Bidan Kita

Home Blog Page 49

Lahir Nyaman Berkat Semangat GBUS

0

Kisah persalinan yang unik dan indah lainnyapun terjadi lagi.

Saya sangat bersyukur dan terimakasih sekali karena di ijinkan dan dipercayai untuk menjadi bagian dari peristiwa besar dalam kehidupan.

adalah Bunda Shanti dan Pak Kuncoro, pasangan seru yang menginginkan untuk mendapatkan pengalaman positif saat persalinan. yang rela dari Kota metropolitan Jakarta “ngungsi” ke Klaten untuk mengikuti kelas hypnobirthing for Gentle Birth demi mempersiapkan proses persalinan yang terindah, yang Akhirnya stay di Jogja di minggu-minggu terakhir kehamilan, hingga saat kontraksi dan sudah ngeflek, masih ikut KOPDAR (Kopi Darat) Group Gentle Birth Untuk Semua yang saat itu diselenggarakan di Jogja.

berbekal semangat dan dukungan doa dari saudara-saudara di GBUS, akhirnya bisa bersalin dengan lancar dan nyaman 😉

berikut ini cerita nya, semoga menginspirasi:

TATA ku lahir diiringi doa dan semangat dari keluarga besar GBUS By Shanti Dwi Jaya Ningsih in Gentle Birth Untuk Semua (Files) ·  Setelah beberapa waktu cuma ingak inguk di group, sekarang mau berbagi kisah kelahiran Putri pertama kami yang kami beri nama ‘Pramushita Dahayu Widagdo’ yang memiliki arti seorang perempuan ayu yang berhati lapang dan tangguh. Aamiin….

 

Saat usia kehamilan 35minggu, saya dan suami berangkat menggunakan kereta dari Karawang menuju Semarang (sebenarnya tujuan kami Jogja tp karena dr Karawang hanya ada ke Semarang jadilah kami ke Semarang dulu). Perjalanan malam itu benar2 membuat saya sangat amat tidak nyaman dengan perut sebesar itu. Ternyata label executive tidak menjamin, keretanya jalan mundur, joknya keras, panas lagi dan yang lebih parah mau jalan dan berhenti tidak spt kereta executive dr Jakarta.. kasar sekali. Sampai di Semarang saya lanjut 3jam perjalanan menggunakan travel ke Boyolali. Bermalam disana dan paginya berangkat ke Klaten utk mengikuti kelas. Saya booking hari tgl 15 Juli sudah dari awal Juni, bolak balik tlp berharap supaya tgl tsb kosong karena saya mengambil kelas yang sehari.

 

Yup,sampai di Bidan Kita kami disambut hangat. Dan yang membuat saya kagum adl ibu saya boleh mengikuti kelas tsb (padahal bayare cuma utk 2 orang,hehehe). Jadilah kami ber3, saya-suami dan ibu mertua. Daripada saya dan suami, ibu yang paling banyak nanyanya (Alhamdulillah saya boleh lahiran di Klaten walaupun jauh *peluk mb Yesie yg sabar ngejelasin*). Saat mb Yesie mau ngajarin Pijat Perrineum pas di VT keluar darah. Waaaa saya langsung panik sepanik paniknya. Untung ibu udah pulang duluan jadi ga liat sesi ini. Badan saya langsung menggigil kedinginan tapi keringet keluar terus. Saya coba ditenangkan, diajari tarik nafas, diberi minum sampe kaki saya dipijat. Tetep aja kaki saya gemeteran terus,akhirnya saya direlaksasi. Bangun2 saya lumayan tenang.

 

5minggu menuju HPL saya mencoba merilekskan tubuh agar semua baik dan pendarahan berhenti. Ya,,kepanikan itu hanya 3hari menghantui saya. Suami di Karawang dan saya pulang ke rumah ibu saya di Jogja, perasaan jauh dr suami itulah yg kadang2 membuat saya kadang tak bisa mengontrol emosi..

Cara berkomunikasi dengan spirit janin

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkomunikasi dengan janin yang masih berada dalam kandungan Anda. salah satunya dnegan cara relaksasi, dan Latihan relaksasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan spirit janin oleh Walter disebut sebutan “A Mother’s Healing Touch” karena latihan ini membuat ibu menghayati pada level spirit untuk menyentuh dan membuat nyaman spirit sang buah hatinya spirit janin. Hal ini menguatkan ikatan antara ibu dan “spirit janin” serta membantu system energi mereka yang mendukung kehamilan sampai cukup bulan (aterm).

Berikut ini langkah-langkah dari A Mother’s Healing Touch

Duduklah di kursi yang nyaman dengan tulang belakang lurus dan telapak kaki rata pada lantai.

Relakskan seluruh tubuh mulai dari puncak kepala sampai telapak kaki.

Singaraja – Klaten Demi Gentle Birth

0

agung singaraja1

Proses persalinan itu ketika semua disiapkan dengan baik dan matang pasti akan Indah hasilnya.

Ibarat orang hendak ujian kelulusan, ketika dia menginginkan untuk mendapatkan nilai bagus bahkan cumlaude, ada banyak hal yang harus dikerjakan dan Pe eR yang harus dikerjakan tuk siapkan diri hadapi ujian dengan mudah sehingga nilai Cumlaude pun bisa di dapatkan.

Jauh-jauh dari Singaraja Bali, Bunda Agung rela memboyong seluruh keluarganya untuk melahirkan di Klaten, berharap untuk mendapatkan proses persalinan yang nyaman.

