Bidan Kita

Home Blog Page 58

MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI

0

 

Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), masa pascapersalinan dini (masa nifas / laktasi), dan masa pascapersalinan lanjut. Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan-keadaan khusus. Dalam tulisan ini akan diuraikan masalah menyusui yang dibagi menurut kelompok tersebut.

 

1. Masalah menyusui pada masa antenatal

a. Putting susu datar atau terbenam. Untuk mengetahui apakah putting susu datar, cubitlah areola di sisi putting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Putting susu yang normal akan menonjol, namun putting susu yang datar tidak menonjol. Tidak selalu ibu dengan putting susu datar mengalami kesulitan besar waktu menyusui. Dengan pengalaman, banyak ibu yang tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya. Bila dijumpai putting susu datar, dilakukan :

Ø usahakan putting menonjol keluar dengan cara menarik dengan tangan (gerakan Hoffman), atau dengan menggunakan pompa putting susu.

Ø jika tetap tidak bisa, usahakan agar tetap disusui dengan sedikit penekanan pada bagian areola dengan jari sehingga membentuk “dot” ketika memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi. Bila terlalu penuh, ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir. Dengan demikian, diharapkan putting susu akan sedikit demi sedikit keluar dan lentur.

Bila terjadi putting susu terbenam, putting akan tampak masuk ke dalam areola sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik putting susu ke arah dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya.

Bila dijumpai putting susu terbenam, diusahakan dengan cara :

· lakukan gerakan Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah yang berlawanan (walaupun hasilnya kadang-kadang kurang memuaskan).

· dapat menggunakan pompa putting susu atau jarum suntik 10 ml yang telah dimodifikasi, setiap hari, untuk mencoba menghisap supaya putting susu menonjol keluar. Namun harus dihindari rasa bosan atau lelah sewaktu mencoba mengeluarkan putting, karena rasa bosan dan marah justru akan menyebabkan produksi ASI berkurang. Karena itu harus dipertimbangkan benar, berapa lama ibu mencoba dengan cara seperti ini.

b. Putting susu tidak lentur

Putting susu yang tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu. Meskipun demikian, putting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan seringkali akan menjadi lentur (normal) pada saat menjelang atau saat persalinan, sehingga tidakmemerlukan tindakan khusus. Namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi putting susu yang terbenam.

2. Masalah menyusui pada masa pascapersalinan dini

a. Putting susu lecet

Putting susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu, selain itu dapat juga terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Bila dijumpai lecet atau jenis trauma lain pada putting susu, dikerjakan :

o kalau rasa nyeri dan luka lecet tidak terlalu berat, ibu bisa terus menyusui bayi.

o putting susu diolesi ASI dan biarkan mengering dengan sendirinya, jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.

o apabila terdapat rasa nyeri hebat, atau luka makin berat, putting susu yang sakit diistirahatkan sampai memungkinkan untuk kembali menyusui bayi pada putting susu yang sakit tersebut. Biasanya masa istirahat ini tidak lama, sekitar 24 jam.

o selama putting susu yang bersangkutan diistirahatkan, ASI dikeluarkan oleh ibu dengan tangan. Sebaiknya jangan menggunakan pompa, karena menambah rasa nyeri dan membuat luka bertambah parah. Untuk menghindari terjadinya putting susu nyeri atau lecet, perhatikan beberapa hal di bawah ini :

Ø setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui, putting susu diolesi dengan ASI.

Ø jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, krim, dan obat-obatan yang dapat merangsang kulit / putting susu.

Ø lepaskan hisapan bayi dengan cara yang benar, yaitu dengan menekan dagu bayi atau memasukkan jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi.

b. Payudara bengkak

Kadang-kadang payudara terasa membengkak atau penuh. Hal ini terjadi karena edema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang menumpuk di dalam payudara. Kejadian seperti ini jarang terjadi kalau pemberian ASI sesuai dengan kemauan bayi. Faktor-faktor lain yang menyebabkan payudara bengkak adalah : bayi tidak menyusu dengan kuat, posisi bayi pada payudara salah sehingga proses menyusui tidak benar, serta terdapat putting susu yang datar atau terbenam. Jika terdapat hal-hal seperti ini, dapat dilakukan :

Ø bayi disusui, sehingga mengurangi rasa membengkak.

Ø setiap kali menyusui payudara harus sampai kosong.

Ø gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman.

Ø kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak.

Ø rasa nyeri dapat juga dikurangi dengan obat analgesik.

Ø ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi pengeluaran harus lebih sering.

Ø beritahu ibu bahwa dalam waktu 1-2 hari keluhan akan reda.

AYO MENYUSUI BUNDA

0

Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk mempraktekkan bagaimana menyusui yang baik dan benar, setiap ibu perlu mempelajarinya. Bukan saja ibu-ibu yang baru pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang kedua dan seterusnya. Mengapa ? Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri, yang mempunyai variasi dan spesifikasi sendiri. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang baru lahir ini, agar dapat berhasil dalam menyusui.

Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi sejak dini dan dukungan serta bimbingan yang optimal dari keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan yang merawat ibu selama hamil, bersalin dan masa nifas. Dengan mengikuti dan mempelajari segala pengetahuan mengenai laktasi, diharapkan setiap ibu hamil, bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara optimal, sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

1. Perawatan Payudara

Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan selama kehamilan bertujuan agar selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setelah menyusui.

Pada umumnya, wanita dalam kehamilan 6 – 8 minggu akan mengalami pembesaran payudara. Payudara akan terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan menonjol.

Guna menunjang perkembangan payudara dalam kehamilan ini, sejak usia kehamilan 2 bulan, sebaiknya wanita hamil mulai mengganti pakaian dalam (BH / bra) nya dengan ukuran yang lebih sesuai, dan dapat menopang perkembangan payudaranya. Biasanya diperlukan BH ukuran 2 nomor lebih besar dari ukuran yang biasa dipakai.

Di samping pemakaian BH yang sesuai, untuk menunjang produksi ASI dan membantu mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa menyusui, perlu dilakukan latihan gerakan otot-otot badan yang berfungsi menopang payudara. Misalnya gerakan untuk memperkuat otot pektoralis : kedua lengan disilangkan di depan dada, saling memegang siku lengan lainnya, kemudian lakukan tarikan sehingga terasa tegangan otot-otot di dasar payudara (Stoppard”s). Kebersihan / hygiene payudara juga harus diperhatikan, khususnya daerah papila dan areola. Pada saat mandi, sebaiknya papila dan areola tidak disabuni, untuk menghindari keadaan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery. Areola dan papila yang kering akan memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.

