Bidan Kita

Home Blog Page 50

Bagaimana mengatasi ketakutan melahirkan?

Sakit

Melahirkan adalah salah satu pengalaman yang terbesar yang dapat mengubah hidup Anda … sebuah pengalaman yang selalu terekam dengan kuat di pikiran atau ingatan setiap orang apalagi seorang ibu. sehingga tidak mengherankan bahwa banyak calon ibu yang khawatir tentang proses persalinannya apalagi ketka mereka hendak memiliki bayi untuk pertama kalinya. Ketika kita berpikir tentang melahirkan, kata “sakit” adalah salah satu hal yang pertama datang ke pikiran sebagian besar dari kita. Apalagi, jika ini adalah untuk pertama kalinya bagi Anda. Ini Tidaklah mengherankan mengingat bahwa kebanyakan wanita pernah terkena over-dramatisasi, tentang proses persalinan pada film dan acara TV. Kita lihat saja, di televisi entah di film layar lebar ataupun di sinetron, penggambaran adegan proses melahirkan biasanya begitu menyeramkan dan menakutkan, seolah-olah penuh dengan jeritan, kesakitan, sarat akan komplikasi dan berdarah-darah. Saya merasa hingga saat ini saya belum pernah melihat adegan persalinan yang indah menyenangkan, nyaman dan romantis digambarkan di sebuah film atau sinetron.

di Bidan Kita saya menyediakan pelayanan kelas persiapan persalinan yaitu kelas Hypnobirthing For Gentle Birth yang dilakukan secara privat kepada para calon ibu dan bapak yang menginnginkan mendapatkan pengalaman persalinan yang lancar, normal, lembut dan minim trauma baik trauma pada ibu maupun trauma pada bayinya.

Nah saat pertemuan pertama biasanya saya isi dengan penyamaan persepsi tentang proses persalinan terlebih dahulu. Dan ketika saya menanyakan kepada mereka (pasangan suami istri) tentang apa ketakutan yang dirasakan dan di fikirkan tentang proses melahirkan, maka banyak sekali terungkap berbagai ketakutan yang dialami mereka.

Dan ternyata setelah mengikuti kelas hypnobirthing for gentle birth dan mereka mendapatkan pengetahuan dan persiapan persalinan yang cukup, maka proses persalinan merekpun berjalan sangat lancar bahkan indah dan romantis.

Dan saat ini saya akan mencoba menyusun daftar ketakutan, kekawatiran para calon ibu dan bapak terhadap proses persalinan mereka dan tips tentang bagaimana Anda bisa mengatasinya:

1. Takut rasa nyeri saat persalinan

Setiap wanita yang akan melahirkan untuk pertama kalinya akan khawatir tentang hal ini karena sulit untuk membayangkan bahwa proses akan bebas rasa sakit. Mereka sebagian besar masih bingung dan takut dnegan apa yang akan mereka alami nanti saat proses persalinan, “kontraksi saja saya tidak tahu bagaimana rasanya bu bidan, tetapi kata semua teman saya kontraksi itu rasanya sakit sekali, dan saya sangat takut, apalagi saya itu type orang yang tidak tahan sakit.” Ungkap ibu Ade ketika pertama kali mengikuti kelas Hypnobirthing di Bidan Kita. Mengambil kelas persiapan melahirkan, seperti Hypnobirthing dapat membantu menenangkan dan mengeliminasi kekhawatiran Anda dan mempersiapkan Anda untuk lebih siap ketika proses persalinan nanti. Karena sebenarnya rasa nyeri bukan merupakan bagian dari proses persalinan sendiri, tetapi merupakan hasil pengaruh sosial, budaya, dan faktor emosi ibu.

2. Takut proses persalinannya tidak lancar dan terlalu lama. Hampir Setiap orang telah mendengar cerita-cerita horor tentang seseorang yang mengalami proses persalinan yang panjang dan lama hingga berhari-hari, namun pada kenyataannya, proses persalinan rata-rata berlangsung 18 jam. Apalagi jika sang ibu tenang dan rileks proses persalinan bisa saja berlangsung kurang dari 5 jam.

3. Takut proses persalinannya tidak lancar sehinga harus di Pacu atau di induksi

Jangan Potong Tali Penolong Ini! Apalagi Saat Resusitasi!

0

semakin saya mempelajari tentang plasenta dan tali pusat, semakin saya di buat jatuh cinta kepada mereka. Karena ketika saya mempelajari mereka, saya menjadi semakin sadar bahwa Tuhan sangat menciptai anak-Nya = manusia.

Sejak dari awal penciptaan manusia kita tahu bahwa Manusia di ciptakan di hari ke tujuh, ketika langit, air, tanah, udara, hewan dan tumbuhan yang notabenenya sumber makanan kita telah lengkap tercipta. Artinya Tuhan ciptakan sumber makanan, menyediakan sumber makanan dahulu baru menciptakan manusia, dan ternyata inipun berlaku saat konsepsi dan penciptaan manusia di rahim sang ibu.

Betapa Tuhan ciptakan plasenta dan tali pusat nya lengkap dan sehat, penuh gizi untuk janin yang hendak bertumbuh. Bahkan ketika sang janin sudah terlahirpun plasenta dan tali pusat masih saja melaksanakan “Tugasnya” yaitu mensuplai oksigen, sel darah merah, stem sel serta “cairan emas” lainnya demi menghantarkan bayi melalui “masa transisinya” dengan lembut.

Namun sayangnya masih banyak sekali para tenaga kesehatan yang masih saja menganggap bahwa setelah bayi lahir plasenta dan talipusat hanyalah “sampah” yang harus segera di buang dan di singkirkan jauh-jauh. Padahal hingga bayi dilahirkan dan bahkan hingga tali pusat berhenti berdenyut-pun ternyata dia masih berguna bagi sang bayi.

Apalagi saat sang bayi membutuhkan dan mengalami kegagalan atau gangguan nafas (apnea, atau asfiksia) sebagian besar tenaga kesehatan pasti akan segera memotong tali pusat yang masih berdenyut tersebut lalu memisahkan bayi itu dari ibunya dan melakukan SOP (Standart Operating prosedur) melakukan resusitasi ke bayi tersebut. Padahal sebenarnya ketika upaya resusitasi harus dilakukan ketika bayi masih terhubung dengan plasenta bayi- maka hasilnya akan lauh lebih baik lagi.