Saya pribadi mengucapkan banyak sekali terimakasih, telah di ijinkan menjadi bagian dari peristiwa besar ini.

nah berikut ini testimoni Bunda Agung, akan proses persalinannya, semoga menginspirasi

thE journey of attas’monday by Agung Nur Rakhmawati on Monday, August 13, 2012 at 3:18pm ·

Waktu itu usia kakak 15 m, terbersit di benaku untuk planing hamil. Hal itu aku kemukakan kepada suami. Ketika kakak berusia 16 m,pada suatu petang,aku merasakan perut mulas sekali yang kemudian diikuti muntah hebat. Karena kondisi badan yg lemas,muntah tak berhenti, akupun dirujuk ke rs. Dan harus menjalani opname 2 hari. Gastritis.Penyebabnya adalah asam lambung yang naik,mgk pengaruh mangga muda yang aku makan pada siang harinya.

Sepulang dari rs,dari teman-teman yg menjenguk,aku disarankan untuk testpack. Tapi tidak langsung aku iyakan.

Baru setelah telat haid beberapa hari,aku penasaran, apa Îγα™benar aku hamil. Dan syukur الْحَمْدُ للّهِ رَبّالْعَالَمِي muncul strip 2 di testpack.

Bersyukur sekali aku sudah nyemplung di forum GBUS, sehingga kehamilan kedua ini aku jalani dengan relaks dan bahagia. Banyak sekali hal baru tentang kehamilan dan persalinan. Bahwa bagaimana persalinan itu tidaklah menyakitkan. Bahwa kenyamanan merupakan hak tidak hanya bagi ibu namun nyaman bagi bayi. Sudah 40 w bayi merasa nyaman di kandungan, sudah menjadi hak bayi untuk bisa lahir dengan nyaman dan lembut. Satu per satu aku pelajari. Beruntung sekali lewat media internet semua bisa diakses.

Sejak awal kehamilan aku mulai menjaga asupan gizi dengan makanan seimbang, menjaga olah tubuh dengan jalan ‘napak bumi’ dan yoga juga menyediakan sedikit waktu berjemur di bawah sinar matahari pagi, menjaga olah pikiran dng relaksasi. Meski tidak rutin tiap hari, tapi aku merasakan ketenangan dan kenyamanan yang jauh berbeda dengan kehamilan pertama. Alhamdulillah kehamilanku sehat dan aku masih bisa tandem nursing untuk kakak hingga 2 tahun.

Memasuki uk 5m, aku dan suami mulai menyusun birthplan. Betapa aku ingin anaku bisa melahirkan secara gentlebirth, didampingi orang-orang yang lembut dan tenang. Dan tempat tujuan pertama adalah di bidankita,klaten.

Suami pun setuju,tapi kemudian ada rasa bimbang meninggalkan suami sendiri dalam masa penantian hari lahir terlebih bertepatan momen puasa. Akupun mencoba berkomunikasi via email dng owner bidankita. Oleh beliau aku disarankan untuk ke Ibu robin atau BrendaLynn atau dr.Hariyasa. Mengingat sebenarnya Gb awal berkembang di Indonesia adalah di pulau dewata. Merasa sepertinya tidak berjodoh dengan mb yesie,akupun mencoba menghubungi brenda dan dr.hariyasa. Mereka berdua sangat welcome untuk menyambut kelahiran anak keduaku. Mereka paham dengan gentlebirth, namun kendala jarak dimana berada di Denpasar, yang artinya perjalanan yang akan kutempuh sekitar 2,5-3 jam.

Seiring perjalanan memantapkan hati, akupun dipertemukan dng dr.putra sedana. Kami memanfaatkan momen konsul untuk berdiskusi. Dan aku merasa mendapat jawaban,oh mungkin jodohnya dedek lahir dng dr.putra sedana, yang kebetulan berada satu kota denganku.

 

Namun sepertinya sudah jalanya mau lahiran di klaten. Pada suatu waktu konsul ketika sebuah diskusi berkenaan induksi, aku merasa kurang sreg dengan opini dari dokter. Aku percaya bayi punya waktu lahir sendiri, dan ketika ibu harus disuntik induksi supaya terjadi kontraksi menurutku itu sama saja memaksa bayi lahir sebelum waktunya. Dan aku tidak mau nanti aku ditangani dokter yang belum menerapkan persalinan yang pro GB. Siapkah aku menghadapi persalinanku dng dokter yg belum pro GB. Aku belum siap, menerima resiko bila ada masalah dengan proses persalinan yang akhirnya nanti akan mendapat intervensi medis yang tidak perlu. Kembali aku konek ke mb yesie.

Lewat email kami berkomunikasi. Nampaknya kembali ke rencana awal untuk melahirkan di klaten.

 

Padahal dapat iming-iming dari suami,ipad,kalau aku melahirkan di singaraja.

 

Menjelang cuti melahirkan, bertepatan dengan musim liburan, tiket pun belum ditangan. Kami masih bimbang untuk menggunakan transportasi apa, mengingat jika pesawat dengan 4 orang lumayan akan menguras dana cukup besar. Jika jalan darat, penyeberangan dan perjalanan akan ditempuh dlm waktu yang lebih lama.

 

Namun ternyata jika semua dipasrahkan, alam semesta ini akan turut membantu. Ada saja jalan kemudahan, yang pada akhirnya kami pun sudah sampai di jogja dengan jalan darat dengan lancar.