Selama kehamilan, papila harus disiapkan agar menjadi lentur, kuat dan tidak ada sumbatan. Persiapan dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sehari setelah usia kehamilan 7 bulan. Caranya dengan kompres masing-masing putting susu selama 2-3 menit dengan kapas yang dibasahi minyak, kemudian tarik dan putar putting ke arah luar 20 kali, ke arah dalam 20 kali. Pijat daerah areola untuk membuka saluran susu. Bila keluar cairan, oleskan ke papila dan sekitarnya. Kemudian payudara dibersihkan dengan handuk yang lembut.

Putting susu yang terbenam atau datar perlu dikoreksi agar dapat menonjol keluar sehingga siap untuk disusukan kepada bayi. Masalah ini dapat diatasi dengan bantuan pompa putting (“nipple puller”) pada minggu terakhir kehamilan.

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan menyusui

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ibu hamil sehat dan mampu menyusui bayinya adalah :

Nutrisi / gizi ibu hamil.

Dari diet sehari-hari, zat gizi yang masuk ke dalam tubuh serta cadangan yang ada pada wanita hamil dan menyusui akan digunakan untuk aktifitas dan metabolisme ibu, untuk memproses pembentukan ASI dan nilai kalori serta zat gizi ASI itu sendiri. Berdasarkan angka kecukupan gizi, kebutuhan tambahan kalori wanita hamil kurang lebih 285 kkal per hari. Penambahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan wanita yang tidak hamil / menyusui, yaitu wanita dengan aktifitas ringan 1900 kkal / hari, kerja sedang 2100 kkal / hari, dan kerja berat 2400 kkal / hari. Adapun kecukupan yang seimbang kira-kira 40 kkal / kgBB, dengan komposisi protein 20 -25%, lemak 10-25% dan karbohidrat 50-60%. Jumlah cairan yang perlu diminum oleh wanita hamil tidak banyak berbeda dari wanita tidak hhamil, sekitar 2 liter per hari.

Istirahat Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari. Kegiatan dan gerakannya sehari-hari harus memperhatikan perubahan fisik dan mental yang terjadi pada dirinya. Di antara waktu kegiatannya tersebut diperlukan waktu untuk istirahat (santai) guna melemaskan otot-otot. Bagi wanita yang bekerja, hendaknya dapat diatur agar cuti hamil dan bersalinnya diambil sebanyak mungkin setelah ia bersalin sehingga ia dapat menyusui bayinya selama mungkin sebelum bekerja.

Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda

Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain. Minuman kopi dan minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk menyerap kalsium dan zat besi.

Obat-obatan Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak berpengaruh terhadap laktasi.

Keluhan lain

Adanya keluhan lain, misalnya sakit gigi / mulut, infeksi lainnya, perlu diperhatikan, karena dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya dan mengganggu kehamilan.

Kebersihan diri dan pakaian yang nyaman.

Perlu mendapat perhatian untuk menjaga kesehatan. Pilihlah pakaian yang longgar, ringan, mudah dipakai dan menyerap keringat.

Pre-Eklampsia Fakta vs mitos

0

Apakah preeklampsia itu?

Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia gravidarum adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.

Apakah eklampsia itu?

Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.

Apa yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia?

Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.

Apa saja faktor resiko terjadinya preeklampsia?

Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah :

  • Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.
  • Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
  • Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
  • Kegemukan.
  • Mengandung lebih dari satu orang bayi.
  • Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.

Apa saja gejala preeklampsia yang patut di waspadai?

Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :

Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh.

  • Nyeri perut.
  • Sakit kepala yang berat.
  • Perubahan pada refleks.
  • Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.
  • Ada darah pada air kencing.
  • Pusing.
  • Mual dan muntah yang berlebihan.

Apakah setiap wanita hamil yang kaki tangannya bengkak menderita preeklampsia?

Beberapa wanita hamil yang normal dapat mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Tetapi jika bengkak yang timbul tidak mengecil saat istirahat dan ditambah dengan gejala yang saya sebutkan diatas, maka sebaiknya anda segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Senam Hamil

Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik ataupun mental, untuk menghadapi persalinan yang cepat, aman dan spontan.

Senam hamil biasanya dimulai sejak usia dini, namun biasanya di lakukan saat kehamilan memasuki trisemester ketiga, yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain untuk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk meningkatkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan.

Berikut beberapa tujuan senam hamil:

Menguasai teknik pernapasan. Latihan pernapasan sangat bermanfaat untuk mendapatkan oksigen, sedangkan teknik pernapasan dilatih agar ibu siap menghadapi persalinan. Memperkuat elastisitas otot.Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, sehingga  dapat mencegah atau mengatasi keluhan nyeri di bokong, di perut bagian bawah dan keluhan wasir. Mengurangi keluhan. Melatih sikap tubuh selama hamil sehingga mengurangi keluhan yang timbul akibat perubahan bentuk tubuh. Melatih relaksasi. Proses relaksasi akan sempurna dengan melakukan latihan kontraksi dan relaksasi yang diperlukan untuk mengatasi ketegangan atau rasa sakit saat proses persalinan. Menghindari kesulitan. Senam ini membantu persalinan sehingga ibu dapat melahirkan tanpa kesulitan, serta menjaga ibu dan bayi sehat setelah melahirkan. Memperkuat dan mempertahankan kelenturan otot-otot dinding perut dan dasar panggul yang penting dalam proses persalinan. Mengurangi kecemasan dan ketegangan selama kehamilan Melatih berbagai tehnik pernafasan yang penting agar persalinan dapat berjalan lancar dan lebih cepat Memperlancar persalinan normal secara fisik dan mental Meningkatkan mood dan pola tidur ibu Mempercepat penurunan berat badan ibu setelah melahirkan

Berikut adalah tips dalam melakukan senam hamil:

  1. Latihan yang teratur, setidaknya tiga kali dalam seminggu
  2. Selama tri-semester kedua dan ketiga, hindari gerakan berbaring terlentang karena akan mengurangi aliran darah ke janin.
  3. Hindari latihan yang menguras tenaga hingga anda terengah-engah. Ini adalah tanda bahwa janin anda dan anda kekurangan oksigen.
  4. Jagalah keseimbangan tubuh selama latihan.
  5. Hindari gerakan atau latihan yang menimbulkan trauma atau desakan pada perut anda.
  6. Minumlah banyak cairan sebelum dan selama latihan untuk mengurangi resiko dehidrasi atau overheating.
  7. Lakukan relaksasi dan peregangan sebelum dan sesudah latihan.
  8.  Makanlah makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran dan karbohidrat kompleks.

