melakukan hypnobirthing.
mereka menganggap bahwa saya tidak perlu melakukan ini. namun saya bersyukur karena
Setelah berjalan beberapa bulan akhirnya mereka mengerti apa tujuan saya dan saya melakukan hypnobirthing.
di kelas Hypnobirthing pertama saya sangat agak menyesal karena saya datang dengan kondisi muntah muntah dibidankita..sehingga saya nggak bisa latihan dengan maksimal. tapi Puji Tuhan team bidankita sangat baik merawat saya sampai baikan dan bisa pulang ke rumah.

di kelas Hypnobirthing kedua, saya datang dengan ibu,,dan ketiga dengan suami, meskipun saat itu suami cemberut dan agak keberatan mendampingi..tapi paling tidak dia menghargai keingnan saya untuk ikut hypnobirthing.
proses kehamilan sampai 8 bulan tanpa didampingi suami…kerja di solo dan kos seperti ini buat saya itu perjuangan yang tidak mudah..

Singkat cerita..
HPL tanggal 3 oktober 2016, dan saat usia kehamilan 7 bulan , saya nggak bisa periksa ke bidankita karena perpanjangan ijin praktek bidankita blm keluar,(ceritanya bidankita sedang mengurus ijin menjadi klinik pratama) terpaksa saya harus ke dokter anjuran dari keluarga.ada 2 dokter yang saya kunjungi (dr.Z***u** SpOg dan dr.N**i* SpOg ). yang saya nyaman adalah dr Z***u**, namun karena beliau umroh sehingga terpaksa ganti dokter N**i* .

Usia 8 bulan janin hanya 2400 gram sehingga harus genjot BB.
ohya saat usia 7 bulan saya terpeleset dari kamar mandi sehingga jatuh terduduk namun tidak keluar cairan apapun, saya priksa ke bidan terdekat dan katanya aman dan masih baik.
saat usia 9 bulan sudah ada keluar cairan kuning seperti keputihan.kata dokter N**i* tinggal menunggu waktu melahirkan dan sudah dibuatkan surat pengantar ke R**

Saat HPL pun tiba 3 Oktober 2015 namun tidak ada sedikitpun tanda2 pembukaan. saya memutuskan untuk periksa ke RS dan belum ada pembukaan. Malah diperiksa ternyata air ketuban saya sudah rembes.dan saya ingat beberapa hari sebelumnya celana dalam saya sering basah saat saya kecapkean. saat itu juga dokter memutuskan untuk segera melakukan SC karena dikhawatirkan ada infeksi di bayi.

Saya lemas….tidak percaya…dan tidak terima keputusan itu. karena selama kehamilan saya melakukan segala upaya untuk bisa melahirkan nyaman, aman dan alami. rutin jalan kaki, rutin yoga di rumah, jaga nutrisi makanan, rajin latihan hypnobirthing dirumah dan ujung-ujungnya harus SC….padahal saya juga udh download aplikasi kontraksi dari bu yesie hehe..
dipikiran saya ingin marah..ingin teriak tidak terima. saya ingin bayi saya lahir tanpa trauma dan nyaman..hanya tetesan air mata saat itu..ini stress pertama saya..

Aku Mau “Bertumbuh”, Karena Aku Akan Menjadi IBU (Birth Story)

Birth Story

d

Kehamilan tentu menjadi dambaan banyak perempuan di dunia.

Namun bagi saya, proses kehamilan dan kelahiran adalah kodrat perempuan yang paling menakutkan.

Saya sering membayangkan saya menikah dan punya anak, tapi tidak pernah membayangkan bahwa saya akan hamil hanya beberapa bulan setelah menikah. Sebagai perempuan penganut gaya hidup ‘bebas-makan-apapun-yang-penting-kenyang-dan-senang’, tentu beralih ke gaya hidup sehat non-MSG adalah sebuah siksaan tersendiri bagi saya.

Belum lagi harus membiasakan minum vitamin, harus berdamai dengan aneka rasa tidak nyaman saat kehamilan seperti sakit pinggang, sesak nafas, dan memperlambat segala aktivitas demi keamanan janin.

Tak sampai di situ, bayangan horror mengenai proses persalinan dan pasca persalinan yang penuh drama dan air mata jelas menghantui saya. I would prefer to work and being a career woman than dealing with all the pain during pregnancy, but it is impossible, isn’t it? Kodrat tetap kodrat, ladies

Saya akhirnya memutuskan untuk menjalani proses kehamilan pertama ini sesuai pilihan saya, yaitu tetap sehat dan positif tanpa harus mengorbankan kebahagiaan.