Agenda awal sesampai di jogja adalah konsul ke bidankita. Rasanya deg-degan luar biasa mau bertemu calon pendamping persalinanku. Seperti mau bertemu pacar saja..he..

 

Sabtu, 14 Juli jam 15.00

Ternyata penundaan penjepitan & pemotongan Tali pusat dapat melindungi bayi dari trauma

membahas lagi tentang Delayed umbilical cord. atau penundaan pengekleman maupun pemotongan tali pusat, dalam artikel ini akan saya suguhkan beberapa hal tentang bagaimana pentingnya penundaan pemotongan tali pusat serta penundaan segala macam intervensi pada bayi baru lahir.

semoga bermanfaat:

Penjepitan & pemotongan Tali pusat segera setelah bayi di lahirkan bisa sangat traumatis lho?!

https://www.youtube.com/watch?v=UTsBG09WKAY

Studi menunjukkan bahwa Penjepitan & pemotongan Tali pusat segera setelah bayi di lahirkan dapat menyebabkan:

  1. Kehilangan darah secara signifikan pada bayi (kehilangan 15 sampai 30%, dan sampai dengan 40% -50% dalam kasus yang ekstrim seperti gawat janin dan kompresi tali pusat sebelum menjepit) (1)
  2. hilangnya sel darah merah (hingga 50%) (2)
  3. hilangnya sel induk (2)
  4. kehilangan dukungan dari peredaran plasenta, untuk menerima oksigen dan mentransfer akumulasi asam, sebelum paru-paru berfungsi secara memadai (3)
  5. anemia dan kekurangan zat besi (4)
  6. gangguan dalam kemampuan membersihkan cairan dari paru-paru (2)

(Bagian ini penting, karena penyedotan cairan pada paru dengan mesin suction bertekanan tinggi dapat traumatis bagi bayi Anda)

Banyak orang percaya bahwa semua bayi memerlukan penyedotan lendir saat lahir dan ternyata kebutuhan akan tindakan ini sebagian disebabkan oleh efek langsung dari penjepitan tali pusat. Hal ini karena kenaikan normal dalam volume darah dalam satu menit atau lebih setelah lahir (tanpa menjepit tali pusat) memiliki peran dalam masa transisi dari plasenta ke organ paru-paru bayi(2). Setelah bayi lahir, pembuluh darah dalam kantung udara dari paru-paru diisi untuk pertama kalinya. sampai saat ini masih banyak sekali praktisi (bidan & dokter) yang melakukan penyedotan cairan (Suction) ini secara rutin kepada semua bayi baru lahir (normal maupun SC)

Jadi segera setelah bayi lahir, tali pusatnya segera di jepit dan di potong kemudian sang bayi dipisahkan dari ibunya untuk dilakukan penyedotan lendir pada saluran nafasnya di meja tindakan.

Alasan dari tindakan penyedotan ini antara lain untuk membebaskan paru-paru dari cairan (lendir dan sisa air ketuban). Padahal pada pada proses persalinan normal, ketika dada bayi melewati jalan lahir, maka paru-paru otomatis ter “compress” atau tertekan sehingga cairan yang ada di paru keluar. Nah ketika tali pusat tidak di jepit atau di potong maka “masa transisi” dari pernafasan intra plasental (ketika bayi masih didalam rahim) menjadi pernafasan paru-paru menjadi lebih “smooth” karena dengan tidak menjepit & memotong tali pusat maka pasokan oksigen ke bayi masih tetap banyak dan tercukupi. Jadi ketika paru sudah siap untuk mengisi rongganya dengan oksigen, maka masa transisi itu berlangsung dengan baik.

Namun ketika bayi di lakukan penyedotan lendir secara otomatis terjadi “syok” pada bayi karena dia di “paksa” untuk menghirup nafas secara serta merta.

Studi yang telah meneliti praktek ini dan ternyata hasil yang didapatkan adalah tidak menemukan perbedaan dalam fungsi paru-paru antara kelompok bayi yang disedot dibandingkan kelompok tidak disedot (2). Sebaliknya, studi menemukan risiko yang terkait tindakan penyedotan lendir dengan bradikardia (denyut jantung melambat) dan gangguan irama jantung (2). Suction juga dapat menyakitkan dan mengganggu proses menghisap saat menyusu (sucking). (6)

Pengalaman penjepitan dan pemotongan tali pusat dan penyedotan untuk bayi seringkali membuat Bayi menangis tanpa henti selama lebih dari 8 menit ketika sedang disedot, disuntik, dan diukur suhu tubuhnya pada dubur – dengan tidak ada usaha untuk menenangkan atau menghibur bayi baru lahir yang sedang bingung.

Bagaimana menghindari trauma Untuk melindungi bayi Anda dari trauma yang tidak perlu, tolong komunikasikan tentang prosedur penanganan bayi baru lahir seperti ini kepada provider (RS,RB, BPS) anda.