Berikut beberapa petunjuk dalam melakukan senam hamil:

Latihan Otot Kaki

1. Duduklah dengan posisi kedua lutut diluruskan, tubuh bersandar pada kedua lengan yang diletakkan di belakang pantat. Atau sandarkan punggung pada bantal dengan kemiringan sekitar 50° sedangkan kedua tangan diletakkan di samping badan.

2. Tegakkan kedua telapak kaki dengan lutut menekan kasur. Kemudian tundukkan kedua telapak kaki bersama jari-jarinya. Ulangi beberapa kali.

3. Hadapkan kedua telapak kaki satu sama lain dengan lutut tetap menghadap ke atas, kembalikan ke posisi semula. Ulangi terus sebanyak beberapa kali.

4. Kedua telapak kaki digerakkan turun ke arah bawah, lalu gerakan membuka ke arah samping, tegakkan, kembali, dan seterusnya.

5. Kedua telapak kaki buka dari atas ke samping turunkan, hadapkan, kembali ke posisi semula, dan seterusnya.

Kegunaan: Memperlancar sirkulasi darah di kaki dan mencegah pembengkakan pada pergelangan kaki.

Latihan Otot Panggul

Tehnik Relaksasi Saat Persalinan

0

Tujuan Teknik Relaksasi.

Relaksasi tidak hanya kegiatan pasif, tapi sebuah kegiatan yang secara sadar dan aktif merilis ketegangan. Melakukan teknik relaksasi fisik yang melepaskan/ merilekskan otot-otot membantu untuk mengurangi ketegangan fisik, mengurangi rasa sakit. Hal ini juga dapat menyebabkan rasa aman dan kesejahteraan emosional, yang akhirnya akan mengurangi kecemasan, yang mengurangi kepekaan kita terhadap rasa sakit.

Kapan Gunakan Teknik Relaksasi.

Selama persalinan awal, sangat ampuh untuk menjaga Anda tetap santai. Ini adalah saat yang tepat untuk mulai secara sadar untuk merilakskan tubuh Anda. Pendamping Anda dapat membantu Anda untuk mengidentifikasi ketegangan awal sehingga Anda dapat melepaskan dan bukannya bertambah tegang. Dan Teknik ini dapat digunakan di seluruh proses persalinan.

Ayo Interview dengan Dokter dan Bidan Anda

Transparansi dalam perawatan kepada ibu bersalin berarti memberikan informasi tentang apa yang mereka butuhkan dan cara-cara untuk menafsirkan itu dalam rangka untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan dan lembaga.

Nah penting bagi Anda untuk pintar dan bijak memilih dan memilah provider yang akan melayani Anda saat bersalin:

Memilih rumah sakit

  1. Berikut ini Pertanyaan kepada perawat jaga di ruang bersalin:
  2. Apakah rumah sakit memiliki satu kamar yang tersedia untuk bersalin dan nifas? Berapa banyak? Apa yang terjadi jika kamar tersebut penuh oleh pasien lain?
  3. Apakah selalu ada staf perawat yang mendampingi pasien?
  4. Berapa rasio perawat dengan pasien? (Pedoman ACOG adalah 1 banding 2 saat persalinan dan 1 banding 1 saat mengejan).
  5. Berapa tarif yang ditentukan bagi persalinan normal maupun tindakan termasuk induksi, vakum, forceps dan SC
  6.  Berapa persen pasian di RS tersebut yang melahirkan dengan cara SC dan juga tindakan (induksi, vakum forcep)? (seharusnya tidak lebih tinggi dari 15% dari jumlah pasien)
  7. Demi kenyamanan klien apakah RS tersebut menyediakan bidan yang selalu mendampingi klien selama melewati proses persalinan dan apakah bidan tersebut menguasai hypnobirthing?
  8. Jika Saya akhirnya dilakukan bedah caesar berapa banyak orang yang bisa hadir di ruang operasi, apakah suami atau keluarga yang saya tunjuk bisa mendampingi saya selama proses operasi?
  9. Apakah saya diperbolehkan untuk merekam proses jalannya operasi nanti?
  10. Dan apakah setelah bayi lahir saya bisa melakukan IMD segera?
  11. Apakah Anda (dokter)  melakukan pertoloangn untuk VBAC? Seberapa banyak ibu yang berhasil anda tolong untuk melahirkan normal setelah sebelumnya SC?
  12. Apakah Anda melayani epidural? Dan seberapa banyak klien yang ditolong menggunakan epidura?
  13. Apakah dalam proses persalinan nanti saya diperbolehkan menentukan posisi senyaman mungkin? Seperti jongkok, berjalan, berlutut? duduk di toilet? berendamdi bak mandi? mandi? jika tidak diperbolehkan, Mengapa tidak?
  14. Apakah Anda memiliki konsultan laktasi? kelas / instruktur Menyusui di lingkungan bersalin?
  15. Apakah Anda memiliki fasilitas rawat gabung?
  16. Dapatkah bayi tinggal bersama saya setiap waktu? Apakah saya tetap bisa tidur dengan bayi di tempat tidur yang sama? Dapatkah pasangan saya bermalam juga?
  17. Dapatkah anak-anak saya yang lebih tua hadir atau melihat proses kelahiran? Kapan mereka boleh mengunjungi saya?
  18. Bagaimana dengan kebijakan pemasangan monitor pemantauan janin? Dan Dalam keadaan apa yang diperlukan pemantauan secara konstan?Apakah pemantauan intermiten diterima?
  19. Seberapa sering anda akan melakukan VT (vaginal Toucher) selama proses persalinan?
  20. Bagaimana kebijakan Anda tentang pemasangan infus pada saat melahirkan?
  21. Bolehkah saya minum dan makan selama proses persalinan dan apakah Anda menyediakan es batu atau jus jeruk maupun minuman isotonik untuk saya?
  22. Bolehkah saya meminta untuk dilakukan lotus birth? Atau minimal penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat? Jika boleh berapa lama ditundanya?