Saya mulai rajin makan sayur dan buah yang awalnya jarang sekali saya makan (I am proud to be a carnivore!), saya mulai mengurangi begadang dan tidur pagi, rutin minum vitamin dari dokter, dan mengurangi aktivitas fisik selama trimester awal. Tapi saya juga tidak meninggalkan ‘kebahagiaan’ saya seperti jajan mie ayam dan bakso, ngemil keripik setan dan sambal extra pedas lain, bahkan saya sempat beberapa kali makan mie instan…such a guilty pleasure.

Bahkan tepat di akhir trimester pertama, saya mulai melanjutkan profesi saya sebagai fotografer freelance, yang mewajibkan saya kembali jalan kaki dan berdiri dalam waktu yang lama, naik-turun tangga, terpapar sinar matahari langsung berjam-jam, jungkir balik mencari angle, dan mengedit foto di depan laptop yang tentu tidak pernah sebentar.

Namun, khusus untuk hobi minum kopi dan teh, terpaksa saya jauhi sama sekali karena saya anemia. Susu kehamilan pun akhirnya tidak saya minum karena membuat saya diare.

Hasilnya? Saya justru makin bahagia. Kehamilan pertama yang super lancar tanpa morning sickness sama sekali, tanpa ngidam aneh-aneh, less drama, kenaikan berat badan yang normal, tanpa flek, tanpa bengkak, dan semua tidak seburuk yang saya bayangkan sebelumnya.

Memang, kunci dari kehamilan yang nyaman adalah memberdayakan diri dan stay positive. Jauhi stress dan lingkungan yang negative, tidak bermalas-malasan dan manja.

i

Birth Trauma Story, Pengalaman Positif Saat Melahirkan

Pengalaman Positif Saat Melahirkan

Slide026

Mengapa saya begitu concern dengan ini?, ya karena pengalaman proses persalinan dan dilahirkan adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup.

Anda bisa saja lupa tentang, apa sarapan Anda sekitar dua hari yang lalu, namun Anda tidak akan lupa “rasa” proses persalinan Anda , bahkan proses saat Anda dilahirkan dahulu.

Jadi akan sayang sekali jika pengalaman persalinan dan kelahiran menjadi pengalaman yang traumatik.

Knowledge is power

ya ini rumusnya:

ketika ilmu pengetahuan kita kurang, maka Trauma bisa saja terjadi seperti di bagan ini:

Slide027

Berbeda dengan ketika kita mempunya pengetahuan dan cukup;

Slide028

dan bagaimana pengalaman persalinan Anda, akan sangat berpengaruh dengan bagaimana persalinan Anda kemudian, bahkan bagaimana persalinan orang orang disekitar Anda, bahkan bagaimana pola asuh Anda nantinya.

berikut ini polanya:

Slide029

Dan pagi ini…kebetulan saya mendapatkan cerita yang menyedihkan dari seorang client. semoga menjadi bahan perenungan bagi kita semua:

ini adalah dokumentasi perbincangan wasap kami:

2016-05-09 20.45.37

02 Mei 2016

Selamat petang Bu Yessie. Mohon maaf saya lancang whatsapp BuBid. Selama ini saya silent reader, namun mempraktekan dan membeli buku Bu Bidan (yang selanjutnya disingkat jadi BuBid-red) untuk lebih tau genttle birth.
Perkenalkan saya Ny. ##E tinggal di Jl. B*nt*l, *u***di**ng***a*.

HPHT: 6 Agustus
Sekarang sudah memasuki 38W+
Dan selama kontrol detak jantung debay normal, posisi juga sudah bagus Bun. Ga sungsang.
•Sejak 23 Maret saya kontrol ke **sk****s M*n*****on setiap 1 minggu sekali. Dengan keluhan kaki bengkak.
BB: 60
TD: 120/80
HB: 9,9
Urine: protein(-) negatif
•12 April
Kaki bengkak
BB: 64
TD:110/70
Urine: protein (-) negatif
•18 April
Kaki bengkak
BB: 66
TD: 120/80
•20 April
Kaki bengkak
BB: 66
TD: 130/100
•25 April
Kaki Bengkak
BB: 67
TD: 130/100
HB: 10,4
Urine: protein(-) negatif
•2 Mei
Kaki bengkak,mata bengkak
BB: 69
TD: 130/100
Hari ini langsung dirujuk ke RSUD BuBid. Ditimbang koq BB jadi 70kg dan TD: 150/100
Dan diberi obat;
1. Promavit
2. Ossoral
3. Nifedipine

Yang membuat saya gundah, seminggu lagi saya harus ke RSUD dan cek darah & urine.
Dan jika TD tinggi harus rawat inap & induksi.