Beberapa hal yang bisa Anda “tawar/negosiasikan” adalah:

1. Tunda pengekleman dan pemotongan tali pusat, karena itu dirancang untuk masa transisi dari sirkulasi plasenta ke sirkulasi paru-paru (5), tak perlu mengeklem tali pusat, tak perlu melakukan penyedotan lendir pada saluran nafas bayi baru lahir dengan menggunakan mesin suction bertekanan tinggi, apabila kita melihat bayi sudah bernafas dan menangis, cukup bersihkan dengan kassa setril di mulut dan hidungnya ketika kita lihat ada cairan di sana, atau sedot dengan bubble scringe saja). Anda boleh mengeringkan tubuh bayi tapi tidak perlu menggosok tubuhnya dengan handuk dengan gosokan yang kuat, cukup selimuti saja lalu biarkan kulitnya menempel dengan kulit ibu (Skin to skin), jangan pernah memisahkan ibu dengan bayinya yang baru lahir.

Ketika Ada Lilitan Tali Pusat Dalam Persalinan

Artikel ini berbagi informasi tentang praktik umum yang dilakukan ketika terjadi lilitan tali pusat selama tahap kedua persalinan, dan memotong tali pusat ternyata merupakan – intervensi yang tidak berdasarkan bukti dan dapat menyebabkan trauma kelahiran.

Penting untuk Anda ketahui tentang ‘manajemen’ lilitan tali pusat dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi proses kelahiran mereka. Harapan saya ini dapat membantu Anda untuk membuat perencanaan kelahiran, mendorong untuk mau berdiskusi dengan penyedia layanan persalinan, dan membantu untuk menghindari cedera iatrogenik.

LILITAN TALI PUSAT Lilitan tali pusat adalah ketika tali pusat adalah ketika tali pusat ‘melingkar’ di sekitar leher bayi. Kebanyakan Lilitan tali pusat adalah kumparan tunggal dan longgar.

Kurang ketat dan jarang yang lilitannya ganda atau multiple (1,2,3). Berbagai penelitian telah menunjukkan Lilitan tali pusat terjadi: dalam 10% – 37% dari semua kelahiran; lebih sering pada bayi laki-laki; selama kehamilan atau persalinan; lebih sering terjadi pada kehamilan yang lewat waktu (1,2,3,4).

Lilitan Tali Pusat JARANG MENYEBABKAN MASALAH Lilitan Tali Pusat jarang ditemukan menjadi penyebab dari hasil yang kurang menguntungkan dalam studi kehamilan dan kelahiran. Beberapa penulis telah menyimpulkan Lilitan Tali Pusat “biasanya tidak membahayakan” (5,6,7).

Beberapa studi telah dikaitkan antara Lilitan Tali Pusat dengan variabel peningkatan deselerasi denyut jantung janin selama persalinan, dan Lilitan Tali Pusat ketat untuk proporsi yang lebih tinggi dari gawat janin dan Apgar skor yang rendah.

(3,4,8) Namun, dalam studi retrospektif definisi Lilitan Tali Pusat ketat adalah ketika mereka ‘dijepit dan dipotong sebelum kelahiran bahu’ – karena morbiditas jangka pendek yang lebih banyak disebabkan oleh intervensi daripada akibat Lilitan Tali Pusat (3).

(Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Lilitan Tali Pusat, bagaimana bayi bisa lahir dan dengan Lilitan Tali Pusat longgar / ketat / multiple, dan mengapa sebanarnya Lilitan Tali Pusat tidak “pas” jika di kaitkan dengan masalah yang kurang menguntungkan bisa di baca dan di pahami dari artikel luarnegeri ini: http://midwifethinking.com/2010/07/29/nuchal-cords/ dimana Lilitan Tali Pusat sering menjadi “kambing Hitam” dalam masalah seputar kelahiran dan persalinan RITUAL DAN RUTINITAS Banyak praktisi (bidan/dokter) dilatih untuk rutin ‘memeriksa’ untuk Lilitan Tali Pusat selama tahap kedua persalinan, dan jika ada, intervensi lebih lanjut dengan menarik untuk dan melonggarkan lilitan, atau melakukan penjepitan dan pemotongan.

Textbook rekomendasi bagi bidan/dokter untuk campur tangan dalam kasus Lilitan Tali Pusat (untuk kelahiran normal dan darurat) didasarkan pada literatur medis yang belum terevaluasi dan referensi bukti ilmiah yang kurang (1). Ritual atau tatalaksasna yang dianjurkan dalam buku teks medis:

Untuk melakukan pemeriksaan di vagina setelah kepala bayi lahir, untuk merasakan dan memeriksa kabel nuchal.(**dengan menyelipkan 2 jari ke sela leher kepala dan vagina)

Untuk menarik dan melonggarkan tali pusat yang melilit leher dan melepaskan lilitannya dengan melewati kepala bayi sebelum ‘kelahiran’ dari bahu, jika Lilitan Tali Pusat nya longgar.

Untuk mencoba untuk melonggarkan Lilitan Tali Pusat atau menjepit dan memotong tali pusat sebelum * ‘kelahiran’ dari bahu, jika Lilitan Tali Pusat nya ketat.

* Namun ternyata Beberapa buku menggambarkan dengan menggunakan manuver Somersault akan lebih baik hasilnya. (tentang manuver ini akan dibahas di akhir artikel, so STAY TUNE!)

Sementara literatur medis dari tahun 1840-an dan seterusnya berisi saran peringatan tentang “campur tangan” bidan dan dokter pada Lilitan Tali Pusat (1). melakukan pemeriksaan, melonggarkan atau memotong Lilitan Tali Pusat adalah tidak perlu dan dapat memiliki konsekuensi serius bagi bayi.