Alasan untuk tidka memotong tali pusat saat bayi dilakukan resusitasi adalah ketika tali pusat masih berdenyut maka dia akan masih mengalirkan/ mensuplai O2 ke tubuh sang bayi. Darah yang mengalir ke tubuh bayi tidak hanya penting karena mengandung oksigen, tetapi juga karena memberikan cukup darah sehingga tubuh dapat mempunyai jumlah darah yang tepat yang memungkinkan paru-paru mereka untuk berfungsi dengan baik. Dan jumlah darah yang tepat berarti ada sejumlah sel darah merah yang mengedarkan oksigen ke tubuh setiap bayi yang tidak berhasil untuk bernapas melalui paru-parunya.

Jika tali pusat di potong agar bayi dapat diresusitasi, bayi tidak hanya kekurangan oksigen dari darah yang masih dalam plasenta, ia juga tidak memiliki darah yang cukup untuk memungkinkan paru-paru untuk bekerja dengan baik dan mengalami sejumlah penurunan oksigen dari sel darah merah yang beredar. Namun sayangnya Rumah sakit saat ini tidak dirancang, baik dengan peralatan atau pelatihan personil, untuk melakukan resusitasi pada bayi dnegan tali pusat yang masih utuh. Padahal sebenarnya bisa dilakukan.

Seringkali ketika saya mengungkapkan tentang hal ini kepada teman sejawat maka jawaban mereka adalah mereka tidak akan bisa melakukan resusitasi karena ketika melakukan resusitasi, mereka harus menempatkan tubuh bayi di atas permukaan yang datar, padahal itu tetap bisa dilakukan sebenarnya misalnya dengan meletakkan papan pemotong sayur di bawah tubuh bayi dan melakukan resusitasi tetap diatas perut atau di pelukan sang ibu.

Seorang bayi yang masih menempel pada plasenta masih menerima darah beroksigen, Bahkan tali pusat yang telah berhenti berdenyut masih dapat mengalirkan darah ke bayi dari plasenta-ini merupakan proses yang kompleks.

Namun bagaimana caranya menggeser praktek dan budaya serta pemahaman yang selama ini ada di dunia medis? Dimana setiap melakukan relaksasi pada bayi baru lahir, maka tali pusat harus dipotong segera lalu bayi di pisahkan dari ibunya lalu di pindahkan ke meja resusitasi dimana permukaannya datar dan disitulah bayi di berikan tindakan resusitasi dan “dipaksa” untuk melakukan pernafasan paru-paru yang mungkin saja saat itu sebenarnya paru-parunya “belum sepenuhnya siap” untuk bernafas? Apalagi dengan melakukan resusitasi tanpa memotong tali pusat berarti akan bertentangan dengan protokol dan prosedur di RS?

Dokter, bidan, perawat- kebanyakan dari mereka tenggelam dalam suatu sistem medis yang tidak memiliki cukup waktu untuk mendidik mereka tentang proses kelahiran secara fisiologis, dan memiliki tradisi mengikuti aturan kedokteran, yaitu: proses persalinan dan kelahiran bayi haruslah dilakukan intervensi

Ketika Anda menyadari dan meyakini bahwa melakukan resusitasi pada bayi baru lahir haruslah dengan menjaga tali pusat tetap utuh, maka Anda harus mulai melakukan beberapa hal berikut:

Pertama, mengumpulkan kekuatan batin Anda.

Kedua, mengumpulkan penelitian tentang manfaat untuk tidak segera memotong tali pusat segera setelah bayi lahir. Mencetaknya. Sorot poin yang relevan. Saya akan memberikan beberapa referensi dari artikel maupun penelitian ilmiah yang bisa Anda gunakan sebagai acuan.

Harapanku di Persalinan mendatang

0

Dimana Anda melahirkan kemarin? apakah Anda akan melahirkan disana lagi besok kalau mau melahirkan? apa yang anda suka ataupun benci (pengalaman persalinan kemarin)?

 

Itulah pertanyaan saya saat mengawali kelas persiapan persalinan “Hypnobirthing for Gentle Birth” di Bidan Kita dan kepada Anda sekareang sebagai pembaca www.bidankita.com. Mengapa saya tanyakan hal ini? Ya…karena pengalaman proses persalinan merupakan pengalaman yang sangat transformasional yang mampu mengubah persepsi, mindset dan berdampak panjang baik bagi Anda sebagai ibu maupun bagi Anak Anda kelak.

Ini adalah beberapa cerita dan pengalaman persalinan klien saya saat kami ngobrol mengawali kelas hypnobirthing di bidan kita:

Bunda Linda **Nama samaran

Dengan mata berkaca-kaca dan tangan yang dingin, dia bercerita tentang pengalaman proses persalinannya, sambil sesekali mengambil tissue dan mengusap air mata yang menetes dengan derasnya

Bunda Linda : Bu bidan, saya seorang ibu yang sedang hamil 15 minggu dengan riwayat

persalinan SC sebelumnya, saya sangat traumatik bu bidan dengan pengalaman

persalinan anak saya yang pertama itu, walaupun jaraknya adalah 7 tahun.

Saya : bolehkah bunda ceritakan? Apa yang dialami dan apa perasaan nya?

Bunda Linda : Selama kehamilan, saya periksa ke bidan dan kadang-kadang ke dokter kandungan, dulu menjelang HPL bu bidan mengatakan kepada saya bahwa saya boleh datang ke Rumah Bersalinnya kapan saja jika ada keluhan sakit/kontraksi atau jika ada tanda persalinan.

Suatu hari tiba-tiba celana saya basah, saya serasa “kapicirit” (Buang air kecil tapi tidak terasa, dengan volume yang sedikit) karena takut terjadi apa-apa, akhirnya saya datang ke bu bidan. Setelah diperiksa ternyata air ketubanku merembes, walaupun tidak banyak cuman “sak crit” (Sedikit sekali) dan walaupun saya tidak mengalami kontraksi sedikitpun tetapi bidanku menyuruh saya untuk dirawat di RB nya. Setelah di VT (vaginal Toucher) ternyata pembukaan 1 cm, kemudian saya di beri pil warna biru. Sejenak setelah minum pil itu perut saya terasa sakit sekali dan katanya bu bidan itulah yang disebut kontraksi. Saat itu dalam hati saya hanya heran mengapa rasa sakitnya seperti ini dan “berbeda” karena setahu saya, menurut informasi dari teman-teman, bahwa kontraksi itu rasanya mules seperti orang hendak menstruasi, namun yang saya rasakan saat itu adalah sakit semuanya. Empat jam kemudian saya di VT lagi dan pembukaannya masih tetap sama yaitu 1 cm..padahal rasa sakit ini semakin lama semakin sakit. Akhirnya beberapa jam kemudian saya di rujuk ke RS.

