
Sering kali kita mendengar cerita seperti ini:
“Aku udah jaga makan, olahraga rutin, tapi tetap robek saat lahiran…”
“Kata orang rumah sakit, karena bayinya besar, jadi harus digunting biar nggak robek lebih parah…”
“Aku disuruh langsung mengejan padahal belum kerasa dorongan, terus tiba-tiba robek banyak…”
Cerita-cerita semacam ini bukan mitos. Tapi, apakah robekan perineum selalu disebabkan karena “bayinya kebesaran” atau “ibunya kurang latihan”? Ternyata jawabannya nggak sesederhana itu. Yuk kita lihat lebih dalam—apa saja yang sebenarnya bisa meningkatkan risiko robekan saat melahirkan.
Faktor Internal: dari Dalam Tubuh Ibu Sendiri
Ini adalah hal-hal yang tidak selalu bisa dikendalikan, tapi penting untuk dipahami:
- Posisi Janin yang Kurang Optimal
Misalnya posisi kepala bayi menunduk kurang sempurna (defleksi), miring (asynclitic), atau menghadap ke atas (posterior). Posisi ini bisa membuat tekanan tidak merata di perineum saat kepala turun.
→ Menurut Spinning Babies dan penelitian oleh Reitter et al. (2014), posisi janin sangat memengaruhi bentuk tekanan pada jalan lahir dan tingkat robekan. - Kurangnya Elastisitas Jaringan Perineum
Jaringan perineum yang kaku (karena faktor usia, hidrasi kurang, atau tidak pernah dilatih selama hamil) akan lebih rentan sobek.
→ Journal of Obstetrics and Gynaecology (2021) menyebutkan bahwa wanita yang melakukan pijat perineum menjelang persalinan memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami robekan derajat sedang hingga berat. - Ukuran Bayi Besar (Makrosomia)
Bayi di atas 4000 gram memang memberi tekanan lebih besar. Tapi, ini bukan satu-satunya faktor, dan tidak otomatis berarti “harus robek”. Yang jauh lebih penting adalah posisi bayi dan waktu peregangan perineum.
Faktor Eksternal: dari Lingkungan & Tindakan Selama Persalinan
Nah, ini yang sering tidak disadari—bahwa banyak robekan justru terjadi bukan karena tubuh ibu, tapi karena tindakan yang terburu-buru atau intervensi yang tidak perlu.
- Episiotomi Rutin (Pengguntingan Perineum)
Meski dimaksudkan “untuk mencegah robekan parah”, faktanya: episiotomi justru bisa memicu robekan lebih dalam dan lebih sulit sembuh.
→ Cochrane Review 2017 menyimpulkan bahwa episiotomi selektif (hanya jika benar-benar diperlukan) jauh lebih aman dibandingkan episiotomi rutin.
→ WHO juga menyarankan untuk meninggalkan praktik episiotomi rutin. - Posisi Melahirkan yang Tidak Mendukung Panggul Terbuka
Posisi telentang dengan kaki diangkat memang “memudahkan observasi” untuk tenaga kesehatan, tapi justru mempersempit outlet panggul dan membuat perineum menerima tekanan langsung.
→ Dalam biomekanika panggul, posisi miring, jongkok, atau all-fours (merangkak) jauh lebih ramah perineum. - Mengejan yang Dipaksakan (Directed Pushing)
Saat ibu dipaksa mengejan padahal belum merasa dorongan dari tubuh, perineum belum siap menerima tekanan. Ini mirip seperti memaksa pintu terbuka padahal kuncinya belum dibuka.
→ Lamaze International dan penelitian oleh Low et al. (2013) menunjukkan bahwa spontaneous pushing (mengejan mengikuti naluri tubuh) jauh lebih aman bagi perineum. - Proses Melahirkan yang Dipercepat atau Dipaksakan
Tindakan seperti infus oksitosin tanpa indikasi, atau dorongan untuk “cepat selesai” karena antrean di rumah sakit, bisa membuat tubuh tidak punya waktu untuk membuka dengan perlahan.
