
Terlebih jika ibu hamil menderita kondisi medis tertentu seperti obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit ginjal atau ada masalah dengan pengentalan darah. Selain itu, 1 dari 10 ibu hamil yang mengalami preeklampsia memiliki kemungkinan terkena Sindrom HELLP.
Gejala dari sindrom HELLP terbilang beragam pada tiap orang dan tidak terlalu spesifik, sehingga terkadang sulit dilakukan diagnosa. Gejala yang dapat timbul seperti:
- rasa lelah,
- sakit kepala,
- sakit perut terutama ulu hati atau bagian kanan atas,
- mual, muntah selama kehamilan.
Beberapa gejala lain dari sindrom HELLP termasuk pembengkakan di tangan, tungkai, atau wajah, kenaikan berat badan yang berlebihan dan tiba-tiba, perdarahan spontan tanpa pencetus, mengalami gangguan pencernaan, penglihatan terganggu, dan sakit saat bernapas juga dirasakan. Sebaiknya segera konsultasi ke dokter jika ibu hamil menunjukkan gejala-gejala tersebut.
Penanganan Sindrom HELLP
Jika gejala sindrom HELLP dirasakan, penting untuk segera berkonsultasi ke dokter guna mendapatkan penanganan yang tepat. Umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes urine untuk melihat kebocoran protein, dan tes darah untuk mengevaluasi fungsi hati serta jumlah trombosit. Selain itu, ada kemungkinan perlu dilakukan MRI untuk melihat kondisi kesehatan secara menyeluruh.
Jika hasil pemeriksaan menandakan bahwa Anda menderita sindrom HELLP, mengakhiri (terminasi) kehamilan dengan konsekuensi melahirkan bayi secara prematur merupakan salah satu cara yang mungkin dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi serius yang bisa membahayakan kondisi ibu dan bayi.
Namun jika usia kehamilan masih kurang dari 34 minggu, langkah medis yang akan dilakukan dokter sebelum memutuskan terminasi kehamilan dilakukan, meliputi:
Tirah baring (bed rest) dan perawatan di rumah sakit agar kesehatan ibu dan janin dapat terpantau dengan baik.
Transfusi darah, dalam hal ini transfusi trombosit, untuk pasien sindrom HELLP dengan jumlah trombosit yang terlalu rendah dan berisiko menimbulkan perdarahan.