Anda sebagai klien dan praktisi harus menyadari intervensi ini biasanya dilakukan tanpa persetujuan dan bertentangan dengan model perawatan kebidanan (1,2,9). PEMERIKSAAN VAGINAL UNTUK PERIKSA Lilitan Tali Pusat Sebuah pemeriksaan vagina untuk memeriksa kabel nuchal terjadi pada tahap yang rentan bagi seorang wanita, ketika kepala bayi baru saja lahir.

Dalam kebanyakan kasus, wanita tidak siap untuk hal ini dan tidak memberikan informed consent (10,11). pemeriksaan vagina bisa menyakitkan bagi klien, tetapi lebih dari itu setelah melahirkan kepala mungkin telah menyebabkan rasa sakit dan trauma pada perineum.

Memeriksa Lilitan Tali Pusat juga dapat mengganggu proses kelahiran, menyebabkan stres yang tidak perlu, dan menggeser fokus wanita/ibu bersalin akibat intervensi yang dilakukan (1,2).

Tidak ada bukti ilmiah yang baik a untuk mendukung praktek rutin memeriksa Lilitan Tali Pusat, namun itu adalah intervensi medis secara umum atau yang dilakukan secara umum pada proses persalinan (9).

Bahkan sejak menjadi Siswa-pun saya juga dilatih untuk memeriksa Lilitan Tali Pusat, segera begitu kepala bayi lahir dan bahkan sebelum kepala bayi melakukan putaran paksi luar. lalu bagaimana seharusnya?

Saran:

1. Bicaralah dengan orang tua sebelum kelahiran tentang kemungkinan adanya lilitan tali pusat

2. Selama kelahiran TAK PERLU MELAKUKAN APA_APA / DO NOTHING

3. JIKA ada lilitan tali pusat dan in menyebabkan bahu dan badan bayi susah atau kesulitan turun dan lahir setelah kepala lahir (sangat jarang) menggunakan ‘teknik Koprol’ (Schorn & Blanco 1991) – lihat di artikel paling bawah.

4. Setelah tubuh bayi lahir seluruhnya, membuka lilitan (keluarga ibu / dapat melakukan hal ini).

5. Jika kondisi bayi kurang bagus (pucat) saat lahir, dorong orang tua untuk berbicara dengan bayi mereka sementara biarkan sirkulasi plasenta membantu mengembalikan volume darah normal dan oksigen untuk bayi (jangan memotong tali pusat bayi untuk resusitasi).

Menarik dan Melonggarkan Lilitan Tali Pusat Menarik dan melonggarkan lalu melepaskan Lilitan Tali Pusat di leher bayi selama proses kelahiran adalah intervensi kelahiran umum (12). Sama seperti memeriksa Lilitan Tali Pusat, tidak didasarkan pada bukti dan ada semakin banyak bukti bahwa menarik Lilitan Tali Pusat tersebut dapat membahayakan (4).

Misalnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa “penanganan” pada lilitan tali pusat entah itu menarik, melonggarkan maupun melepaskan, ternyata dapat merangsang arteri umbilikalis untuk melakukan vasoconstrict (mengurangi aliran darah) (13). Menarik lilitan tali pusat juga menciptakan ketegangan yang bisa menyebabkan resiko terjadinya robekan pada tali pusat dan “pendarahan neonatal berikutnya” (6).

Sebuah penelitian di Australia telah menemukan bahwa bidan dari Amerika Serikat, Australia, Irlandia, Selandia Baru dan Inggris merasa bahwa mereka melaksanakan intervensi yang telah diajarkan selama pelatihan mereka: untuk menjepit dan memotong tali pusat, jika ada lilitan” (2 , 9).

Dan ini pun terjadi di sebagian besar bahkan hampir semua bidan dan dokter di Indonesia dimana Dokter meminta ibu untuk berhenti mengejan lalu dokter atau bidan menarik tali pusat yang melilit untuk di longgarkan lalu melepaskan.

Cara membuat minuman Elektrolit penguat Energi

0

minum

Duh bubidan, ketuban saya pecah!!!

Apa yang harus saya lakukan? Padahal baru pembukaan 4 cm? Dokter dan bidan menyuruh saya untuk bedrest tetapi ketubannya ngalir terus, katanya ketuban bisa habis! Dan kalau habis, saya harus di SC! Saya takut SC bubid, tolong saya….

Itu lah inbok dari bunda SM dari tangerang dua hari yang lalu. Saat itu saran saya adalah stay rileks dan rehidrate!

Karena hanya dengan rileks maka otot rahim dapat bekerja dengan maksimal dan sempurna, dan hanya dengan merehidrasi maka ketuban akan tetap terjaga dengan baik.

 

Bayi Mempunyai “Waktu” sendiri tuk di lahirkan

Atha 1

Masih seputar Hari perkiraan lahir yang sudah lewat, Kebetulan ada sharing lagi yang semoga saja bisa menguatkan para Bunda PEMBACA WEBSITE  ini.

Ini adalah sharring -nya bunda Atha yang saya copy paste disini, dan saya akan berikan sedikit tambahan:

Ceritaku, Mars, dan Venus

by Athanasia Marlina on Thursday, August 2, 2012 at 1:44am ·

 

Tak tahan rasanya ingin segera berbagi cerita ini.

Ya, akhirnya setelah penantian dan harapan yang cukup panjang, Mars, putraku yang ke-2 lahir gentlebirth waterbirth di usia kandunganku hampir lebih dari 42 minggu.