→ Journal of Perinatal Education (Simkin & Bolding, 2004) menjelaskan bahwa perineum butuh waktu dan tekanan bertahap agar bisa meregang tanpa trauma.
Kombinasi Faktor Seringkali Jadi Pemicu
Yang menarik: robekan perineum jarang disebabkan oleh satu faktor saja. Biasanya, itu kombinasi dari beberapa hal:
- Posisi janin miring
- Bayi sedikit besar
- Ibu dipaksa mengejan
- Lalu… “Karena kepala belum keluar, langsung digunting, ya, Bu.”
Padahal, jika tubuh diberi waktu dan dukungan—perineum bisa meregang dengan cerdas dan alami. Seperti karet gelang yang lentur kalau dipanaskan pelan-pelan.
Jadi, bukan tubuh ibu yang “kurang sempurna”. Yang seringkali kurang justru pengetahuan dan dukungan di ruang bersalin. Kalau ibu diberi informasi yang cukup, posisi yang mendukung, waktu yang sabar, dan suasana yang tenang—perineum bisa dilindungi dengan indah.
Di bagian selanjutnya, kita akan bahas cara-cara alami dan ilmiah untuk mencegah robekan perineum secara holistik. Mulai dari yoga, teknik napas, hingga pijat dan nutrisi.
Jangan biarkan ketakutan soal robekan membuat ibu panik. Justru dengan tahu lebih awal, ibu bisa persiapkan perineum sejak hamil. Yang penting bukan cuma “jangan robek”, tapi bagaimana ibu dilibatkan dan dihormati dalam proses kelahiran itu sendiri.
Di artikel berikutnya, kita akan bahas cara-cara alami untuk mencegah robekan perineum—dari yoga, pijat perineum, posisi lahiran, sampai nutrisi!
Kalau ibu ingin belajar lebih dalam, bisa ikuti kelas Gentle Birth Series atau Prenatal Gentle Yoga bareng bidan Yesie dan Team @BidanKita
DAFTAR PUSTAKA & REFERENSI ILMIAH
- American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG).
ACOG Practice Bulletin No. 205: Vaginal Birth After Cesarean Delivery. Obstetrics & Gynecology. 2019. - Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG).
The Management of Third- and Fourth-Degree Perineal Tears. Green-top Guideline No. 29. 2015.
https://www.rcog.org.uk - Stedenfeldt, M., Oian, P., Gissler, M., Blix, E.
Risk factors for obstetric anal sphincter injury after a successful vaginal birth: A population-based study. International Urogynecology Journal, 2012, 23(11), 1531–1538.
https://doi.org/10.1007/s00192-012-1792-5 - Aasheim, V., Nilsen, A.B.V., Lukasse, M., Reinar, L.M.
Perineal techniques during the second stage of labour for reducing perineal trauma. BMC Pregnancy and Childbirth, 2017, 17(1):68.
https://doi.org/10.1186/s12884-017-1241-0 - Cochrane Pregnancy and Childbirth Group.
Episiotomy for vaginal birth. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2017.
https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD000081.pub3 - Lamaze International.
Evidence-Based Practices for Labor and Birth.
https://www.lamaze.org - Reitter, A., Daviss, B.-A., Bisits, A., Schollenberger, A., Dudenhausen, J.W., Zubke, W.
Does pregnancy and/or shifting positions create an asymmetric pelvis? Journal of Perinatal Medicine, 2014.
https://doi.org/10.1515/jpm-2013-0280 - Simkin, P., Bolding, A.
Update on nonpharmacologic approaches to relieve labor pain and prevent suffering. Journal of Midwifery & Women’s Health, 2004, 49(6):489–504.
https://doi.org/10.1016/j.jmwh.2004.07.007 - Low, L.K., Moffat, A., Brennan, R.E.
Silent trauma: The impact of obstetric fistula on women’s lives. Midwifery, 2013.
https://doi.org/10.1016/j.midw.2012.11.011 - The World Health Organization (WHO).
WHO Recommendations: Intrapartum Care for a Positive Childbirth Experience. Geneva: World Health Organization; 2018.
https://www.who.int/publications/i/item/9789241550215