Berikut ini Pertanyaan yang dapat diajukan untuk memilih dokter kandungan:

  • Apakah Anda memiliki perawat atau bidan dalam praktek Anda?
  • Dengan siapa saya akan di tolong apabila kebetulan Anda berhalangan ketika saya hendak melahirkan?
  • Berapa banyak pasien Anda per bulan?
  • Jika ada persalinan yang berbarengan dan jika saat saya memanggil Anda, ternyata Anda sedang menolong persalinan lain, maka siapa yang akan menggantikan peran Anda?
  • Berapa banyak waktu yang Anda habiskan dengan saya dalam persalinan? Selama saya mengejan, selama kala 1, atau ketika kepala hendak keluar saja?
  • Berapa persen dari pasien Anda telah menyewa Tenaga Kerja Profesional sebagai pendamping persalinannya? Apa pendapat Anda tentang mereka?
  • Bagaimana pendapat  Anda jika saya datang ke rumah sakit hanya bila saya di berada di fase aktif (pembukaan 5-8 cm.) dan sebelumnya saya memilih tetap tinggal di rumah? Bagaimana jika saya adalah orang yang VBAC?
  • Seberapa tingkat Cesear yang Anda tangani ? (Harus Tidak lebih tinggi dari 15% dari total pasien yang pernah dia tolong).
  • Seberapa banyak klien Anda yang dilakukan induksi? Biasanya dnegan alasan apa Anda memutuskan untuk melakukan induksi?
  •  Apa protokol anda jika kehamilan melewati tanggal perkiraan lahirnya? Di titik manakah Anda menuntut atau mengharuskan dilakukan  induksi? Mengapa?
  • Berapa persen dari pasien Anda yang di lakukan :
  • epidural?
  • pitocin?
  •  Infus?
  • Pembatasan gerak?
  • pemantauan janin yang terus menerus?
  • Episiotomi?
  • Apakah Anda memiliki pembatasan waktu untuk persalinan? mengejan?
  • Seberapa sering anda menggunakan ekstraktor vakum? Forceps?
  • Apa protokol yang Anda terapkan  untuk ketuban pecah dini?
  • Apakah menurut Anda kelas persiapan melahirkan itu bermanfaat? Siapa yang anda rekomendasikan? Mengapa?

Pertanyaan untuk bertanya ketika  Anda melakukan wawancara di Rumah Bersalin, Bidan Praktek Swasta

Apakah di RB Anda memiliki Obsgyn sebagai penanggung jawab?

Apakah Anda bekerjasama dnegan rumah sakit tertentu untuk rujukan pasien Anda?

Dalam situasi apa Anda akan merujuk pasien ke Rumah Sakit?

Apa dan Bagaiman Ketika Kepala Bayi Belum Masuk Panggul ?

0

Dalam beberapa minggu ini di FB dan Fanpages Bidan Kita, maupun di Fb Group Gentle Birth Untuk Semua, para bunda menanyakan dan mengungkapkan tentang kondisi kehamilannya dimana kepala janin belum masuk panggul padahal umur kehamilan mereka sudah memasuki trimester ke tiga. Karena memang pada trimestrer ketiga akhir, seharusnya kepala janin sudah masuk panggul.

Saat kepala janin turun ke dalam panggul Anda, seberapa jauh ia telah turun diukur dengan istilah  ‘stasiun/stage ( level spina ischiadica )” mulai dari 0 sampai 5. “0 Station” (“Zero Station”) berarti bahwa puncak kepala telah mengalami desensus atau penurunan setinggi spina ischiadica.

Keadaan ini umumnya disebut sebagai engage oleh karena diameter terbesar kepala sudah masuk pintu atas panggul. Bila puncak kepala masih belum mencapai ketinggian spina ischiadica maka keadaan ini ditandai dengan angka ( – ) , seperti station -2 berarti bahwa puncak kepala masih berada 2 cm diatas spina ischiadica

images** Lihat Gambar Panggul

Bila puncak kepala sudah berada dibawah ketinggian spina ischiadica maka keadaan ini ditandai dengan ( + ), seperti station +2 berarti bahwa puncak kepala sudah berada 2 cm dibawah spina ischiadica. Station -3 menunjukkan bahwa kepala masih “mengapung” dan station yang lebih besar dari +3 menunjukkan bahwa kepala sudah mengalami “crowning” dan siap untuk dilahirkan.

Pada primigravida, engagemen ( station 0 atau +1 ) umumnya sudah berlangsung beberapa hari ( atau beberapa minggu ) menjelang persalinan ; pada multigravida, station -2 atau -3 sering terjadi sampai menjelang persalinan atau bahkan saat dilatasi servik sudah hampir lengkap.

images-2

** Lihat panggul dan kepala janin

Kapan sebenarnya kepala janin bisa masuk panggul? Hal ini sepenuhnya terserah pada janin atau bayi Anda. Ya, janin dapat aja kepalanya masuk panggul lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya, dan ini tidak berarti bahwa jika kepala janin Anda tidak masuk panggul sebelum persalinan dimulai, berarti ada masalah.

Prenatal Yoga untuk Gentle Birth

0

SONY DSC

Proses kelahiran adalah masa yang istimewa dalam kehidupan seorang wanita. Bahkan saking  istimewanya, seorang wanita berusia lanjut pun masih dapat mengingat proses kelahiran setiap anaknya. Kelahiran adalah masa yang istimewa dan penuh keajaiban, sehingga perlu dirayakan dan dipersiapkan sebaik-baiknya.

Merayakan Kehamilan Melalui Penguasaan Tubuh dan Napas

 

Ada banyak cara untuk mempersiapkan kelahiran, diantaranya dengan berlatih yoga di saat kehamilan. Yoga adalah sistem kesehatan menyeluruh yang hadir dari berabad masa lalu dan menjadi karunia di dunia modern kini. Tak hanya menciptakan kesehatan fisik, berlatih yoga juga dapat menghadirkan ketenangan pikiran dan ketentraman batin. Lebih dari sekedar aktivitas olahraga biasa, yoga merupakan gaya hidup sehat yang dapat menyeimbangkan fisik, mental, dan spiritual saat menjalani kehidupan modern yang “serba tidak seimbang”. Katakan saja, misalnya, jam kerja yang bertepatan jam istirahat tubuh, pola makan tidak seimbang (tinggi lemak,kurang serat), kurang berolahraga ( atau bahkan terlalu banyak berolahraga ), terpapar polusi lingkungan, merokok, dan lain sebagainya. Berlatih yoga dapat menjadi kebiasaan baik yang dapat menetralkan berbagai ketidaknyamanan fisik, mental, emosi, dan mengembalikannya pada keseimbangan, selaras dengan alam.