Pergulatan dan kecemasan di hari-hari kehamilanku yg melewati HPL tidak bisa dihindari, mungkin juga sama dengan para bunda yg pernah atau sedang mengalami hal ya sama.

Makin gelisah karena masa “liburan” sang suami yang hampir habis. (kebetulan suami Mbak Atha bekerja di sebuah TV swasta di Brunai Darussalam)

 

Jauh-jauh hari afirmasi2 positif sudah selalu di”aminkan”. Senam, yoga, relaksasi hypobirthing di kelas, di rumah juga sudah rutin dilakukan.

Ya, gentlebirth waterbirth adalah cita-cita kami untuk kelahiran putra kami yang ke-2. Beruntung, Tuhan mempertemukan kami dengan mba Yesie, apalagi lokasi praktek Bidan Kita yang tidak jauh dari Jogja.

 

Makin sering baca status2 Bidan Kita, kisah-kisah gentlebirth para bunda, makin ga sabar menanti “gelombang cinta” di rahimku itu datang.

Beberapa kali kontrol dan komunikasi dengan Mba Yesie, membuatku tetap semangat dan positif kalau Mars punya waktunya sendiri untuk lahir ke dunia. Ya, semakin santai karena kondisi kandungan semua normal, sehat dan baik-baik saja.

 

Aargh..tapi kok tetap saja cemas, apalagi saat kehamilan sudah masuk di minggu 42, tanda-tanda persalinan juga belum ada. Rilleks, rileks..seperti yg selalu disarankan mba Yesie, bahkan kami (aku dan suami) rasanya sudah cukup banyak menghabiskan waktu untuk “pacaran” lagi demi mencapai “rileks yg benar-benar rileks”  sampai-sampai aku pun cukup lama “cuti” untuk tidak terlalu dekat dengan Venus (anak kami yg pertama), ya,  terutama keluarga dan suami yg sering mengingatkan karena kuatir “kerepotanku” bersama Venus mengurangi kondisi rileksku.

Segala macam induksi alami sudah dilakukan, mulai dari jus nanas sampai dengan 2 kali akupuntur di Bidan Kita.(Akupunktur biasanya saya Anjurkan ke para ibu yang HPL-nya sudah Lewat, sebagai salah satu cara Induksi Alami, akupunktur ini juga akan membantu “balancing” energi Anda)

 

Akhirnya sampai dengan jadwal akupuntur yg ke-3, sengaja aku dan suami naik motor ke Klaten, dimana sebelumnya semenjak hamil oleh suami motor adalah hal paling terlarang untuk dilakukan. Yihaaa..akhirnya bisa juga menikmati bonceng suami naik sepeda motor saat hamil (peace ya pap! ;). Ini juga gara-gara demi menuruti kepengenan bumil dengan alasan biar cepet keluar babynya, hehehe…

 

Senin, 23/07/12

Oke, setelah diakupuntur yg ke-3 ini, mba Yesie menyempatkan waktu untuk merelaksasi kami berdua. Fiuuhhh… sepertinya memang ada sesuatu yang membuatku kurang benar2 rileks selama ini…

Dan…tertumpah juga akhirnya apa yang membuatku tidak bisa sepenuhnya rileks; bukan karena panik liburan suami hampir habis, bukan karena takut sakit.. tapi ternyata aku sangat merindukan Venus…, yaa..aku tidak mampu menahan air mata, aku memang benar2 kangen Venus, dengan segala “kerepotannya”…amazing, langsung plong rasanya, setelah terungkap apa yg benar2 aku inginkan di depan mba Yesie dan suami.

(saat kami meditasi ber-4 saya, mbak Ata, mas Artha, dan si baby, tiba-tiba dengar celetukan si baby yang bilang “Tante aku kangen kakak”)

Apa yang harus Anda ketahui untuk Mencegah perdarahan postpartum secara alami?

0

“Melahirkan sangat berhubungan dengan peristiwa kehilangan darah atau perdarahan. Dan perdarahan akibat proses melahirkan adalah merupakan suatu hal yang sangat berpotensi berbahaya. Bahkan hingga saat ini perdarahan setelah melahirkan atau perdarahan post partum merupakan penyebab terbanyak dari kematian ibu di seluruh dunia, apalagi di Indonesia”

 

Untungnya, saat ini di Indonesia perawatan bersalin lebih mudah diakses, sehingga perdarahan postpartum yang terjadi tidak fatal. Tapi peristiwa perdarahan ini sangatlah sering terjadi, terlepas dari di mana Anda melahirkan.

 

 

Nah penting bagi Anda sebagai klien untuk mengetahui tentang apa dan bagaimana mencegah terjadinya peredarahan postpartum.

Siapa yang paling berisiko mengalami perdarahan postpartum segera setelah melahirkan?

1. Wanita dengan hipertensi kehamilan yang diinduksi

2. Wanita yang mengalami Kala dua lama atau berkepanjangan

3. Wanita yang diinduksi atau di pacu persalinannya

4. Wanita yang bayinya di lahirkan melalui ekstraksi vakum

5. Wanita dengan bayi yang besar atau lebih besar dari usia kehamilannya

(Sumber: Obstetric risk factors and outcome of pregnancies complicated with early postpartum hemorrhage: A population-based study)

Alasan paling umum dari penyebab perdarahan postpartum adalah adanya”atonia uteri,” atau kegagalan rahim untuk berkontraksi secara normal setelah kelahiran bayi / atau plasenta. Kemungkinan penyebab atonia uteri meliputi:

1. Rahim yang terlalu besar (karena kehamilan ganda, janin terlalu besar, cairan ketuban berlebih)

2. Rahim yang terlalu lelah (akibat induksi / augmentasi atau persalinan lama, infeksi, penggunaan obat-rahim “tokolitik” yang digunakan untuk menghentikan persalinan atau persalinan prematur-seperti magnesium atau kalsium channel blockers)

Birth Trauma- Sistem Limbic dan kondisi mental

art-limbic2-300x161

#gambar diambil dari : http://www.joearrigo.com/2013/01/17/belief-systems/

Mengapa saya tertarik mendalami dan menyebarkan Gentle Birth?

