Bidan Kita

Home Pregnancy Monthly Guide Serba-serbi Tes Prenatal Trimester Ketiga

Serba-serbi Tes Prenatal Trimester Ketiga

0

PERASAAN khawatir seringkali mengusik pikiran ibu hamil semakin perutnya membesar. Agar Anda tenang, ada serangkaian tes yang bisa dilakukan untuk memastikan janin baik-baik saja. Tentu Anda harus berkonsultasi kepada dokter kandungan sebelum melakukan tes tersebut. Yuk, kenali apa saja tes prenatal pada trimester ketiga ini!

1. Non Stress Test (NST) Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan. 2. Biophysic Profile (BPP) Penilaian profil biofisik janin merupakan salah satu cara efektif untuk mendeteksi adanya asfiksia (gangguan pada pertukaran udara pernapasan) janin lebih dini, sebelum menimbulkan kematian atau kerusakan permanen pada janin. Pemeriksaan tersebut dimungkinkan terutama dengan bantuan peralatan elektronik, seperti ultrasonografi (USG) dan kardiotokografi (KTG). Pemeriksaan mencakup pernapasan janin, gerakan janin, tonus otot, detak jantung, dan jumlah cairan ketuban. Skor hasil akhir dari penilaian tersebut akan menghasilkan keputusan untuk melahirkan janin secepat mungkin atau terencana. BPP ini umumnya dilakukan pada usia kehamilan minimal 32 minggu. 3. Contraction Stress Test (CST) Tes stimulus yang dilakukan pada rahim untuk menilai efek kontraksi pada detak jantung janin. Biasanya dokter akan memberikan injeksi yang berisi pitosin untuk merangsang kontraksi. Dengan adanya rangsangan pitosin, akan timbul kontraksi lembut pada rahim ibu sehingga terdapat gambaran pada detak jantung janin. Pemeriksaan CST ini diperlukan bila hasil dari NST atau BPP menunjukkan masalah. 4. Oxytocin Challenge Test (OCT) Hampir mirip dengan CST, adalah pemberian oksitosin intravena pada kehamilan yang diperkirakan di mana janin akan meninggal di dalam uterus. Uji oksitosin ini dilakukan terutama pada kehamilan risiko tinggi, misalnya kehamilan lewat waktu, diabetes melitus, pre eklamsia, pertumbuhan janin intrauterin yang lambat, anemia, penyakit ginjal menahun, adanya riwayat lahir mati, dan sebagainya. Umumnya tes ini dilakukan pada minggu terakhir sebelum persalinan. 5. Grup B Streptococcal Disease ( GBS ) GBS merupakan bakteri normal yang ada pada saluran pencernaan. Tapi, kadang-kadang pada kehamilan, GBS berkembang biak pada area rectum dan vagina. Sehingga dapat menyebabkan penularan pada bayi dan menyebabkan infeksi yang serius. Tes ini dilakukan pada usia kehamilan 35-37 minggu. 6. Fetal Movement Count Merupakan kegiatan menghitung gerak janin. Anda bisa melakukan sendiri untuk memantau kesehatan bayi dalam kandungan. Nah, gerak bayi yang cukup mengindikasikan bayi yang sehat. Sebaliknya, gerak bayi yang berkurang merupakan sinyal peringatan akan adanya gangguan kesejahteraan janin (fetal well-being). Normalnya, terdapat 3 gerakan janin dalam 1 jam. Masing-masing pada pagi, siang, sore, dan malam hari, sehingga terdapat perhitungan gerakan janin selama 12 jam. Bila terdapat penurunan kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam, hal ini menandakan adanya penurunan fungsi plasenta. Mulailah menghitung gerak janin pada usia kandungan 28 minggu hingga saatnya melahirkan. Untuk kehamilan yang berisiko tinggi, bisa dimulai dari umur kandungan 24 minggu.