Disana begitu masuk ruang bersalin, saya yang langsung di suruh berbaring (padahal punggung saya sakit sekali jika di pakai untuk berbaring terlentang) kemudian ada 4 perawat mengerumuni saya yang dua langsung ambil darah di lengan kanan sedangkan yang lengan kiri langsung memasang infus, semua begitu cepat bahkan tanpa ada permisi terlebih dahulu, hanya pemberitahuan bahwa mau di infus beberapa detik sebelum jarum-jarum itu menusuk tubuh saya. (dengan mata berkaca-kaca bunda Linda meneruskan ceritanya)….setelah itu, dengan posisi tetap HARUS berbaring terlentang saya di periksa menggunakan CTG sambil menunggu dokter SPOG nya datang. Dari hasil CTG kondisi janin saya masih sehat dan sejahtera, dan ketika sesaat kemudian dokter datang dan melakukan VT lagi (untuk yang kesekian kalinya saya di VT berulang-ulang dan berganti-ganti orang) dokterpun mengatakan bahwa saya sudah pembukaan 3 cm dan kondisi janin baik. Sedikit lega saat itu, namun tiba-tiba 30 menit kemudian, situasi berubah karena sang dokter menganjurkan saya untuk SC.

Saat itu saya bingung karena semuanya baik-baik saja, hanya saja memang saya agak kesakitan, nah tiba-tiba ibu saya menghampiri saya dan mengatakan bahwa saya harus SC demi kebaikan janin saya daripada janin saya nanti meninggal? Semakin bingunglah saya. Sesaat kemudian dua perawat datang lalu menyukur bulu kemaluan saya, memasang kateter dan meminta saya untuk mengganti baju. Semuanya berlangsung begitu cepat hingga sayapun tidak mampu berfikir dan bertanya apa yang terjadi. Saya tidak ingin SC tetapi kenapa saya akhirnya di bawa ke ruang operasi. Yang saat itu saya hanya sendirian di dorong masuk ke ruang operasi yang berwarna hijau dan dingin. Ketika pintu terbuka, yang saya lihat pertama kali adalah deretan alat dan gunting yang mengerikan. Lalu beberapa perawat dan dokter datang mengerumuni saya dan semuanya laki-laki. Rasanya saat itu adalah saya ingin lari, namun saya tidak kuasa. Saat itu tensi saya langsung naik dan saya akhirnya di bius total. Saya tidak tahu apa yang terjadi tiba-tiba saya dengan ada suara bayi menangis keras sayup-sayup dan ternyata itu adalah anak saya, saya ingin meraihnya tetapi saya tidak kuasa, karena tubuh saya masih sangat lemah. Bayi saya menangis terus dan dipisahkan dari saya saat itu.

Baru 8 jam kemudian saya bisa bertemu dnegan bayi saya, dan saat bertemu pertama kali saya tidak merasakan apa-apa, reaksi pertama kali saya adalah “bayi siapa ini?” dan saya tidak merasakan rasa “jatuh cinta” seperti yang diceritakan rekan-rekan saya. Selama 3 hari saya merasa kesulitan untuk menyusui, akhirnya bayi sayapun kuning dan harus dirawat di RS tersebut. Hari ke 4 saya sudah bisa pulang tetapi tanpa bayi saya karena bayi saya masih harus di foto therapy. Setelah bayi saya pulang, saya merasakan post partum blues, hampir tiap hari saya menangis. Dua minggu kemudian saat saya kontrol jahitan, ternyata jahitan saya terinfeksi, pantesan beberapa hari itu badan saya panas dan bekas jahitan terasa sangat nyeri.

Keputusan dokter saat itu adalah saya haru di jahit ulang. Itu artinya saya harus operasi lagi!

(bunda Linda pun tidak sanggup melanjutkan ceritanya karena dia menangis tersedu-sedu)

Bunda Linda : Saya trauma bu…walaupun itu sudah terjadi 7 tahun yang lalu tapi entah mengapa begitu saya tahu saya hamil lagi, hampir setiap hari saya mersa ketakutan dan mimpi buruk, karena takut operasi dan mengalami kejadian seperti 7 tahun yang lalu.

memang sampai saat ini tak ada satupun kecuali suami saya yang mendukung langkah saya ikut kelas persiapan persalinan disini bu…kakak dan keponakan saya yang kebetulan sebagian besar juga SC hanya mengatakan “mbok yo sing sumeleh! nek uwis Sc yo bakalan SC seterunya ngono wae kok di gawe repot (mbko ya yang pasrah, tak usah macam-macam, karena kalau sebelumnya SC ya pasti SC lagi) , tapi saya tak peduli bu bidan..ini tubuh saya…ini bayi saya…dan yang merasakan juga saya. saya hanya ingin berikan yang terbaik untuk anak saya nanti. walaupun akhirnya saya di haruskan SC lagi ya saya akan ikuti tapi setidaknya saya jauh lebih siap nanti dan tidak mengalami trauma seperti kemarin.