 

Khusus bagi ibu hamil, secara sederhana, praktik yoga untuk ibu hamil – Prenatal Yoga -  tidaklah jauh berbeda dengan praktik hatha yoga bagi orang dewasa pada umumnya. Prenatal yoga adalah modifikasi dari hatha yoga klasik yang telah disesuaikan dengan kondisi ibu hamil dan dipraktikkan dengan intensitas yang lebih lembut dan perlahan. Modifikasi ini sangat diperlukan untuk menghindarkan calon ibu dan cedera, dan juga demi kenyamanan dan keamanan janin yang dikandungnya.

 

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari berlatih prenatal yoga:

Manfaat fisik melalui postur tubuh yoga ( asanas ) :

 

1.    Melatih postur tubuh yang baik, tegap dan kuat, di sepanjang kehamilan.

2.    Melancarkan aliran darah. Memperlancar supply oksigen, nutrisi dan vitamin dari makanan ke janin.

3.    Menguatkan otot punggung, membuatnya lebih kuat untuk menyangga beban kehamilan dan menghindarkan dari cedera punggung atau sakit pinggang.

4.    Melatih otot dasar panggul – perineum – yang berfungsi sebagai otot kelahiran, agar kuat menyangga beban kehamilan dan menyangga kandung kemih dan usus besar. Semakin elastis otot dasar panggul, semakin mudah untuk menjalani proses kelahiran dan semakin cepat pula proses pemulihan pasca melahirkan.

5.    Membantu mengurangi ketidaknyamanan fisik selama kehamilan, seperti morning sickness, sakit punggung, sakit pinggang, weak bladder, heartburn, sembelit dan lain – lain.

 

Manfaat mental melalui teknik-teknik pernapasan yoga ( Pranayama ), rileksasi, dan teknik-teknik pemusatan pikiran ( Dharana ) :

 

1.    Menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga untuk menenangkan diri dan memusatkan pikiran. Sebagai media self help yang akan membantu saat dilanda kecemasan dan ketakutan, atau saat perhatian tercerai berai.

2.    Menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga untuk beristirahat sejenak di saat jeda antara dua kontraksi, untuk mengumpulkan kembali energi dan prana.

3.    Menggunakan teknik-teknik rileksasi untuk menginduksi rasa nyaman dan rileks di sepanjang kehamilan dan saat melahirkan. Menjaga otot-otot tubuh tetap rileks saat melahirkan.

 

Kehamilan, Spiritual dan Energi

Pada dasarnya kehamilan adalah sebuah perjalanan spiritual antara sang bunda, ayahda dan juga bayi mereka. Namun sering kali kita tidak menyadari hal itu. Sering sekali kita menganggap kehamilan adalah suatu kondisi yang seolah-olah seperti penyakit yang harus mendapatkan penanganan khusus di Rumah Sakit. Padahal sebenarnya proses kehamilan adalah sebuah keajaiban yang melibatkan body, mind and soul dari sepasang insan manusia. Dan merupakan sebuah peristiwa yang sangat sakral karena dari peristiwa inilah kita bisa melihat secara nyata bukti kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang mana sejak peristiwa bertemunya dua sel yang sering disebut dengan istilah konsepsi, berkembang menjadi trilyunan sel, mempunyai jiwa dan menjadi manusia mungil yang sering kita sebut sebagai bayi.

Sering sekali kita lupa bahwa manusia adalah roh dan dengan menyatukan body, mind and soul maka kekuatannya luarbiasa. Sebagai seorang bidan dan juga hypno-birthing practicioner, saya mendapatkan pembelajaran bahwa manusia ibarat bio computer (komputer yang hidup, ciptaan Tuhan) yang nyaris sempurna tanpa cacat. Menurut Dr. Tb Erwin Kusuma SpKJ (K), hendaknya kita bisa menghayati bahwa peran manusia adalah sebagai makhluk rohani yang mempunyai jasmani. Yang mana peran rohani adalah sebagai programmer yang mempunyai kemampuan untuk memprogram (menananamkan niat/program) ke alam/pikiran bawah sadar yang berfungsi sebagai disket. Sementara hasil print-outnya akan tampak pada jasmani manusia.

Edgar Cayce seorang pakar penyembuh holistic dari Virginia juga selalu mengingatkan bahwa Spirit is your life, Mind is the builder and physical only the result. Menurut dr. Tb Erwin Kusuma SpKJ (K) berbagai energi dihasilkan oleh manusia dan beliau membagi menjadi dua, yang mana badan manusia terdiri dari badan kasar (tubuh jasmani) dan badan halus (Aura & Chakra). Pada badan halus yang mana perannya sebagai disket/ penyimpan data, energi yang dihasilkan adalah energi elektromagnetik, yang mana energi ini tidak bisa kita lihat dengan kasat mata namun bisa kita rasakan. Dan energi elektromagnetik ini dipancarkan melalui aura dan chakra kita. Sedangkan energi yang di hasilkan dari badan kasar (tubuh jasmani) kita adalah; Elektrik (elektron) seperti sistim perlistrikan / sistem syaraf dalam tubuh kita, Khemik (atom) seperti proses kimiawi yang terjadi dalam metabolisme tubuh manusia dan zat-zat yang ada dan diproses dalam tubuh manusia, Termik (molekul) seperti molekul-molekul dalam tubuh, Kinetik (zat) seperti energi gerak.

Membahas tentang energi pada badan halus manusia, kita akan lebih fokus pada pembahasan tentang Aura dan chakra pada ibu hamil.

Aura

Menurut Joe H Slate, Ph.D dalam bukunya “Energy Aura” menyatakan bahwa Aura adalah kekuatan energi yang mengembangkan dan menyangga hidup manusia, yang menjadi karakteristik setiap manusia.