Bubid, adakah solusi yang alami. Dan lebih baik buat saya.
Mengingat posisi janin bagus, saya ga ada keluhan pusing atau nyeri uluh hati.

Atau BuBid ada saran saya bisa menemui Bidan pro GB (GB = Gentle birth -Red) dimana Bun? Yang bisa bersalin menggunakan BPJS mandiri.

Terima kasih berkenan membaca & menjawab Bu. GBU.

============================= pause ================================

singkat cerita, ibu ini akhirnya bersalin, dan kemudian mengalami BIRTH TRAUMA.

berikut ini kisahnya

2016-05-09 19.51.21
05-05-2016
Singkat cerita dari P**ke*m** J**** saya di rujuk ke RS** **r*s***n, belum ada pembukaan, lendir + darah banyak, tensi 160/110, kaki betis bengkak, protein urine +1
Dan bidan selama di ambulan menjelaskan bahwa tindakan induksi hanya bisa dilakukan di RS. Karena dikhawatirkan Tekanan Darah (TD) makin tinggi, demi keselamatan Debay (Adek bayi-red) & saya. Selang infus (obat penurun TD) terasa panas di sekujur tubuh dan kateter dipasang.

Di UGD RSU**, darah dan urine di cek kembali.
TD 180/110
HB 11
Protein urine (-)
Saya dipindah diruang bersalin, 1 ruangan 3 bed dan  sekat tirai plastik.
Diberi obat penurun tensi secara oral, kemudian pukul 20:00 saya diberi obat pacu
Suami saya terus menemani dalam ruangan.
Saya mendengar sebelah-sebelah saya melahirkan dan teriak-teriak kesakitan. Saya tidak bisa tidur.

06-05-2016
Pukul 02:00
Kembali periksa dalam belum ada pembukaan dan diberi obat pacu secara oral kembali.
Saya ga bisa tidur Bu, dengar proses persalinan bergantian, ada 4 orang totalnya selama tanggal 6.
Mereka kesakitan, dan terdengar bidan ada yang ngeplak (memukul dengan keras -red) karena kaki ga mau lemas & b0kong diangkat terus.
Juga terdengar dokter yang melakukan proses induksi, Nada galak dan semena-mena; “Ibu kalo ga mau lemes saya ga bisa kerja, Ibu bantu saya. Ini makin lama makin sakit.”

Sepertinya proses induksi dan vakum ga bisa sekali sedot atau waktu menjahit si Ibu kurang ngangkang atau angkat pantat.
Dan bidan pendamping pun menimpali, ga ngeyem-ngeyem (menenangkan-red)
Dengar semua itu saya makin takut  dan semua apa yg saya pelajari hilang.
Namun suami tetap menghibur, nylamurke…(mengalihkan perhatian -red)

Secara mental saya sudah kalah Bu. 

Pukul 04:00 saya diperiksa dalam lagi bukaan 1
Dan diharapkan pukul 08:00 sudah nambah hingga bukaan 4/5
Bu Bid (Bu Bidan-red), tiap kali pemeriksaan dalam, saya merasa ga nyaman. Belum-belum Sudah merasa perih diluarannya.
Dari tgl 5-6 lebih dari 10x dirogah rogoh aja BuBid. Dan beda-beda orangnya.Kebanyakan Bidan pendamping yang melakukan & co as (Mahasiswa kedokteran-red) cuma mengamati.
Ga nyaman Bu, co as nya cowo.

Dan betul saya sudah pembukaan 4 dan diharapkan tiap 1 jam ke depan nambah 1 pembukaan.
Pukul 11 saya sudah pembukaan 7.
Pukul 12 kurang kata Bidan yang melakukan pemeriksaan dalam, sambil mengunyah makanan “Wes lengkap, yuk dirampungke sisan, ndang bali ngomah” (sudah pembukaan lengkap. ayo segera diselesaikan, agar kita segera kembali kerumah-red)