Itulah sekilas cerita dari bunda Linda, dan sekarang beralih ke bunda lainnya:

Bunda Endri ** nama Samaran

Bunda Endri : proses persalinan saya termasuk persalinan yang lancar bu bidan. Jam 04:00 pagi saya merasakan kontraksi dan ada flek di celana, lalu saya pergi ke bidan setempat ternyata sudah pembukaan 2 cm. Karena jarak ke rumah bidan tidak terlalu jauh hanya sekitar 45 menit, maka saya disuruh pulang terlebih dahulu dan jalan-jalan. Saat itu kontraksi semakin lama semakin intens, yang sebelumnya 20 menit sekali dengan durasi 10 detik semakin lama semakin sering menjadi 5 menit sekali dnega durasi 40 detik. Karena kontraksi terasa semakin tidak nyaman akhirnya saya datang ke rumah bu bidan lagi, dan saya sudah pembukaan 5 cm. Sambil terus menikmati kontraksi yang semakin lama semakin kuat, Kira-kira 4 jam kemudian ada dorongan ingin mengejan dan ternyata saya sudah pembukaan lengkap. Ketika masuk ruang persalinan, saya di haruskan tidur berbaring dengan setengah duduk dan kaki terbuka lebar “mekangkang” (bahasa jawanya), saat itu saya merasa sakit sekali di punggung dan tulang ekor, ingin rasanya saya bangkit dan jongkok, tetapi bu bidan tidak mengijinkan karena kata beliau kalau mau melahirkan ya posisinya harus demikian tidur setangah duduk dengan kaki mekangkang lalu mengejan. Saat itu sama sekali saya tidak bisa mengejan dengan baik, dan sampai saya kelelahan. Akhirnya saya diinfus untuk menambah kekuatan kata bu bidan.

Lahir Nyaman Berkat Semangat GBUS

0

Kisah persalinan yang unik dan indah lainnyapun terjadi lagi.

Saya sangat bersyukur dan terimakasih sekali karena di ijinkan dan dipercayai untuk menjadi bagian dari peristiwa besar dalam kehidupan.

adalah Bunda Shanti dan Pak Kuncoro, pasangan seru yang menginginkan untuk mendapatkan pengalaman positif saat persalinan. yang rela dari Kota metropolitan Jakarta “ngungsi” ke Klaten untuk mengikuti kelas hypnobirthing for Gentle Birth demi mempersiapkan proses persalinan yang terindah, yang Akhirnya stay di Jogja di minggu-minggu terakhir kehamilan, hingga saat kontraksi dan sudah ngeflek, masih ikut KOPDAR (Kopi Darat) Group Gentle Birth Untuk Semua yang saat itu diselenggarakan di Jogja.

berbekal semangat dan dukungan doa dari saudara-saudara di GBUS, akhirnya bisa bersalin dengan lancar dan nyaman 😉

berikut ini cerita nya, semoga menginspirasi:

TATA ku lahir diiringi doa dan semangat dari keluarga besar GBUS By Shanti Dwi Jaya Ningsih in Gentle Birth Untuk Semua (Files) ·  Setelah beberapa waktu cuma ingak inguk di group, sekarang mau berbagi kisah kelahiran Putri pertama kami yang kami beri nama ‘Pramushita Dahayu Widagdo’ yang memiliki arti seorang perempuan ayu yang berhati lapang dan tangguh. Aamiin….

 

Saat usia kehamilan 35minggu, saya dan suami berangkat menggunakan kereta dari Karawang menuju Semarang (sebenarnya tujuan kami Jogja tp karena dr Karawang hanya ada ke Semarang jadilah kami ke Semarang dulu). Perjalanan malam itu benar2 membuat saya sangat amat tidak nyaman dengan perut sebesar itu. Ternyata label executive tidak menjamin, keretanya jalan mundur, joknya keras, panas lagi dan yang lebih parah mau jalan dan berhenti tidak spt kereta executive dr Jakarta.. kasar sekali. Sampai di Semarang saya lanjut 3jam perjalanan menggunakan travel ke Boyolali. Bermalam disana dan paginya berangkat ke Klaten utk mengikuti kelas. Saya booking hari tgl 15 Juli sudah dari awal Juni, bolak balik tlp berharap supaya tgl tsb kosong karena saya mengambil kelas yang sehari.

 

Yup,sampai di Bidan Kita kami disambut hangat. Dan yang membuat saya kagum adl ibu saya boleh mengikuti kelas tsb (padahal bayare cuma utk 2 orang,hehehe). Jadilah kami ber3, saya-suami dan ibu mertua. Daripada saya dan suami, ibu yang paling banyak nanyanya (Alhamdulillah saya boleh lahiran di Klaten walaupun jauh *peluk mb Yesie yg sabar ngejelasin*). Saat mb Yesie mau ngajarin Pijat Perrineum pas di VT keluar darah. Waaaa saya langsung panik sepanik paniknya. Untung ibu udah pulang duluan jadi ga liat sesi ini. Badan saya langsung menggigil kedinginan tapi keringet keluar terus. Saya coba ditenangkan, diajari tarik nafas, diberi minum sampe kaki saya dipijat. Tetep aja kaki saya gemeteran terus,akhirnya saya direlaksasi. Bangun2 saya lumayan tenang.

 

5minggu menuju HPL saya mencoba merilekskan tubuh agar semua baik dan pendarahan berhenti. Ya,,kepanikan itu hanya 3hari menghantui saya. Suami di Karawang dan saya pulang ke rumah ibu saya di Jogja, perasaan jauh dr suami itulah yg kadang2 membuat saya kadang tak bisa mengontrol emosi..

Cara berkomunikasi dengan spirit janin

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkomunikasi dengan janin yang masih berada dalam kandungan Anda. salah satunya dnegan cara relaksasi, dan Latihan relaksasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan spirit janin oleh Walter disebut sebutan “A Mother’s Healing Touch” karena latihan ini membuat ibu menghayati pada level spirit untuk menyentuh dan membuat nyaman spirit sang buah hatinya spirit janin. Hal ini menguatkan ikatan antara ibu dan “spirit janin” serta membantu system energi mereka yang mendukung kehamilan sampai cukup bulan (aterm).

Berikut ini langkah-langkah dari A Mother’s Healing Touch

Duduklah di kursi yang nyaman dengan tulang belakang lurus dan telapak kaki rata pada lantai.

Relakskan seluruh tubuh mulai dari puncak kepala sampai telapak kaki.

Singaraja – Klaten Demi Gentle Birth

0

agung singaraja1

Proses persalinan itu ketika semua disiapkan dengan baik dan matang pasti akan Indah hasilnya.

Ibarat orang hendak ujian kelulusan, ketika dia menginginkan untuk mendapatkan nilai bagus bahkan cumlaude, ada banyak hal yang harus dikerjakan dan Pe eR yang harus dikerjakan tuk siapkan diri hadapi ujian dengan mudah sehingga nilai Cumlaude pun bisa di dapatkan.

Jauh-jauh dari Singaraja Bali, Bunda Agung rela memboyong seluruh keluarganya untuk melahirkan di Klaten, berharap untuk mendapatkan proses persalinan yang nyaman.