Aura merupakan cahaya elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang 6-14 mikron. Aura berada disekeliling tubuh fisik, hewan dan tumbuhan (makhluk hidup) namun tak tampak dengan kasat mata karena berada empat oktaf dibawah warna merah hanya orang-orang yang mempunyai talenta khusus saja yang bisa melihat aura dengan kasat mata. Namun aura bisa dirasakan, contohnya adalah pada saat kita berdekatan dengan seseorang yang sedang marah-marah seringkali kita merasakan energi panas berada disekeliling kita. Atau adakalanya kita bertemu dengan seseorang yang belum kita kenal namun saat bertemu terasa “adhem” terasa nyaman dan tenang.

Aura sangat bisa di pengaruhi oleh lingkungan dari luar, semakin baik lingkungannya semakin ibu tersebut berada di dalam lingkungan yang penuh dukungan dan cinta maka aura ibu pun menjadi semakin cerah dan sehat.

 

Chakra

Guirdita Tornetta dalam bukunya yang berjudul “Painless Childbirth an Empowering Journey Through Pregnancy and Birth” membahas tentang chakra dalam tubuh manusia dan bagaimana hubungan antara kesehatan chakra berpengaruh terhadap kondisi fisik seseorang terutama pada masa kehamilan. Dalam bukunya dikatakan bahwa chakra adalah pusat dari aktifitas menerima energi untuk kelangsungan hidup. Kata chakra berarti “Roda” dan mengacu pada suatu lapisan putaran bioenergetics yang berasal dari berbagai pusat-pusat aktivitas di dalam tubuh yang mana berpusat pada sepanjang tulang belakang (spinal collumn).

Untuk menyadari bahwa tubuh kita menghasilkan energi electromagnetic kita perlu mengetahui dasar dari mekanisme perolehan informasi. Pertama, segala informasi dalam tubuh kita di proses oleh ke lima panca indra kita. Data dari informasi yang sudah diolah oleh kelima panca indra tersebut diterima oleh pikiran kita yang kemudian menggolongkan dan memberi label berdasarkan pengetahuan yang kita peroleh dan kemampuan-kemampuan kita. Kemudian melintas melalui emosi atau perasaan kita yang mana sangat dipengaruhi oleh memori-memori atau rekaman bawah sadar kita selama ini. Dam emosi menciptakan sejenis zat biokimia yang mengalir di sepanjang aliran darah di seluruh tubuh kita.

Emosi kita sangat dipengaruhi oleh rekaman-rekaman bawah sadar kita. Melalui sebuah studi perinatal dan prenatal psychology kita tahu bahwa manusia belajar sejak masih menjadi embrio dan semua rekaman-rekaman tersebut terakumulasi dari awal kehidupan sejak dalam kandungan. Oleh karena itu perasaan dan perilaku ibu pada saat hamil mempunyai dampak yang penting atas pembentukan kepribadian dan pertumbuhan bayi, masa depannya, bagaimana mekanisme pertahanan dirinya, bagaimana kemampuannya untuk tumbuh dan belajar, serta bagaimana hubungan antar manusia( relationship) dengan semua orang disekitarnya kelak.

Penelitian juga membuktikan bahwa kestabilan emosi pada orang tua terutama pada saat masa kehamilan sangat penting untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan embrio dan placenta. Tumbuh kembang janin dalam kandungan merupakan tanggung jawab kedua orangtuanya.

Tubuh manusia mempunya 7 chakra, yaitu:

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) & Nyeri Persalinan

Nyeri pada proses persalinan merupakan keadaan yang sangat dikhawatirkan pada ibu yang akan menghadapi persalinan. Lebih dari 90% wanita mengalami nyeri persalinan yang cukup berat. Defenisi nyeri menurut International Association of The Study of Pain adalah suatu pengalaman sensorial dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu. Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Umumnya dipengaruhi oleh keadaan sosial dan kultural, nullipara, drip oksitosin, ibu yang berusia muda, berat badan ibu dan janin yang meningkat.

 

Perubahan fisiologis yang ditimbulkan oleh nyeri persalinan hebat merupakan respon tubuh terhadap stres yang bersifat fisik sehingga terjadi pengeluaran beberapa hormon tubuh seperti hormon adrenokortikotropik (ACTH), kortisol, katekolamin dan β-endorpin. Perubahan fisiologis yang terjadi dapat berupa hiperventilasi, kenaikan curah jantung, kenaikan tekanan darah, meningkatnya metaboisme, meningkatnya konsumsi oksigen dan penurunan motilitas saluran cerna. Disamping itu nyeri persalinan yang hebat dapat juga menyebabkan terjadinya stres emosional jangka panjang pada ibu.

Selama persalinan, ibu hamil diharapkan dapat melalui proses persalinan dengan nyaman tanpa menimbulkan cacat emosional. Oleh karena itu diperlukan suatu penatalaksanaan nyeri persalinan yang efektif. Penatalaksanaan nyeri persalinan dapat dilaksanakan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Metode farmakologi dilakukan dengan menggunakan nitrous oksida, pethidin, morphine, anestesi epidural,anestesi spinal, blokade saraf dan anestesi umum. Metode nonfarmakologi dilakukan dengan relaksasi dan pijat (massage), akupuncture, hipnotis, aromaterapi dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah satu teknik analgesik non-invasif yang sekarang telah digunakan secara luas di berbagai tempat praktek ahli fisioterapi, perawat dan bidan. Teknik ini dapat dilakukan di klinik oleh profesional medis atau dapat dilakukan di rumah oleh si pasien yang telah membeli peralatan TENS. Indikasi utama TENS adalah untuk manajemen nyeri akut dan nyeri kronik non-keganasan. Tetapi, TENS juga digunakan sebagai terapi paliatif untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh penyakit tulang metastase dan neoplasma. Untuk pengobatan, TENS merupakan elektroterapi yang paling luas penggunaannya dalam meredakan rasa nyeri. Metode ini menjadi populer karena tidak invasif, mudah untuk dilakukan dan memiliki efek samping yang minimal atau interaksi obat. Karena tidak ada kemungkinan untuk terjadi overdosis atau keracunan, pasien dapat melakukan TENS secara mandiri dan mengatur sendiri dosis yang mereka perlukan. Efek TENS dapat segera dirasakan, jadi cara ini efektif untuk mengurangi rasa nyeri dengan segera.

TENS merupakan salah satu pilihan analgesia non farmakologi yang mulai dipopulerkan penggunaannya dalam mengatasi nyeri persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaplan B dkk membuktikan keefektifan TENS sebagai analgesia pada nyeri persalinan. Sekitar 72% nullipara dan 69% multipara dari sampel yang diteliti menyatakan TENS efektif untuk menghilangkan nyeri selama persalinan tanpa efek samping pada ibu dan janin. Disamping itu TENS secara signifikan dapat mengurangi durasi kala I persalinan pada nullipara dan multipara dan mengurangi penggunaan obat-obatan analgesia.

Persarafan Rahim dan Jalan Lahir Serat saraf sensoris viseral dari uterus, servik dan vagina atas melintang melalui ganglion Frankenhauser yang terletak disebelah lateral servik ke pleksus pelvikus dan kemudian ke pleksus-pleksus hipogastrikus media dan superior. Dari sana serat-serat berjalan pada rantai simpatik lumbal dan torakal bawah untuk masuk ke medula spinalis melalui rami komunikantes alba yang berhubungan dengan nervus thorasikus 10,11 dan 12.

Serat saraf motorik uterus meninggalkan medula spinalis setinggi vertebrae thorakal 7 dan 8 sehingga secara teori setiap metode blok sensoris yang tidak memblok jaras motorik ke uterus dapat digunakan untuk analgesia selama persalinan.

Sensasi nyeri akibat dilatasi servik dan kontraksi rahim dihantarkan oleh saraf sensoris berukuran kecil dari pleksus paraservilkal dan pleksus hipogastrikus inferior yang bersatu dengan pleksus saraf simpatis setinggi L2-L3.

Meskipun kotraksi uterus yang menyebabkan nyeri terus berlangsung pada kala II, kebanyakan rasa nyeri berasal dari regangan traktus genitalis bagian bawah (jalan lahir). Rangsangan nyeri dari traktus genitalis bagian bawah ini dihantarkan terutama melalui nervus pudendus, cabang-cabang perifer yang mempersarafi perineum, anus, bagian-bagian vulva dan klitoris. Nervus pudendus berjalan melintasi permukaan posterior ligamentum sakrospinosum tepat pada saat ligamentum tersebut melekat ke spina iskiadika. Serat saraf sensoris nervus pudendus berasal dari cabang-cabang ventral nervus sakralis 2, 3 dan 4

Mekanisme Nyeri Persalinan Rasa nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari tubuh manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya. Nyeri dapat digolongkan dalam dua macam yaitu nyeri fisiologik (nyeri nosiseptif) yang berlangsung singkat dan nyeri patofisiologis (nyeri klinik) yang berlangsung lama.

Pada nyeri fisiologik, terjadi stimulus yang mengaktifkan nosiseptor dan meneruskannya melalui beberapa relay sampai mencapai otak. Stimulus intensitas rendah, non-noxious stimulus, mengaktifasi reseptor low-threshold dan direlay melaui serabut saraf A-beta ke dorsal horn medula sinalis. Stimulus dengan intensitas tinggi dihantarkan ke dorsal horn melalui serabut high-threshold, serabut saraf A-delta bermyelin tipis danserabut C sensoris tidak bermyelin. Nyeri fisiologik merupakan komponen normal sebagai mekanisme pertahanan tubuh, melalui reflek spinal agar dapat menghindarkan tubuh dari kerusakan yang lebih berbahaya

Nyeri patofisiologik atau nyeri klinik, ditimbulkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan nyeri fisiologik. Inflamasi dan cedera saraf perifer atau sentral, menimbulkan perubahan proses sensoris pada tingkat perifer dan sentral sehingga menghasilkan sensitisasi gabungan. Biasanya ada tiga jenis yaitu nyeri spontan (dull, burning, stabbing), nyeri berlebihan dalam merespon stimulus supra threshold disebut hiperalgesia, nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus subthreshold atau intensitas rendah disebut allodynia. Keadaan abnormal terjadi pada sistem saraf perifer dan sentral, dimana stimulus intensitas rendah menimbulkan nyeri melalui serabut A-delta dan C, demikian juga A-beta, nyeri patofisiologik ini menyebar ke tempat yang tidak rusak dan seringkali stimulus berlangsung lama.

Pada kehamilan rasa nyeri memberitahukan pada ibu bahwa dirinya telah memasuki fase persalinan dan dapat juga mengindikasikan masalah yang terjadi pada ibu (ruptura uteri, solutio plasenta). Sensasi nyeri yang timbul pada proses persalinan merupakan nyeri yang paling kuat yang dialami manusia dengan intensitas yang berbeda untuk masing-masing individu. Intensitas nyeri dipengaruhi oleh keadaan sosial dan kultural ibu dan paritas ibu. Primipara akan mengalami nyeri yang lebih kuat pada tahap awal persalinan, sedangkan pada multipara rasa nyeri akan lebih menonjol pada kala II.

Ada tiga jenis utama nyeri pada persalinan : emosional, fungsional dan fisiologis.

Sumber nyeri yang berasal dari endokrin berupa rasa takut, ketidaktahuan dan rendahnya pendidikan. Sumber nyeri yang bersifat fungsional berupa dilatasi servik, kontraksi rahim, penurunan kepala dan peregangan perineum. Sumber nyeri yang bersifat fisiologis merupakan keadaan-keadaan yang berubah dari yang seharusnya. Rasa nyeri pada persalinan disebabkan oleh anoksia miometrium, peregangan servik, tarikan pada tuba, ovarium dan ligaman-ligamen penyangga uterus, penekanan pada uretra, kandung kemih dan rektum, distensi otot-otot dasar panggul dan perineum.

Nyeri pada persalinan kala I

Selama persalinan kala I, nyeri berasal dari kontraksi uterus & adneksa dan merupakan nyeri viseral. Nyeri yang timbul tidak dapat ditentukan dengan tepat lokasinya dan nyeri dapat pula dirasakan oleh organ lain yang bukan merupakan asal nyeri, disebut sebagai nyeri alih (referred pain). Sebagian besar nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan regangan segmen bawah rahim, kemudian akibat distensi mekanik, regangan dan robekan selama kontraksi. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan. Kontraksi isometrik pada uterus melawan hambatan oleh servik dan perineum juga dapat menambah intensitas nyeri.

Sensasi nyeri akibat dilatasi servik dan kontraksi rahim dihantarkan oleh saraf sensoris berukuran kecil dari pleksus paraservilkal dan pleksus hipogastrikus inferior yang bersatu dengan pleksus saraf simpatis setinggi L2-L3.

Nyeri pada persalinan kala II

Pada persalinan kala II, ketika servik berdilatasi penuh, stimulasi pada reseptor nosiseptif berlangsung terus menerus akibat dari kontraksi badan uterus dan distensi segmen bawah rahim. Nyeri yang disebabkan oleh dilatasi servik sudah menurun tetapi peningkatan secara progresif tekanan dari fetus terhadap struktur di pelvis menimbulkan nyeri somatik dengan regangan dan robekan fascia dan jaringan subkutan jalan lahir bagian bawah, distensi perineum dan tekanan pada otot lurik perineum. Sangat kontras dengan nyeri viseral, nyeri somatik pada kala II ini dirasakan terus menerus dan lokasinya jelas. Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakral 2,3 dan 4.

Sistem Transmisi Nyeri Transmisi nyeri persalinan dibedakan atas dua sistem transmisi yaitu transmisi nyeri sebelum medula spinalis dan transmisi nyeri pada medula spinalis.

Transmisi nyeri pada serabut saraf sebelum medula spinalis

Suplai serabut saraf pada bagian bawah jalan lahir berbeda dari uterus, hal inilah yang menyebabkan perbedaan lokasi dan sumber nyeri pada persalinan kala I dan II. Sensasi dari kala I (awal kontraksi sampai dilatasi maksimal dari servik) merupakan nyeri viseral melalui saraf delta A dan C yang berasal dari dinding lateral fornices uterus dilanjutkan ke pleksus uterina dan servik lalu ke pleksus hipogastrika inferior, pleksus hipogastrika media dan pleksus hipogastrika superior serta pleksus aorta. Dari sini aferen nosiseptif berjalan dengan simpatetik lumbal, kemudian berjalan keatas sampai pada bagian bawah simpatetik thorakal dan masuk ke medula spinalis antara T10 dan L1 melalui white rami communicantes, berjalan melalui radiks posterior dan bersinaps dengan interneuron di tanduk dorsal medula spinalis. Sensasi kala II (mulai pembukaan servik lengkap sampai kelahiran bayi) timbul karena distensi dasar pelvis, vagina dan perineum. Impuls nyeri berjalan melalui saraf pudendus dan masuk ke medula spinalis pada S2 sampai S4.

Transmisi nyeri pada serabut saraf di medula spinalis

Serabut utama nyeri (delta A dan C) mencapai tanduk dorsal medula spinalis dari perifer ke lamina Rexed I dan II. Sel-sel dari lamina Rexed II memiliki hubungan sinaptik dengan lapisan IV-VII. Sel-sel dari lamina I dan V tanduk dorsal membentuk traktus spinotalamikus ascenden. Beberapa neuron ini memiliki enkhepalin sebagai neurotransmitter. Enkephalin merupakan suatu bahan endogen yang mampu menghalangi transmisi nyeri yang merupakan opioid endogen. Pada tingkat medula spinalis, reseptor opioid terdapat ujung presinaptik neuron primer dan pada tingkat interneural tanduk dorsal. Pada tingkat supraspinal, terlibat subsistem yang berbeda, termasuk didalamnya sistem adrenergik descenden, serotonergik dan sistem opioid.

Konsekuensi Nyeri Persalinan Nyeri pada proses persalinan dapat menyebabkan konsekuensi fisiologis dan psikologis.

1. Konsekuensi fisiologis

Konsekuensi fisiologis yang diakibatkan oleh nyeri persalinan pada sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, neuroendokrin dan sistem gastrointestinal. Pada sistem pernafasan, nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi yang akan berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pengaruh pada sistem kardiovaskuler berupa peningkatan curah jantung, peningkatan tekanan darah melalui aktifitas simpatis dan peningkatan venous return yang diasosiasikan sebagai akibat kontraksi uterus. Keadaan ini dapat menjadi masalah pada pasien penyakit jantung dan preeklampsi. Konsekuensi nyeri persalinan pada neuroendokrin yaitu meningkatkan sekresi katekolamin ibu yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya konstriksi uteroplasental. Sistem gastrointestinal diduga mengalami keterlambatan pengosongan lambung dan peningkatan sekresi asam lambung.(3,4,5)

2. Konsekuensi psikologis

Nyeri persalinan berat dapat berakibat terjadinya stres emosional jangka panjang dengan konsekuensi pada kesehatan mental maternal dan hubungan dengan keluarga.(3)

Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Penatalaksanaan nyeri persalinan dapat dilaksanakan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Metode farmakologi dilakukan dengan :

Parenteral

a. Opioid asli, contohnya pethidin (meperidin), morfin, diamorfin, fentanil dan remifentanil. Efek analgesia berupa sedasi dan sering menyebabkan kerusakan pada plasenta sehingga ibu dan janin membutuhkan monitoring selama dan sesudah persalinan.

b. Agen gabungan, contohnya meptanizol dan tramadol, menunjukkan bukti efektifitas yang lebih baik dan lebih aman dari pada opioid asli.

Inhalasi (N2O)

Metode non farmakologi dalam manajemen nyeri persalinan dapat dilakukan dengan:

1. Memberikan dukungan psikologi baik dari pasangan, keluarga dan penolong persalinan, menyediakan lingkungan yang nyaman, psikoprofilaksis contoh : musik, teknik pernafasan, visualisasi, teknik relaksasi dan pijat (massage).

2. Hipnotis : Membutuhkan ahli hipnotis yang berpengalaman, 10-20% wanita tidak cocok dengan teknik hipnotis dan efek samping yang dapat terjadi adalah status ansietas.

3. Air hangat, biasanya digunakan pada kala I dan kala II awal dalam persalinan. Panas berfungsi sebagai analgesia sedangkan daya apung berfungsi sebagai relaksant.

4. Aromaterapi, Refleksologi dan Akupunktur : perannya sangat terbatas.

5. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) : sering digunakan pada persalinan awal dan untuk nyeri yang minimal.

6. Lain-lain : termasuk dekompresi abdominal dan teknik distraksi.