Begini awal mulanya:

Hypnobirthinglah yang menuntun saya untuk mengenal Gentle Birth dan mengerti serta memahami tentang birth trauma.

Saat itu saya dan bu Lanny Kuswandi (Founder Hypnobirthing Indonesia) mengikuti pelatihan Birth into being di Singapore bersama Ellena Tonetti V seorang praktisi Gentle Birth dari Rusia, muridnya Igor Charkovsky yang mempopulerkan Waterbirth di dunia.

Berawal dari pelatihan itulah saya mulai semakin terbuka dan semakin menyadari bahwa proses persalinan dan kelahiran adalah moment yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang mampu membentuk dan menentukan seseorang menjadi siapa , apa dan bagaimana.

 

Mengapa penting bagi kita untuk memahami pentingnya sehat, bahagia selama masa kehamilan dan kelahiran/persalinan ? Mengapa penting untuk melakukan segala upaya untuk menghilangkan trauma lahir dari ruang bersalin? Apakah itu mempengaruhi kita ? Bagaimana ?

Bayi baru lahir sangat sensitif terhadap apa yang terjadi selama, saat dan setelah proses kelahirannya. Dan pada kenyataannya , lebih sensitif daripada yang ia pernah dan akan di alami selama hidup.

Dua puluh lima tahun penelitian di bidang psikologi pralahir menunjukkan hubungan langsung antara cara kita lahir dan bawah sadar terhadap pola-pola perilaku dan emosional dalam kehidupan ketika dewasa nanti . Hal ini disebabkan mekanisme yang disebut ” limbik imprint ”

Apa itu limbik imprint?

Baiklah. Saya akan mencoba untuk memberikan ilustrasi pada Anda.

Suami saya paling hobi untuk mengutak atik sesuatu apalagi televisi baru. Kamera ataupun komputer. Nah sekarang bayangkan jika ketika suami saya mengatur / mensetting TV pada kondisi “cerah maksimum” maka sejak itu apapun yang ditampilkan di layar TV tersebut gambarnya sangatlah cerah. Atau jika settingnya diubah menjadi “biru maksimum” maka gambar apapun yang ditampilkan di TV itu akan berwarna biru.

Nah itulah mekanisme yang tepat yang terjadi pada semua mamalia. Dan itu yang disebut limbic imprint yang sama dan digunakan selama ribuan tahun untuk melatih hewan untuk melayani manusia seperti : kuda, gajah, unta, beruang sirkus . Misalnya begini, seekor bayi gajah secara rutin diikat di halaman menggunakan rantai dan dikaitkan pada tongkat kecil yang di tancapkan di tanah. Di awal-awal, bayi gajah itu akan mengamuk menggunakan seluruh kekuatannya selama beberapa hari namun kemudian berhenti dan diam, tidak mengamuk lagi. Lalu Ketika ia tumbuh dan memiliki cukup kekuatan untuk menarik tongkat ini keluar, maka hal itu tidak terjadi . Dia bahkan tidak pernah mencoba untuk menarik rantainya agar terlepas dari tongkat tersebut. Artinya bahwa karena sejak awal kehidupan sejak gajah tersebut kecil, dia sudah di ajarkan dan merekam info bahwa dia tidak mampu berontak atau lepas dari rantai dan tongkat, maka ketika dia tumbuh dewasa dan mempunyai kemampuan untuk lepas dari tongkat itupun, si gajah ini dalam pikirannya tetap saja merasa bahwa dia tidak mampu walaupun sebenarnya dia mampu.

Untuk lebih memahami istilah ” limbic imprint ” mari kita lihat struktur dasar otak kita . Di ujung dari sumsum tulang belakang ada segmen yang disebut otak reptil, dimana ini bertanggung jawab murni untuk fungsi fisiologis tubuh. Itulah bagian dari otak yang masih tetap melakukan tugas fungsional ketika seseorang berada dalam keadaan koma, artinya ketika seorang wanita dalam kondisi koma/pasif – fungsi fisiologi dasar tubuh masih berlangsung, wanita tersebut bahkan tetap menstruasi dan dapat melanjutkan kehamilan jika mereka hamil saat koma tersebut.

JANGAN BURU-BURU DI POTONG TALI PUSATNYA YA!