Saya pribadi mengucapkan banyak sekali terimakasih, telah di ijinkan menjadi bagian dari peristiwa besar ini.

nah berikut ini testimoni Bunda Agung, akan proses persalinannya, semoga menginspirasi

thE journey of attas’monday by Agung Nur Rakhmawati on Monday, August 13, 2012 at 3:18pm ·

Waktu itu usia kakak 15 m, terbersit di benaku untuk planing hamil. Hal itu aku kemukakan kepada suami. Ketika kakak berusia 16 m,pada suatu petang,aku merasakan perut mulas sekali yang kemudian diikuti muntah hebat. Karena kondisi badan yg lemas,muntah tak berhenti, akupun dirujuk ke rs. Dan harus menjalani opname 2 hari. Gastritis.Penyebabnya adalah asam lambung yang naik,mgk pengaruh mangga muda yang aku makan pada siang harinya.

Sepulang dari rs,dari teman-teman yg menjenguk,aku disarankan untuk testpack. Tapi tidak langsung aku iyakan.

Baru setelah telat haid beberapa hari,aku penasaran, apa Îγα™benar aku hamil. Dan syukur الْحَمْدُ للّهِ رَبّالْعَالَمِي muncul strip 2 di testpack.

Bersyukur sekali aku sudah nyemplung di forum GBUS, sehingga kehamilan kedua ini aku jalani dengan relaks dan bahagia. Banyak sekali hal baru tentang kehamilan dan persalinan. Bahwa bagaimana persalinan itu tidaklah menyakitkan. Bahwa kenyamanan merupakan hak tidak hanya bagi ibu namun nyaman bagi bayi. Sudah 40 w bayi merasa nyaman di kandungan, sudah menjadi hak bayi untuk bisa lahir dengan nyaman dan lembut. Satu per satu aku pelajari. Beruntung sekali lewat media internet semua bisa diakses.

Sejak awal kehamilan aku mulai menjaga asupan gizi dengan makanan seimbang, menjaga olah tubuh dengan jalan ‘napak bumi’ dan yoga juga menyediakan sedikit waktu berjemur di bawah sinar matahari pagi, menjaga olah pikiran dng relaksasi. Meski tidak rutin tiap hari, tapi aku merasakan ketenangan dan kenyamanan yang jauh berbeda dengan kehamilan pertama. Alhamdulillah kehamilanku sehat dan aku masih bisa tandem nursing untuk kakak hingga 2 tahun.

Memasuki uk 5m, aku dan suami mulai menyusun birthplan. Betapa aku ingin anaku bisa melahirkan secara gentlebirth, didampingi orang-orang yang lembut dan tenang. Dan tempat tujuan pertama adalah di bidankita,klaten.

Suami pun setuju,tapi kemudian ada rasa bimbang meninggalkan suami sendiri dalam masa penantian hari lahir terlebih bertepatan momen puasa. Akupun mencoba berkomunikasi via email dng owner bidankita. Oleh beliau aku disarankan untuk ke Ibu robin atau BrendaLynn atau dr.Hariyasa. Mengingat sebenarnya Gb awal berkembang di Indonesia adalah di pulau dewata. Merasa sepertinya tidak berjodoh dengan mb yesie,akupun mencoba menghubungi brenda dan dr.hariyasa. Mereka berdua sangat welcome untuk menyambut kelahiran anak keduaku. Mereka paham dengan gentlebirth, namun kendala jarak dimana berada di Denpasar, yang artinya perjalanan yang akan kutempuh sekitar 2,5-3 jam.

Seiring perjalanan memantapkan hati, akupun dipertemukan dng dr.putra sedana. Kami memanfaatkan momen konsul untuk berdiskusi. Dan aku merasa mendapat jawaban,oh mungkin jodohnya dedek lahir dng dr.putra sedana, yang kebetulan berada satu kota denganku.

 

Namun sepertinya sudah jalanya mau lahiran di klaten. Pada suatu waktu konsul ketika sebuah diskusi berkenaan induksi, aku merasa kurang sreg dengan opini dari dokter. Aku percaya bayi punya waktu lahir sendiri, dan ketika ibu harus disuntik induksi supaya terjadi kontraksi menurutku itu sama saja memaksa bayi lahir sebelum waktunya. Dan aku tidak mau nanti aku ditangani dokter yang belum menerapkan persalinan yang pro GB. Siapkah aku menghadapi persalinanku dng dokter yg belum pro GB. Aku belum siap, menerima resiko bila ada masalah dengan proses persalinan yang akhirnya nanti akan mendapat intervensi medis yang tidak perlu. Kembali aku konek ke mb yesie.

Lewat email kami berkomunikasi. Nampaknya kembali ke rencana awal untuk melahirkan di klaten.

 

Padahal dapat iming-iming dari suami,ipad,kalau aku melahirkan di singaraja.

 

Menjelang cuti melahirkan, bertepatan dengan musim liburan, tiket pun belum ditangan. Kami masih bimbang untuk menggunakan transportasi apa, mengingat jika pesawat dengan 4 orang lumayan akan menguras dana cukup besar. Jika jalan darat, penyeberangan dan perjalanan akan ditempuh dlm waktu yang lebih lama.

 

Namun ternyata jika semua dipasrahkan, alam semesta ini akan turut membantu. Ada saja jalan kemudahan, yang pada akhirnya kami pun sudah sampai di jogja dengan jalan darat dengan lancar.

Agenda awal sesampai di jogja adalah konsul ke bidankita. Rasanya deg-degan luar biasa mau bertemu calon pendamping persalinanku. Seperti mau bertemu pacar saja..he..

 

Sabtu, 14 Juli jam 15.00

Ternyata penundaan penjepitan & pemotongan Tali pusat dapat melindungi bayi dari trauma

membahas lagi tentang Delayed umbilical cord. atau penundaan pengekleman maupun pemotongan tali pusat, dalam artikel ini akan saya suguhkan beberapa hal tentang bagaimana pentingnya penundaan pemotongan tali pusat serta penundaan segala macam intervensi pada bayi baru lahir.

semoga bermanfaat:

Penjepitan & pemotongan Tali pusat segera setelah bayi di lahirkan bisa sangat traumatis lho?!

https://www.youtube.com/watch?v=UTsBG09WKAY

Studi menunjukkan bahwa Penjepitan & pemotongan Tali pusat segera setelah bayi di lahirkan dapat menyebabkan:

  1. Kehilangan darah secara signifikan pada bayi (kehilangan 15 sampai 30%, dan sampai dengan 40% -50% dalam kasus yang ekstrim seperti gawat janin dan kompresi tali pusat sebelum menjepit) (1)
  2. hilangnya sel darah merah (hingga 50%) (2)
  3. hilangnya sel induk (2)
  4. kehilangan dukungan dari peredaran plasenta, untuk menerima oksigen dan mentransfer akumulasi asam, sebelum paru-paru berfungsi secara memadai (3)
  5. anemia dan kekurangan zat besi (4)
  6. gangguan dalam kemampuan membersihkan cairan dari paru-paru (2)

(Bagian ini penting, karena penyedotan cairan pada paru dengan mesin suction bertekanan tinggi dapat traumatis bagi bayi Anda)

Banyak orang percaya bahwa semua bayi memerlukan penyedotan lendir saat lahir dan ternyata kebutuhan akan tindakan ini sebagian disebabkan oleh efek langsung dari penjepitan tali pusat. Hal ini karena kenaikan normal dalam volume darah dalam satu menit atau lebih setelah lahir (tanpa menjepit tali pusat) memiliki peran dalam masa transisi dari plasenta ke organ paru-paru bayi(2). Setelah bayi lahir, pembuluh darah dalam kantung udara dari paru-paru diisi untuk pertama kalinya. sampai saat ini masih banyak sekali praktisi (bidan & dokter) yang melakukan penyedotan cairan (Suction) ini secara rutin kepada semua bayi baru lahir (normal maupun SC)

Jadi segera setelah bayi lahir, tali pusatnya segera di jepit dan di potong kemudian sang bayi dipisahkan dari ibunya untuk dilakukan penyedotan lendir pada saluran nafasnya di meja tindakan.

Alasan dari tindakan penyedotan ini antara lain untuk membebaskan paru-paru dari cairan (lendir dan sisa air ketuban). Padahal pada pada proses persalinan normal, ketika dada bayi melewati jalan lahir, maka paru-paru otomatis ter “compress” atau tertekan sehingga cairan yang ada di paru keluar. Nah ketika tali pusat tidak di jepit atau di potong maka “masa transisi” dari pernafasan intra plasental (ketika bayi masih didalam rahim) menjadi pernafasan paru-paru menjadi lebih “smooth” karena dengan tidak menjepit & memotong tali pusat maka pasokan oksigen ke bayi masih tetap banyak dan tercukupi. Jadi ketika paru sudah siap untuk mengisi rongganya dengan oksigen, maka masa transisi itu berlangsung dengan baik.

Namun ketika bayi di lakukan penyedotan lendir secara otomatis terjadi “syok” pada bayi karena dia di “paksa” untuk menghirup nafas secara serta merta.

Studi yang telah meneliti praktek ini dan ternyata hasil yang didapatkan adalah tidak menemukan perbedaan dalam fungsi paru-paru antara kelompok bayi yang disedot dibandingkan kelompok tidak disedot (2). Sebaliknya, studi menemukan risiko yang terkait tindakan penyedotan lendir dengan bradikardia (denyut jantung melambat) dan gangguan irama jantung (2). Suction juga dapat menyakitkan dan mengganggu proses menghisap saat menyusu (sucking). (6)

Pengalaman penjepitan dan pemotongan tali pusat dan penyedotan untuk bayi seringkali membuat Bayi menangis tanpa henti selama lebih dari 8 menit ketika sedang disedot, disuntik, dan diukur suhu tubuhnya pada dubur – dengan tidak ada usaha untuk menenangkan atau menghibur bayi baru lahir yang sedang bingung.

Bagaimana menghindari trauma Untuk melindungi bayi Anda dari trauma yang tidak perlu, tolong komunikasikan tentang prosedur penanganan bayi baru lahir seperti ini kepada provider (RS,RB, BPS) anda.

Beberapa hal yang bisa Anda “tawar/negosiasikan” adalah:

1. Tunda pengekleman dan pemotongan tali pusat, karena itu dirancang untuk masa transisi dari sirkulasi plasenta ke sirkulasi paru-paru (5), tak perlu mengeklem tali pusat, tak perlu melakukan penyedotan lendir pada saluran nafas bayi baru lahir dengan menggunakan mesin suction bertekanan tinggi, apabila kita melihat bayi sudah bernafas dan menangis, cukup bersihkan dengan kassa setril di mulut dan hidungnya ketika kita lihat ada cairan di sana, atau sedot dengan bubble scringe saja). Anda boleh mengeringkan tubuh bayi tapi tidak perlu menggosok tubuhnya dengan handuk dengan gosokan yang kuat, cukup selimuti saja lalu biarkan kulitnya menempel dengan kulit ibu (Skin to skin), jangan pernah memisahkan ibu dengan bayinya yang baru lahir.

Ketika Ada Lilitan Tali Pusat Dalam Persalinan

Artikel ini berbagi informasi tentang praktik umum yang dilakukan ketika terjadi lilitan tali pusat selama tahap kedua persalinan, dan memotong tali pusat ternyata merupakan – intervensi yang tidak berdasarkan bukti dan dapat menyebabkan trauma kelahiran.

Penting untuk Anda ketahui tentang ‘manajemen’ lilitan tali pusat dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi proses kelahiran mereka. Harapan saya ini dapat membantu Anda untuk membuat perencanaan kelahiran, mendorong untuk mau berdiskusi dengan penyedia layanan persalinan, dan membantu untuk menghindari cedera iatrogenik.

LILITAN TALI PUSAT Lilitan tali pusat adalah ketika tali pusat adalah ketika tali pusat ‘melingkar’ di sekitar leher bayi. Kebanyakan Lilitan tali pusat adalah kumparan tunggal dan longgar.

Kurang ketat dan jarang yang lilitannya ganda atau multiple (1,2,3). Berbagai penelitian telah menunjukkan Lilitan tali pusat terjadi: dalam 10% – 37% dari semua kelahiran; lebih sering pada bayi laki-laki; selama kehamilan atau persalinan; lebih sering terjadi pada kehamilan yang lewat waktu (1,2,3,4).

Lilitan Tali Pusat JARANG MENYEBABKAN MASALAH Lilitan Tali Pusat jarang ditemukan menjadi penyebab dari hasil yang kurang menguntungkan dalam studi kehamilan dan kelahiran. Beberapa penulis telah menyimpulkan Lilitan Tali Pusat “biasanya tidak membahayakan” (5,6,7).

Beberapa studi telah dikaitkan antara Lilitan Tali Pusat dengan variabel peningkatan deselerasi denyut jantung janin selama persalinan, dan Lilitan Tali Pusat ketat untuk proporsi yang lebih tinggi dari gawat janin dan Apgar skor yang rendah.

(3,4,8) Namun, dalam studi retrospektif definisi Lilitan Tali Pusat ketat adalah ketika mereka ‘dijepit dan dipotong sebelum kelahiran bahu’ – karena morbiditas jangka pendek yang lebih banyak disebabkan oleh intervensi daripada akibat Lilitan Tali Pusat (3).

(Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Lilitan Tali Pusat, bagaimana bayi bisa lahir dan dengan Lilitan Tali Pusat longgar / ketat / multiple, dan mengapa sebanarnya Lilitan Tali Pusat tidak “pas” jika di kaitkan dengan masalah yang kurang menguntungkan bisa di baca dan di pahami dari artikel luarnegeri ini: http://midwifethinking.com/2010/07/29/nuchal-cords/ dimana Lilitan Tali Pusat sering menjadi “kambing Hitam” dalam masalah seputar kelahiran dan persalinan RITUAL DAN RUTINITAS Banyak praktisi (bidan/dokter) dilatih untuk rutin ‘memeriksa’ untuk Lilitan Tali Pusat selama tahap kedua persalinan, dan jika ada, intervensi lebih lanjut dengan menarik untuk dan melonggarkan lilitan, atau melakukan penjepitan dan pemotongan.

Textbook rekomendasi bagi bidan/dokter untuk campur tangan dalam kasus Lilitan Tali Pusat (untuk kelahiran normal dan darurat) didasarkan pada literatur medis yang belum terevaluasi dan referensi bukti ilmiah yang kurang (1). Ritual atau tatalaksasna yang dianjurkan dalam buku teks medis:

Untuk melakukan pemeriksaan di vagina setelah kepala bayi lahir, untuk merasakan dan memeriksa kabel nuchal.(**dengan menyelipkan 2 jari ke sela leher kepala dan vagina)

Untuk menarik dan melonggarkan tali pusat yang melilit leher dan melepaskan lilitannya dengan melewati kepala bayi sebelum ‘kelahiran’ dari bahu, jika Lilitan Tali Pusat nya longgar.

Untuk mencoba untuk melonggarkan Lilitan Tali Pusat atau menjepit dan memotong tali pusat sebelum * ‘kelahiran’ dari bahu, jika Lilitan Tali Pusat nya ketat.

* Namun ternyata Beberapa buku menggambarkan dengan menggunakan manuver Somersault akan lebih baik hasilnya. (tentang manuver ini akan dibahas di akhir artikel, so STAY TUNE!)

Sementara literatur medis dari tahun 1840-an dan seterusnya berisi saran peringatan tentang “campur tangan” bidan dan dokter pada Lilitan Tali Pusat (1). melakukan pemeriksaan, melonggarkan atau memotong Lilitan Tali Pusat adalah tidak perlu dan dapat memiliki konsekuensi serius bagi bayi.

Anda sebagai klien dan praktisi harus menyadari intervensi ini biasanya dilakukan tanpa persetujuan dan bertentangan dengan model perawatan kebidanan (1,2,9). PEMERIKSAAN VAGINAL UNTUK PERIKSA Lilitan Tali Pusat Sebuah pemeriksaan vagina untuk memeriksa kabel nuchal terjadi pada tahap yang rentan bagi seorang wanita, ketika kepala bayi baru saja lahir.

Dalam kebanyakan kasus, wanita tidak siap untuk hal ini dan tidak memberikan informed consent (10,11). pemeriksaan vagina bisa menyakitkan bagi klien, tetapi lebih dari itu setelah melahirkan kepala mungkin telah menyebabkan rasa sakit dan trauma pada perineum.

Memeriksa Lilitan Tali Pusat juga dapat mengganggu proses kelahiran, menyebabkan stres yang tidak perlu, dan menggeser fokus wanita/ibu bersalin akibat intervensi yang dilakukan (1,2).

Tidak ada bukti ilmiah yang baik a untuk mendukung praktek rutin memeriksa Lilitan Tali Pusat, namun itu adalah intervensi medis secara umum atau yang dilakukan secara umum pada proses persalinan (9).

Bahkan sejak menjadi Siswa-pun saya juga dilatih untuk memeriksa Lilitan Tali Pusat, segera begitu kepala bayi lahir dan bahkan sebelum kepala bayi melakukan putaran paksi luar. lalu bagaimana seharusnya?

Saran:

1. Bicaralah dengan orang tua sebelum kelahiran tentang kemungkinan adanya lilitan tali pusat

2. Selama kelahiran TAK PERLU MELAKUKAN APA_APA / DO NOTHING

3. JIKA ada lilitan tali pusat dan in menyebabkan bahu dan badan bayi susah atau kesulitan turun dan lahir setelah kepala lahir (sangat jarang) menggunakan ‘teknik Koprol’ (Schorn & Blanco 1991) – lihat di artikel paling bawah.

4. Setelah tubuh bayi lahir seluruhnya, membuka lilitan (keluarga ibu / dapat melakukan hal ini).

5. Jika kondisi bayi kurang bagus (pucat) saat lahir, dorong orang tua untuk berbicara dengan bayi mereka sementara biarkan sirkulasi plasenta membantu mengembalikan volume darah normal dan oksigen untuk bayi (jangan memotong tali pusat bayi untuk resusitasi).

Menarik dan Melonggarkan Lilitan Tali Pusat Menarik dan melonggarkan lalu melepaskan Lilitan Tali Pusat di leher bayi selama proses kelahiran adalah intervensi kelahiran umum (12). Sama seperti memeriksa Lilitan Tali Pusat, tidak didasarkan pada bukti dan ada semakin banyak bukti bahwa menarik Lilitan Tali Pusat tersebut dapat membahayakan (4).

Misalnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa “penanganan” pada lilitan tali pusat entah itu menarik, melonggarkan maupun melepaskan, ternyata dapat merangsang arteri umbilikalis untuk melakukan vasoconstrict (mengurangi aliran darah) (13). Menarik lilitan tali pusat juga menciptakan ketegangan yang bisa menyebabkan resiko terjadinya robekan pada tali pusat dan “pendarahan neonatal berikutnya” (6).

Sebuah penelitian di Australia telah menemukan bahwa bidan dari Amerika Serikat, Australia, Irlandia, Selandia Baru dan Inggris merasa bahwa mereka melaksanakan intervensi yang telah diajarkan selama pelatihan mereka: untuk menjepit dan memotong tali pusat, jika ada lilitan” (2 , 9).

Dan ini pun terjadi di sebagian besar bahkan hampir semua bidan dan dokter di Indonesia dimana Dokter meminta ibu untuk berhenti mengejan lalu dokter atau bidan menarik tali pusat yang melilit untuk di longgarkan lalu melepaskan.

Cara membuat minuman Elektrolit penguat Energi

0

minum

Duh bubidan, ketuban saya pecah!!!

Apa yang harus saya lakukan? Padahal baru pembukaan 4 cm? Dokter dan bidan menyuruh saya untuk bedrest tetapi ketubannya ngalir terus, katanya ketuban bisa habis! Dan kalau habis, saya harus di SC! Saya takut SC bubid, tolong saya….

Itu lah inbok dari bunda SM dari tangerang dua hari yang lalu. Saat itu saran saya adalah stay rileks dan rehidrate!

Karena hanya dengan rileks maka otot rahim dapat bekerja dengan maksimal dan sempurna, dan hanya dengan merehidrasi maka ketuban akan tetap terjaga dengan baik.

 

Bayi Mempunyai “Waktu” sendiri tuk di lahirkan

Atha 1

Masih seputar Hari perkiraan lahir yang sudah lewat, Kebetulan ada sharing lagi yang semoga saja bisa menguatkan para Bunda PEMBACA WEBSITE  ini.

Ini adalah sharring -nya bunda Atha yang saya copy paste disini, dan saya akan berikan sedikit tambahan:

Ceritaku, Mars, dan Venus

by Athanasia Marlina on Thursday, August 2, 2012 at 1:44am ·

 

Tak tahan rasanya ingin segera berbagi cerita ini.

Ya, akhirnya setelah penantian dan harapan yang cukup panjang, Mars, putraku yang ke-2 lahir gentlebirth waterbirth di usia kandunganku hampir lebih dari 42 minggu.

Pergulatan dan kecemasan di hari-hari kehamilanku yg melewati HPL tidak bisa dihindari, mungkin juga sama dengan para bunda yg pernah atau sedang mengalami hal ya sama.

Makin gelisah karena masa “liburan” sang suami yang hampir habis. (kebetulan suami Mbak Atha bekerja di sebuah TV swasta di Brunai Darussalam)

 

Jauh-jauh hari afirmasi2 positif sudah selalu di”aminkan”. Senam, yoga, relaksasi hypobirthing di kelas, di rumah juga sudah rutin dilakukan.

Ya, gentlebirth waterbirth adalah cita-cita kami untuk kelahiran putra kami yang ke-2. Beruntung, Tuhan mempertemukan kami dengan mba Yesie, apalagi lokasi praktek Bidan Kita yang tidak jauh dari Jogja.

 

Makin sering baca status2 Bidan Kita, kisah-kisah gentlebirth para bunda, makin ga sabar menanti “gelombang cinta” di rahimku itu datang.

Beberapa kali kontrol dan komunikasi dengan Mba Yesie, membuatku tetap semangat dan positif kalau Mars punya waktunya sendiri untuk lahir ke dunia. Ya, semakin santai karena kondisi kandungan semua normal, sehat dan baik-baik saja.

 

Aargh..tapi kok tetap saja cemas, apalagi saat kehamilan sudah masuk di minggu 42, tanda-tanda persalinan juga belum ada. Rilleks, rileks..seperti yg selalu disarankan mba Yesie, bahkan kami (aku dan suami) rasanya sudah cukup banyak menghabiskan waktu untuk “pacaran” lagi demi mencapai “rileks yg benar-benar rileks”  sampai-sampai aku pun cukup lama “cuti” untuk tidak terlalu dekat dengan Venus (anak kami yg pertama), ya,  terutama keluarga dan suami yg sering mengingatkan karena kuatir “kerepotanku” bersama Venus mengurangi kondisi rileksku.

Segala macam induksi alami sudah dilakukan, mulai dari jus nanas sampai dengan 2 kali akupuntur di Bidan Kita.(Akupunktur biasanya saya Anjurkan ke para ibu yang HPL-nya sudah Lewat, sebagai salah satu cara Induksi Alami, akupunktur ini juga akan membantu “balancing” energi Anda)

 

Akhirnya sampai dengan jadwal akupuntur yg ke-3, sengaja aku dan suami naik motor ke Klaten, dimana sebelumnya semenjak hamil oleh suami motor adalah hal paling terlarang untuk dilakukan. Yihaaa..akhirnya bisa juga menikmati bonceng suami naik sepeda motor saat hamil (peace ya pap! ;). Ini juga gara-gara demi menuruti kepengenan bumil dengan alasan biar cepet keluar babynya, hehehe…

 

Senin, 23/07/12

Oke, setelah diakupuntur yg ke-3 ini, mba Yesie menyempatkan waktu untuk merelaksasi kami berdua. Fiuuhhh… sepertinya memang ada sesuatu yang membuatku kurang benar2 rileks selama ini…

Dan…tertumpah juga akhirnya apa yang membuatku tidak bisa sepenuhnya rileks; bukan karena panik liburan suami hampir habis, bukan karena takut sakit.. tapi ternyata aku sangat merindukan Venus…, yaa..aku tidak mampu menahan air mata, aku memang benar2 kangen Venus, dengan segala “kerepotannya”…amazing, langsung plong rasanya, setelah terungkap apa yg benar2 aku inginkan di depan mba Yesie dan suami.

(saat kami meditasi ber-4 saya, mbak Ata, mas Artha, dan si baby, tiba-tiba dengar celetukan si baby yang bilang “Tante aku kangen kakak”)