0

Jika penolong persalinan Anda sudah mengenal tentang penundaan pemotongan tali pusat, maka meminta seberapa lama menunda pemotongan tali pusat rasanya kemungkinan akan lebih mudah di negosiasikan. Namun, terkadang Anda juga harus berjuang untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan. Mungkin saja ketika Anda mengajukan birthplan yaitu meminta penundaan pemotongan tali pusat maka jawaban kebanyakan provider adalah:

“untuk Apa bu? Setelah bayi lahir tuh talipusat dan plasenta itu sudah tak berguna lagi, dan itu sampah jadi harus segera di potong dan dibuang”

Namun apabila provider Anda sudah tahu dan mendukung penundaan pemotongan tali pusat, maka dia akan mengatakan bahwa tali pusar – yang menempel pada plasenta – masih memiliki fungsi yang sangat penting untuk memenuhi hak untuk bayi setelah lahir dan sampai 30 menit – atau bahkan lebih

Hal yang perlu Anda ketahui saat ini adalah, Setelah kelahiran bayi, plasenta dan tali pusat nya akan terus memompa darah selama 30 menit! Ini volume darah ekstra yang sangat penting bagi paru-paru bayi Anda untuk benar berkembang (penting sekali untuk masa transisi aliran oksigen intra uteri dan ekstra uteri). Anda lihat, tanpa volume darah tambah, tekanan darah bayi Anda akan berkurang dan ini berpotensi menyebabkan anemia, kerusakan otak, asfiksia, apnue dan serangan jantung.

penjelasan fisiologis proses pernafasan dari plasental ke paru-paru dapat dilihat dari kutipan artikel berikut ini: http://hcp.obgyn.net/fetal-monitoring/content/article/1760982/1911275.

Pada kondisi normal – fisiologis ketika bayi dilahirkan dia akan melakukan “resusitasi”itu sendiri secara spontan. Perubahan suhu yang drastis dari intra uteri ke ekstra uteri “memicu” refleks menangis dan akibat reflek ini, maka Sirkulasi janin “diaktifkan” dan dirubah menjadi sirkulasi manusia dewasa. Paru-paru dikembangkan, dan pembuluh pusar kemudian menutup. Namun, penjelasan ini sangat sederhana dan tidak lengkap. Beralihnya proses pernafasan dari plasenta ke paru-paru hanya sebagian dari keseluruhan proses perubahan yang drastis pada bayi baru lahir; beralih dari alimentation plasenta dan plasenta untuk ekskresi pencernaan bayi baru lahir ke organ ekskretoris juga merupakan bagian dari resusitasi “alami”. Untuk memulai dan membangun fungsi baru lahir dari paru-paru, usus, ginjal, dan sistem lainnya, termasuk otak, ini diperlukan perfusi yang terus menerus ke organ-organ; transfusi besar darah plasenta saat persalinan alami “mengaktifkan “semua sistem organ ini yang semula melalui plasenta (40% dari curah jantung janin) dialihkan ke organ-organ ini selama penutupan fisiologis pembuluh tali pusat. Penutupan pembuluh darah talipusat secara tiba-tiba dapat menghentikan pasokan glukosa dari plasenta ke otak (digunakan dalam respirasi aerobik dan anaerobik); hati (pusat glikogen) harus mulai menjaga kadar glukosa darah. Sebagian besar dari pasokan darah hati adalah dari pembuluh darah portal yang berasal darah dari arteri mesenterika. Jika usus (dan karenanya hati) perfusi nya tidak “deras,” hipoglikemia dapat menyebabkan kejang neonatal. kekurangan Perfusi pada hati juga dapat menjadi faktor dalam ekskresi bilirubin dan “fisiologis” penyakit kuning. Makanya inilah alasannya mengapa banyak sekali kasus jaundice pada bayi baru lahir yang dipotong talipusatnya segera setelah lahir!

Perfusi dari ginjal neonatal dengan tekanan darah yang cukup diperlukan untuk zat terlarut, elektrolit cairan ekskresi, dan pengaturan asam-basa setelah plasenta berhenti berfungsi. Selama tahap III persalinan sementara tali pusatl ini masih berdenyut, darah hangat dari plasenta masuk ke tubuh bayi baru lahir. Namun jika talipusat segera dipotong setelah bayi tersebut lahir, maka neonatus dituntut untuk melakukan pengaturan suhu tubuh secara tiba-tiba. saklar aliran darah ke dan dari epidermis membutuhkan jumlah darah yang lebih untuk mengatur kehilangan panas dan retensi panas. Inilah sebabnya mengapa bayi baru lahir yang dipotong segera tali pusatnya sangat berpotensial terjadi hypotermia (kedinginan).

Pada janin, sirkulasi paru-paru sangat minimal, namun setelah lahir, maka berubah menjadi sirkulasi seperti manusia dewasa, curah jantung mengalir melalui seluruh paru-paru. Sebagian besar dari transfusi plasenta digunakan dalam membangun aliran darah paru setelah lahir. Pada saat bayi baru lahir inilah, perfusi paru-paru mulai dari alveoli dan aerasi sebenarnya dimulai; tekanan koloid osmotik tinggi dari darah yang beredar dengan cepat menyerap cairan ketuban dari alveoli. Dan ini dapat memberikan oksigenasi ke paru sebelum upaya pernapasan otot paru terjadi. secara refleks , upaya pernafasan dikontrol melalui sistem saraf pusat; konsentrasi hipoksia dan peningkatan karbon dioksida adalah stimulan yang kuat untuk reseptor. agar refleks berfungsi, maka perfusi darah yang lebih banyak dari sirkuit refleks diperlukan.

Jadi, apa sebenarnya arti dari semua ini?

berikut ini manfaat penundaan penjepitan dan pemotongan talipusat:

1. tali pusat bayi Anda bertindak sebagai sistem pendukung kehidupan alami sampai semua sistem tubuhnya telah menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim.