Bidan Kita

Home Blog Page 48

Petunjuk &Tips agar berhasil VBAC

Saat pertama kali saya posting artikel tentang VBAC (Vaginal Birth After Caesarean) atau melahirkan normal setelah Operasi Sesar Sebelumnya, Saya bersyukur banyak sekali para ibu yang akhirnya semakin termotivasi untuk melakukan VBAC dan mau memberdayakan diri untuk mencapai “Goals” tersebut. Nah artikel berikut ini adalah beberapa petunjuk atau tips yang dapat membantu menghindari masalah dengan bekas luka di rahim saat proses persalinan, dan membantu mensukseskan “planning VBAC” Anda:

 

1. Jika memungkinkan, Tunggu setidaknya 9 bulan sebelum mencoba hamil lagi: penelitian menunjukkan kemungkinan terjadinya ruptura uteri akan meningkat ketika jarak persalinan kurang dari 18 bulan.

2. Hindari induksi persalinan, bila memungkinkan: Para ahli tidak setuju tentang beberapa alasan umum yang diberikan untuk induksi (misalnya, kehamilan telah melampaui 41 minggu), dan lain-lain tidak didukung oleh penelitian (misalnya, induksi untuk dugaan bayi besar). Karena induksi dapat meningkatkan risiko pecahnya bekas luka dan meningkatkan kemungkinan bahwa proses persalinan akan berakhir dengan SC kembali. Dalam banyak kasus, menunggu proses persalinan berjalan sealami mungkin merupakan pilihan paling aman.

3. Jika Anda mengalami induksi persalinan, hindari obat untuk pematangan serviks: Misoprostol, juga disebut prostaglandin E1, kandungan ini ditemukan di Cytotec, tampaknya menjadi pilihan paling berisiko dan sekarang dianggap kontra-indikasi (para ahli sepakat sebaiknya tidak digunakan) dalam VBAC.

4. Percaya pada Diri Sendiri:kunci dari keberhasilan VBAC adalah PeDe, beberapa pasien yang berhasil VBAC pun menyatakan bahwa mereka berniat untuk VBAC karena sesuatu dalam dirinya “tahu” bahwa dia bisa melakukannya. Percayalah Anda bisa melakukannya dan dan berarti Anda sudah 90% berhasil!

5. DUKUNGAN DUKUNGAN DUKUNGAN! Pilih pengasuh (bidan & dokter) Anda dengan bijak

6. Cari Rumah Sakit yang mendukung walaupun agak sulit untuk menemukan RS yang mendukung VBAC namun jangan langsung putus asa, berupayalah dahulu.

7. Jika Anda memiliki kenangan yang sangat traumatis di rumah sakit sebelumnya- sembuhkan trauma itu dulu, apapun traumanya, sembuhkan akar masalah dari trauma itu. mungkin Anda akanmempertimbangkan untuk melahirkan di rumah? Namun pastikan ada bidan atau dokter yang dapat mendampingi Anda untuk melakukan VBAC!

8. Ambillah kelas Gentle Birth Balance, minimal kelas Hypnobirthing: Kelas ini membantu saya untuk mempelajari teknik-teknik relaksasi dan meditasi positif. Ini benar-benar membantu Anda belajar tentang fokus pada pernapasan dan memahami aspek fisiologis sebenarnya untuk rasa sakit dan bagaimana memerangi rasa sakit membuat proses persalinan Anda lebih nyaman.

9. Jaga dirimu.Jaga pikiran Anda … meluangkan waktu, terutama selama trimester terakhir. Saya merekomendasikan kepada Anda untuk rajin melakukan yoga prenatal  untuk menyiapkan fisik dan mental menghadapi VBAC

10. Carilah Chiropractor ini akan membantu mengurangi keluhan-keluhan Anda dan menyelaraskan energi Anda.

11. Upayakan Posisi janin agar Optimal: Teori ini didasarkan pada rute termudah bayi mengeluarkan diri dari tubuh anda!  Hal ini sangat penting selama kehamilan, jaga posisi tubuh saat duduk, berdiri dan bersalin agar proses persalinannya lancar. Dan saya membahas nya dalam beberapa artikel di www.bidankita.com silahkan di baca untuk meningkatkan pengetahuan Anda.

12. Baca Kisah Inspiratif tentang keberhasilan VBAC, baik di dalam negeri maupun darluarnegeri karena ini benar-benar penting dan inspiratif! Mengetahui bahwa ada banyak wanita yang telah berhasil sebelum Anda Akan membuat Anda merasa dikuatkan dan termotivasi, selain itu ini bisa menjadi bahan pembelajaran Anda tentang apa yang telah mereka lakukan dan apasaja upaya mereka sehingga mereka berhasil melakukan VBAC.

13. Atur pola makan Anda, jangan sampai bayi Anda lebih besar dari anak sebelumnya, menciptakan kebiasaan pola makan yang sehat dan seimbang itu perlu sekali, untuk menciptakan “habit”. sehingga Anda tidak kelabakan ketika di suruh untuk diet.

14. Latihlah NAFAS Anda. Nafas adalah Kuncinya. ikuti kelas Gentle Birth Balance di Bidan Kita maka Anda akan di ajari banyak hal , KNOWLEDGE is POWER.

 

Apakah ada beberapa praktek/tindakan/perlakuan di lapangan yang digunakan dalam proses VBAC yang mungkin/harus menghindari?

1. larangan makan dan minum saat proses persalinan: rasa takut adalah bahwa jika ibu makan dan minum, maka seandainya nanti terjadi “sesuatu” yang mengharuskan ibu untuk segera di lakukan tindakan operasi dengan anestesi umum, maka dia mungkin bisa mendapatkan risiko infeksi serius oleh muntah dan menghirup muntahan ke dalam paru-parunya. Tapi bedah caesar jarang dilakukan dengan anestesi umum. Ketika anestesi umum digunakan, tabung dimasukkan untuk melindungi jalan napas. Jika staf rumah sakit enggan untuk mengizinkan makanan padat, kompromi kan untuk makan makanan cair yang dengan cepat diserap ke dalam aliran darah.

2. Pemasangan infus secara rutin: pemasangan infus tanpa indikasi yang jelas akan sangat merugikan Anda, karena secara otomatis ini akan membatasipergerakan Anda,jadi kompromikan hal ini dengan provider Anda.

 

Jika tujuan saya adalah VBAC, bagaimana saya bisa meningkatkan kemungkinan melahirkan melalui vagina?

Salah satu kuncinya adalah PILIH PROVIDER /Dokter yang PRO NORMAL dan Pro VBAC. Memang ini akan terasa rumit dan mungkin sulit menemukan provider yang benar-benar Pro VBAC, namun jangan putus Asa karena ketika Anda Niat dan berusaha untuk mencari pasti Alam semesta akan membantu. Optimis dan Positif adalah Modal utama.

 

Apa saja Ciri-ciri Provider yang pro VBAC:?

1. Dokter atau bidan tersebut harus percaya bahwa SETIAP Perempuan BISA Melahirkan Normal. Kecuali ada alasan kuat dan indikasi yang jelas bahwa dia tidak mampu melahirkan normal. Bahkan dalam kasus ini, provider harus menghormati hak perempuan untuk membuat keputusan akhir.

Mana Diary Kehamilan & Persalinan Anda?

0

IMG_7010+

Khusus bagi Anda di era sebelum tahun 1980 atau 1990 an, ingatkah Anda pada jaman dahulu? Semasa kita SMP? Saat lagi “in” nya DIARY….hampir setiap cewek dan bahkan cowokpun menulis diary sebagai teman curhat. Saya ingat pada jaman itu saya menyebut diary saya dengan kata sayang = Day. Dan setiap hari tak lupa saya menyapa Si Day dengan kalimat begini …”Dear Day…..hari ini aku merasa gembira sekali, hatiku merasa berbunga-bunga, tau gak? Tadi pagi habis upacara sekolah si Dia memalingkan wajahnya kepadaku lalu memberikan senyuman yang maniiiissss sekali…Aduh Day…rasanya aku mau pingsan saking deg-deg an nya….” Bla…..Bla….Bla….Nah Ingatkah Anda? Mungkin dahulu Andapun melakukan hal yang sama seperti apa yang saya lakukan. Diary adalah sahabat tempat saya mencurahkan segala uneg-uneg di hati saat itu, ada sukacita, ada cinta, ada sedih, ada kesal, ada amarah…semua bercampur jadi satu dan hanya si Day yang mampu menampung semua isi hati. Bahkan saking nge-in nya saat itu, saya ingat sekali ada sebuat stasiun radio di Solo namanya (SAS-FM) dengan pembawa acaranya mas Awang Heksawang (**Lupa-lupa ingat saya) yang membawakan sebuah acara dengan tajuk “DIARY” dimana setiap orang bisa share diarynya untuk mengungkapkan isi hati nya kepada orang yang mereka cintai. So Sweet saat itu…apalagi ketika saya mengirimkan kisah diary saya ke radio itu dan akhirnya di bacakan. Wow rasanya deg-deg an sekali.

 

 

Nah Hari ini saya tidak akan bahas tentang diary saya pada masa SMP itu tetapi saya ingin bahas tentang Diary dalam masa kehamilan, Persalinan dan Menyusui .

Pertanyaannya adalah apakah Anda sudah membuatnya?

Mengapa sebaiknya Anda membuat diary itu?

Saat seorang wanita dalam keadaan hamil sering sekali terjadi perubahan emosi dan perasaan hal ini sangatlah wajar mengingat dalam kehamilan terdapat berbagai perubahan secara hormonal yang dapat mempengaruhi kondisi emosi dan perasaan seseorang. Namun kondisi emosional seorang wanita hamil juga sangat dipengaruhi oleh budaya di lingkungannya, banyak sekali seorang wanita yang tiba-tiba merasakan keluhan-keluhan yang berlebihan hanya gara-gara mengetahui dirinya hamil, padahal minggu-minggu sebelumnya dia baik-baik saja. Namun karena di lingkungannya selalu menyatakan bahwa hamil muda identik dengan lemah, letih, lesu, mual, muntah di pagi hari, dan itu sudah tertanam sejak puluhan tahun maka tanpa sadar hal itu terekam di alam bawah sadarnya sehingga begitu menyadari dirinya hamil langsung keluhan-keluhan yang sebenarnya tidak perlu terjadi tiba-tiba timbul dan benar-benar dirasakan sebagai sebuah penderitaan semasa hamil.

Melahirkan TANPA MENGEJAN?

Promo 1

“Masak iya sih seseorang bisa melahirkan tanpa mengejan? Yang ku tahu kalau orang melahirkan harusnya mengejan kuat dan kuat sekali serta berkali-kali agar bayinya bisa segera keluar! Lha wong saya saja kemarin saat persalinan pertama saja 2 tahun yang lalu saja saya harus mengejan berkali-kali sampai kehabisan tenaga hingga akhirnya di bantu di dorong sama bidannya kok?” Kata seorang ibu muda saat mengikuti kelas persiapan persalinan di Bidan Kita tempo hari yang lalu.

 

Dan sayapun tersenyum, lalu saya tunjukkan beberapa video proses persalinan yang terjadi di Bidan Kita dan salah satunya adalah video persalinan Bunda Atha yang prosesnya sangat lancar bahkan nyaris tanpa mengejan sama sekali bahkan Mars (nama bayinya) di terima oleh sang Ayah juga saat lahir. Dan selama menonton video proses persalinan Bunda Atha, ibu ini menangis tersedu-sedu bahkan sang suamipun ikut menangis saat itu.

apalagi kalau saya tunjukkan Video Bunda Nur dari Singaraja yang tanpa mengejan sama sekali dan disaksikan oleh sang kakak….(sayangnya belum saya tunjukkan karena saat itu saya belum kantongi ijin share dari bunda Nur) Saat saya tanyakan apa perasaan mereka saat melihat proses persalinan yang sangat lembut tersebut? Mereka menyatakan bahwa mereka sangat terharu dan mereka baru menyadari bahwa proses persalinan nya 2 tahun yang lalu sangat traumatik dan membuat mereka diliputi ketakutan dan kekuatiran.

Nah hari ini saya akan sharing tentang Tubuh seorang wanita yang mempunyai reflek spontan yang luar biasa saat proses persalinan. Namun sebelumnya saya akan mengajak Anda semua untuk merenungkan dan merefleksikan sebuah cerita yang ada di bawah ini.

Pernah tidak Anda mendengar berita tentang seorang bayi yang dibuang oleh ibunya dan ditinggalkan di kebun tebu, kebun jagung ? Lalu apa yang Anda pikirkan saat itu? Apakah saat melihat, mendengar berita tersebut yang Anda lakukan hanya marah dan menghujat sang ibu yang telah membuang bayinya tersebut? Ataukah sebaliknya? (**tanpa harus menghakimi perbutan wanita itu) Anda justru berfikir bahwa sang ibu itu sangat kuat! Ya ibu tersebut sangatlah kuat karena dia bisa melahirkan bayinya tanpa bantuan siapapun, bahkan di malam yang sunyi sang ibu melahirkan di kebun jagung atau kebun tebu dengan sangat tenang tanpa ada suara sedikitpun sehingga para pendudukpun tidak menyadari bahwa malam itu ada seorang wanita yang sedang melahirkan.

Mengapa sang wanita itu bisa sedemikian kuat dan persalinanyapun bisa sedemikian lancar? Bahkan tanpa pertolongan siapapun? Padahal ini adalah persalinan perdananya! Dan coba Anda bayangkan sekali lagi, bagaimana cara ibu tersebut mengejan? Padahal tidak ada seorangpun yang mendampinginya untuk memberi aba-aba kapan harus mulai mengejan dan kapan harus berhenti mengejan, dan apakah wanita tersebut posisi melahirkannya dengan terlentang ditanah dengan kedua kaki dan lutut di buka dan di tekuk seperti yang sering kita lihat di rumah sakit-rumah sakit selama ini?

Nah sangatlah berbeda kondisinya ketika seorang wanita melahirkan anak pertamanya di sebuah Rumah Sakit. Bisa jadi sepanjang proses persalinan sang ibu menangis, mengeluh, menjerit bahkan berteriak hingga suaranya terdengar dari luar ruangan. Bahkan ketika mengejan , sang ibu harus mengejan hingga energinya terkuras habis untuk mengeluarkan bayinya.

Mari kita merenung sejenak, lalu tanyakan kepada diri Anda sendiri, orang yang melahirkan di kebun tebu tersebut seorang wanita bukan? Dan Andapun seorang wanita! Lalu apa bedanya!

Mengapa saat melahirkan Anda harus sedemikian sakit dan sedemikian bersusah payah saat mengejan? Apa yang salah?

Nah mari kita bahas semua pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Sejak mendalami proses persalinan Gentle Birth dan menerapkannya dalam pertolongan persalinan di Bidan Kita, Saya sangat tertarik dengan deskripsi Michel Odent tentang “refleks ejeksi janin.” atau “Refleks kelahiran spontan.” Pada dasarnya, refleks ini melibatkan kelahiran spontan bayi tanpa pembinaan atau upaya sadar dari ibu. Dan Hal ini paling mungkin terjadi ketika ibu merasa sangat aman dan sangat pribadi (privat). Dalam sebuah artikelnya Odent menulis bahwa: “Selama kontraksi kuat berakhir seorang ibu tampaknya menjadi tiba-tiba penuh energi, dengan kebutuhan untuk memahami sesuatu. Tubuh ibu memiliki kecenderungan tiba-tiba menjadi tegak dan condong ke depan. Sehingga refleks ejeksi janin biasanya dikaitkan dengan postur membungkuk ke depan. ”

Nah untuk memahami dan mengerti apa itu “refleks ejeksi janin.” silahkan simak sebuah proses persalinan penduduk primitif yang terjadi. Amati gerak tubuh wanira tersebut. Amati nafasnya.

Yuk Pahami Perubahan Bentuk Tubuh dan Mulai Dengarkan Bayi Anda!

0

SONY DSC

prosedur rutin yang merupakan bagian dari setiap kunjungan antenatal setelah sekitar 12 minggu kehamilan adalah PALPASI. Palpasi adalah Istilah medis untuk meraba. Tujuan mereka melakukan palpasi pada perut Anda adalah untuk memonitor perubahan ukuran rahim Anda dan pertumbuhan dan posisi bayi Anda untuk menilai sesuai dengan perkembangan dan “kemanuan” kehamilan. Tindakan palpasi ini tidak menyakiti bayi Anda karena mereka dikelilingi oleh bantalan yaitu cairan ketuban. CATATAN: sebenarnya Anda tidak perlu membuka baju untuk diraba/dipalpasi tapi memang dengan membuka pakaian di bagian perut akan memudahkan bidan dan dokter melakukan prosedur ini.

 

apa yang bidan atau dokter cari atau periksa saat meraba perut Anda sangatlah bervariasi tergantung pada berapa minggu umur kehamilan Anda. Berikut ini adalah panduan informasi yang mereka coba dapatkan melalui palpasi perut selama berbagai tahap kehamilan.

Ketika Anda hamil…lalu memeriksakan diri ke Bidan atau Dokter, apa yang biasanya mereka lakukan pertama kali setelah melakukan anamnese? Biasanya mereka melakukan palpasi yaitu

Dari konsepsi sampai kurang dari 12 minggu kehamilan, ukuran rahim masih sangat kecil dan sebagian besar masih berada di dalam tulang panggul dan tidak dapat dirasakan melalui perut luar/agak sulit di waba melalui perabaan di perut. Setelah sekitar 12 minggu, rahim cukup besar dirasakan di atas panggul oleh bidan/dokter Anda (dan Anda), biasanya mereka hanya mampu menyentuh bagian paling atas dari rahim atau fundus.

Beberapa ibu yang sudah pernah hamil sebelumnya biasanya rahim mereka sedikit lebih besar dibanding dengan ukuran rahim di kehamilan sebelumnya, sehingga mungkin sekitar 10 atau 11 minggu sudah bisa diraba dan dirasakan. Ini juga terjadi jika Anda memiliki bayi kembar. Jadi Jika Anda merasa telah hamil 12 minggu atau lebih namun rahim Anda tidak dapat dirasakan oleh bidan/dokter Anda, maka Anda harus waspada, bisa jadi penghitungan umur kehamilan yang salah atau mungkin kehamilan Anda belum mencapai 12 minggu, bisa jadi janin tumbuh lambat, atau bisa jadi ada kemungkinan yang lain.

Dari 12 sampai 20 minggu kehamilan bidan/dokter Anda akan melakukan palpasi secara rutin di setiap kunjungan. Selama fase ini bayi belum cukup besar untuk terdeteksi posisi mereka, sehingga tujuan utama palpasi sebelum 20 minggu hanya untuk memastikan bahwa rahim tumbuh dan berkembang sehat.

sekitar 16 minggu kehamilan bagian atas rahim atau fundus akan tumbuh menjadi sekitar pertengahan antara garis rambut kemaluan dan pusar (terasa ketika berbaring). Dengan sekitar 20 minggu kehamilan fundus harus mendekati tingkat pusar. bidan Anda mungkin mulai menggunakan pita pengukur untuk mengukur Anda tinggi fundus.

Dari 20 sampai 34 minggu bayi Anda jauh lebih besar dan sekarang cukup besar bagi bidan/dokter Anda untuk mengetahui di mana kepala bayi berada. Bidan/dokter Anda bahkan mungkin dapat membimbing tangan Anda selama pemeriksaan ini sehingga Anda dapat merasakan kepala bayi Anda sendiri. Atau bahkan bisa mengajari patner/suami Anda untuk melakukan palpasi untuk mengetahui posisi bayi Anda. Namun jika belum dapat dilakukan, Tanyakan kepada bidan/dokter apakah mereka dapat mengajarkan Anda tentang hal ini pada kunjungan kehamilan berikutnya.

mulai umur kehamilan 34 minggu sebagian besar posisi kepala janinsudah berada di bawah atau bahkan sudah turun ke panggul, namun ada kalanya posisi kepala bjanin masih di atas nah itu disebut sungsang. Tak perlu terlalu khawatir jika Anda menemukan bahwa posisi janin Anda masih sungsang, karena Anda tetap mempunyai waktu untuk mengupayakan merubah posisi kepala janin menjadi vertek (kepala di bawah) coba buka link ini: https://www.bidankita.com/joomla-overview/monthly-guide/175-cara-mengubah-bayi-sungsang-menjadi-letak-kepala. Jika Anda hamil kembar, sering kali bidan/dokter menemukan bahwa satu janin kepalanya di bawah, sementara saudara mereka sungsang.

Ukuran rahim Anda harus terus tumbuh, hingga mencapai dasar tulang dada atau sternum di umur kehamilan sekitar 36-37 minggu. Dari 37 minggu hingga masa menjelang kelahiran, Janin Anda posisi kepalanya harus di bawah sekarang. Meskipun jarang, namun beberapa janini dapat mengubah posisi nya bahkan pada tahap akhir kehamilan.

Nah ketika posisi kepala sudah berada dibawah, maka bidan/dokter akan meraba perut Anda untuk mengetahui apakah kepala janin Anda sudah masuk kedalam panggul atau belum.

Kepala janin dapat masuk panggul kapan saja dari 1 sampai 4 minggu sebelum kelahiran. Meskipun sebenarnya masih normal bagi janin pada beberapa ibu hamil dimana kepalanya belum masuk panggul hingga proses persalinan dimulai, namun hal ini yang sering dijadikan “alasan” bagi para dokter/bidan untuk melakukan intervensi. Padahal sebenarnya hal ini masih bisa di upayakan, entah dengan mobilisasi, pengaturan posisi tubuh dan pengoptimalan posisi janin. Bidan/dokter Anda juga biasanya mencoba untuk menentukan bagaimana posisi tubuh janin menghadap atau bagaimana posisi berbaring janin Anda. Apakah mereka berada dalam posisi anterior (dengan punggung bayi ke arah depan perut Anda) atau posterior (ke arah belakang Anda), atau lateral (ke arah sisi Anda). Setelah kepala janin Anda masuk ke panggul, Bayi masih bisa bergerak dari anterior ke posisi posterior dan sebaliknya dengan cukup mudah sebelum persalinan dimulai. Nah untuk mengupayakan agar posisi janin tetap baik dan optimal silahkan buka link: https://www.bidankita.com/joomla-license/natural-childbirth/566-posisi-terbaik-bayi-dalam-kandungan

Ukuran rahim Anda tidak tumbuh ke atas, karena tidak ada lebih banyak ruang untuk melakukan hal ini. Namun, perut Anda sekarang tumbuh keluar atau menonjol. Jika kepala bayi Anda bergerak, ketinggian fundus biasanya turun lebih rendah, meskipun pengukuran fundus umumnya tidak digunakan selama minggu-minggu terakhir kehamilan.

 

Mengukur tinggi fundus Anda

Melakukan pengukuran, Menggunakan pita ukur untuk menentukan tinggi fundus selama kehamilan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an. Ini semakin populer di akhir 1980-an dan karena sederhana dan murah, dan ini banyak digunakan oleh bidan, meskipun tidak semua menggunakannya. Tujuan utama dari pengukuran tinggi fundus selama kehamilan adalah untuk mendeteksi kemungkinan:

– Bayi luar biasa kecil

– Bayi luar biasa besar

– Berapa kemungkinan umur kehamilan & tafsiran berat janin, meskipun mungkin lebih relevan penggunaan USG.

Pengukuran tinggi fundus diadopsi karena diyakini lebih akurat dari sekedar perasaan bidan/dokter saat melakukan palpasi dengan tangan mereka. Melakukan pengukuran dasarnya,. Cara Mengukur tinggi fundus adalah dengan meminta sang ibu untuk berbaring lalu bidan/dokter menempatkan ujung dari pita ukur pada tulang kemaluannya (simfisis pubis). Simfisis pubis tulang terletak tepat di bawah garis rambut kemaluan di tengah. Lalu ukur hingga batas Fundus dan ketahui ukurannya dalam cm.

CATATAN: tinggi Fundus dapat diukur walaupun Anda masih mengenakan pakaian,sehingga Anda tidak perlu melepaskan celana Anda untuk melakukannya. Jika Anda ingin, Anda bisa merasakan sendiri tulang simfisis pubis Anda maka letakkan tangan Anda di atas pinggul Anda, kemudian memindahkan mereka ke depan dan ke bawah, mengikuti lengkungan tulang pinggul ke bawah hingga lengkungan tersebut berakhir di tengah di bawah garis rambut kemaluan Anda. Rasanya seperti benjolan keras di bawah rambut kemaluan.

Ketinggian fundus cenderung digunakan dari 16 sampai 37 minggu kehamilan, dengan keakuratan terbesar diyakini antara 22 sampai 34 minggu. Sebuah buku teks tentang pengukuran tinggi fundus menyatakan bahwa tinggi fundus seharusnya sama dengan jumlah minggu kehamilan. Sebagai contoh, hamil 20 minggu = 20 cm dan sebagainya (sampai sekitar 36-37 minggu). Namun, pengukuran tinggi fundus dapat berfluktuasi 2 sampai 4 cm lebih tinggi atau lebih rendah dari norma yang diharapkan karena berbagai alasan, dengan bayi masih sangat normal dan sehat. Alasan tinggi fundus lebih kecil atau lebih besar dapat meliputi:

Wharton Jelly “Si Jelly Ajaib” dalam Tali Pusat

warton jelly

Plasenta adalah salah satu organ yang paling ajaib. Di dalam tali pusar manusia adalah dua arteri dan satu vena. Vena membawa darah beroksigen dari plasenta ke bayi, dan arteri membawa produk-produk limbah dan darah terdeoksigenasi keluar dari tubuh bayi, kembali ke plasenta. Sirkulasi janin sangat kompleks dan melibatkan pembukaan antara kedua sisi jantung, dan pencampuran darah yang mengandung oksigen dan terdeoksigenasi. Ini adalah proses yang cukup sederhana tetapi penting sekali untuk pengembangan bayi yang sehat.

 

Tali pusat adalah kehidupan-hubungan antara ibu dan bayi, menjembatani kesenjangan antara sirkulasi ibu dan sirkulasi bayi. Di saat-saat pertama setelah lahir, perubahan fisiologis yang sangat besar terjadi pada bayi, tali pusat, dan plasenta untuk memastikan bayi bernafas, pertukaran gas, dan beredar darah sendiri untuk pertama kalinya. Bagian dari pergeseran yang melibatkan Wharton Jelly.

 

Bagian dalam tali pusat mengandung semacam zat yang disebut Wharton jelly. Wharton jelly ini berbentuk seperti semacam gelantin atau agar-agar, yang diidentifikasi dan dijelaskan oleh Dr Thomas Wharton di tahun 1656, memang kelihatannya ini tidak sangat penting pada pandangan pertama,. Namun ternyata Wharton Jelly ini memiliki tugas penting melindungi pembuluh darah yang ada di dalam tali pusat. Wharton jelly seperti membungkus dan menyelimuti pembuluh darah di tali pusat layaknya adonan telur yang mengelilingi kacang menjadi kacang telur ;). Ketika Wharton Jelly tersebut ada dalam jumlah yang cukup banyak di dalam tali pusat, maka tali pusat akan semakin sehat, karena mengelilingi dan menyelimuti pembuluh darah dengan baik ini mungkin bisa membuat talipusat bengkok, dan membuat talipusat semakin lentur sehingga ketika tali pusat tersebut melintir, melilit atau menyimpul wharton jelly ini membuat aliran darah antara ibu dan bayi tidak terganggu.

Ada kondisi tertentu yang berkaitan dengan jumlah Wharton jelly di dalam tali pusat yang tidak memadai atau dengan gel yang tidak konsisten di seluruh tali pusat atau Wharton Jelly ini tidak secara merata dan tidak dalam jumlah yang cukup menyelimuti dan melindungi pembuluh darah di tali pusat maka saat terjadi lilitan atau tekukan di tali pusat, ini dapat membuat aliran darah menjadi terganggu. Jadi kemungkinan erburukpun dapat terjadi yaitu menyebabkan kematian janin, atau tekanan atau kematian saat melahirkan.

Tembakau dalam rokok, penyakit hipertensi, dan diabetes sangat berhubungan dengan masalah dengan Wharton jelly. Jika kandungan Wharton jelly dalam tali pusat tidak memadai maka ini juga berhubungan dengan masalah dengan pertumbuhan bayi, seperti janin tumbuh lambat (IUGR).

Ada juga kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan Wharton jelly. Salah satu contoh adalah preeklamsia, suatu kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan protein dalam urin. Dalam kasus preeklampsia susunan Wharton jelly telah terbukti berubah secara signifikan, dengan rasio Asam Lemak Bebas dan Kolesterol yang diubah yang dapat mengakibatkan “penuaan” awal dari lendir/jelly. Anda pernah mendengar dari Asam Lemak Esensial seperti Omega 3 dan Omega 9 -, ada banyak jenis asam lemak juga, dan mereka membuat wharton Jelly semakin sehat. Namun jika kekurangan zat tersebut maka rasio asam lemak dalam wharton jelly semakin kecil, Wharton jelly menjadi lebih tipis, lebih cair. Hal ini mengurangi padding pelindung di sekitar pembuluh darah dalam ralipusat. Setiap kali tali pusat menipis atau terganggu, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi beresiko.

MY EDUCATIONAL BIRTH, SYAFIQA IS MY LITLE “GURU” (BORN IN CAUL)

0

 

Trimakasih untuk bunda Chandra yang kirim Inbok tentang “perjalanan cinta” dalam proses persalinannya semoga bisa menginspirasi Bunda semuanya.

Sangat bahagia ketika akhirnya hamil lagi di usia anak pertama kami, tsaqif masih 2 tahun 4 bulan. Kehamilan kedua ini memang kami rencanakan dengan harapan agar nantinya bisa lebih lama mendampingi, dan mengamati perkembangan mereka sampai dewasa nanti dalam usia kami yang belum terlalu tua.. Morning sickness saya alami dari trimester pertama sampai awal trimester ketiga saya anggap masih bisa dikendalikan.. Dari teman yang bernama ratri, saya mengenal hypnobirthing, gentle birth, ibu bidan yessie aprillia dan team bidan kita, dan bagi saya merupakan anugrah yang sangat kami syukuri.

 

Sebagai langkah awal saya mengikuti kelas gentle birth hypnobirthing di bidan kita. Pertemuan pertama saat umur kehamilan di akhir trimester kedua, dengan bu bidan yessie, sangat teringat di dalam ingatan saya, ketika beliau bertanya “apa yang sudah anda persiapkan untuk kehamilan anda ini?” , spontan saja saya jawab “belum ada”. Kemudian ditanggapi sama bu bidan yesie “sembrono”.. buat saya yang saat itu belum tau apa2, terasa bingung juga..tapi justru kata itulah yang menyadarkan saya.. Dari kalimat bu bidan itu akhirnya kuanalisa, “kalau ingin mempersembahkan yang terbaik (bayi minim trauma,ramah jiwa, lahir nyaman, aman, dan tenang) untuk syafiqa (nama calon adik bayi) seharusnya akupun harus memberdayakan diri, bagaimana aku bisa hanya bergantung pada nakes tanpa tahu apa-apa”. Seakan teringat lagi dengan pengalaman kelahiran anak pertama di -rumah sakit bersalin pemerintah- dengan proses pembukaan yang lama sehingga harus dilakukan intervensi oksitosin (induksi)-pemecahan selaput ketuban-episiotomi-non rooming in-tanpa IMD-pemberian susu formula-akhirnya berimbas pada jahitan obras lengkap dengan masa pulih yang lumayan lama kalo gak salah sebulan lamanya. Waktu yang saya rasa sangat lama karena tidak bisa merawat si kecil sendiri dengan bergerak leluasa.

 

Akhirnya dengan semangat pagi, saya niatkan dalam hati untuk menjalani dan menikmati “pe er” itu. Berbekal CD Hypnobirthing, CD Taichi for pregnancy, CD materi, dan ilmu saat mengikuti kelas hypnobirthing saya mulai semua peer itu. Tiap hari saya sempatkan untuk baca dan baca artikel-artikel kehamilan. Maunya sih ikutan yoga balance di jogja, tapi karena jarak yang tidak dekat maka saya ganti dengan latihan taichi kurang lebih 40 menit tiap hari. Saya rasakan latihan-latihan ini sangat berguna jika dilakukan rutin setiap hari (frekuensi menyesuaikan dengan kekuatan tubuh) terbukti dapat menghilangkan keluhan kram betis, dan nyeri perut di kanan atas selama kehamilan saya. Tiap malam sebelum tidur saya sempatkan untuk relaksasi hypnobirthing. Pernafasan perut saya pilih untuk latihan persalinan nanti, karena saya anggap mempunyai teknik yang paling sederhana dan mudah diingat, apalagi saat persalinan kemungkinan buyar sangat tinggi… Memang tidak mudah, harus rajin latihan tiap hari biar nafasnya bisa panjang. Memasuki umur kehamilan 36 minggu, setelah mendapat training dari bu bidan yessie,hampir tiap malam perineum massage dibantu suami tercinta. Sabar banget suami saya ini, tiap hari setelah pulang dari bekerja di temanggung (jarak magelang-temanggung pp sekitar 80 km), dalam kondisi terkantuk-kantuk menjelang tidur malam, masih bersedia untuk memasage perineum istri tercinta demi hasil terbaik nantinya.. Untuk menyemangatinya, selalu saya bilang “kan untuk ayah juga too hasilnya,hehehe..” Agar lebih relaks saat perineum massage sekalian aku pasangkan headset di

telinga sambil mendengarkan relaksasi hypnobirthing, jadi massage selesai, relaksasi juga selesai. Di kantor saya juga menyempatkan diri untuk berlatih di atas gym ball dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, hehe.. Visualisasi terhadap proses persalinan saya lakukan dengan rajin melihat video-video persalinan waterbirth. Salah satu video yang sering saya lihat adalah “Waterbirth Baby Born Underwater in the Sac”. Saat itu dibenak saya hanya ada rasa sangat kagum tentang kebesaran tuhan ini, tidak ada pikiran sedikitpun nantinya untuk melahirkan dengan bayi masih terbungkus selaput ketuban seperti ini. Oiya, saat itu saya sempat membuat kartu afirmasi positif,ide ini terinspirasi dengan cerita bu bidan yesi, berupa gantungan kunci dari potongan kertas kecil yang ada gambar dan afirmasi positif lalu ku laminating kupotong kecil-kecil kulubangi pake perforator dan kupasang di dompet hp, jadilah terbaca dimana-mana dan menyemangatiku. Kalimat afirmasi positif juga kupasang di wallpaper di laptop, semakin sering buka laptop, mata bakal sering kirim kalimat positif ke otak, dan semakin kuat terpatri di otak.

 

Sampai usia kehamilan 38 minggu saya join grup Gentle Birth Untuk Semua (GBUS), merupakan hal yang buat saya sangat berguna karena dalam rentang waktu 38 sampai 42 minggu saya merasa lumayan galau juga. Jika sering sharing atau sekedar jadi silent reader di grup GBUS rasanya seperti ada teman yang mendukung, menemani, rasa senasib sepenanggungan intinya jauh dari merasa sendiri! Dari grup itu saya juga terinspirasi untuk mencoba berbagai cara induksi alami, dan memilih cara yang enak-enak lah.. Saat itu kira kira udah 40 minggu, saya mencoba memakan buah kiwi, buah durian, buah nanas, buah papaya mengkal, buah mangga muda, dengan tetap relaksasi, taichi, jalan-jalan pagi, dan akhirnya.. masih harus SABAR menanti…hehe…Teringat kata bu bidan yesie “Setiap bayi punya waktu dan caranya sendiri untuk lahir…. mencoba memahami apa maunya bayi adalah satu hal yang perlu di pahami dan di pelajari dengan benar…karena pada dasarnya apapun proses seorang wanita menjadi ibu itu adalah sebuah keajaiban”..

 

Menikmati hari demi hari setelah HPL terlewati benar-benar tidak mudah.. Apalagi dalam perjalanannya bertemu dengan beberapa orang yang justru menceritakan hal-hal yang menakutkan, seakan-akan menyakitkan saat persalinan nanti. Terlebih ada juga yang sudah memberikan pandangan bahwa kakak akan jeoalous sama adiknya.. Tapi benar-benar saya buang jauh pikiran negatif itu, sejak awal saya sudah memberitahu si kakak, bahwa ketika adiknya lahir nanti, dia akan mendapat teman, dan berulang kali saya teringat kata mba yessie “hukum pikiran bawah sadar:

Tentang Si Hormon Cinta!

0

Berulang kali saya menyebut hormon cinta, nah apa itu hormon cinta dan mengapa seorang ibu sangat membutuhkannya?

 

Hormon cinta adalah sebutan dari hormon Oksitosin, sebuah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Kadar tertinggi oksitosin dilepaskan selama persalinan, dan semakin meningkat ketika bayi membuat jalan atau bergerak melalui jalan lahir. Dan puncak kadar oksitosin terjadi ketika kelahiran plasenta setelah bayi lahir lalu bagaimana Oksitosin dilepaskan?  Oksitosin akan dengan mudah dilepaskan dan diproduksi didalam tubuh jika ada perasaan tenang, merasa nyaman, pasrah, dan mencintai terhadap bayi Anda

 

Mengapa kita perlu Oksitosin?

Nah berikut ini beberapa alasan mengapa kita perlu oksitosin:

1. merangsang rahim untuk berkontraksi untuk melahirkan bayi

2. memfasilitasi proses menyusui

3. pelepasan oksitosin membawa pada perasaan cinta antara ibu dan bayi

4. merangsang payudara untuk memancarkan ASI nya

5. ketika Anda memiliki kadar oksitosin yang tinggi. Maka Anda akan selalu merasa bahagia, sedikit kesempatan untuk jatuh dalam kondisi depresi postpartum

6. mengurangi peluang seorang wanita mengalami perdarahan postpartum akhir setelah bayi lahir melalui vagina

Bagaimana mengatasi ketakutan melahirkan?

Sakit

Melahirkan adalah salah satu pengalaman yang terbesar yang dapat mengubah hidup Anda … sebuah pengalaman yang selalu terekam dengan kuat di pikiran atau ingatan setiap orang apalagi seorang ibu. sehingga tidak mengherankan bahwa banyak calon ibu yang khawatir tentang proses persalinannya apalagi ketka mereka hendak memiliki bayi untuk pertama kalinya. Ketika kita berpikir tentang melahirkan, kata “sakit” adalah salah satu hal yang pertama datang ke pikiran sebagian besar dari kita. Apalagi, jika ini adalah untuk pertama kalinya bagi Anda. Ini Tidaklah mengherankan mengingat bahwa kebanyakan wanita pernah terkena over-dramatisasi, tentang proses persalinan pada film dan acara TV. Kita lihat saja, di televisi entah di film layar lebar ataupun di sinetron, penggambaran adegan proses melahirkan biasanya begitu menyeramkan dan menakutkan, seolah-olah penuh dengan jeritan, kesakitan, sarat akan komplikasi dan berdarah-darah. Saya merasa hingga saat ini saya belum pernah melihat adegan persalinan yang indah menyenangkan, nyaman dan romantis digambarkan di sebuah film atau sinetron.

di Bidan Kita saya menyediakan pelayanan kelas persiapan persalinan yaitu kelas Hypnobirthing For Gentle Birth yang dilakukan secara privat kepada para calon ibu dan bapak yang menginnginkan mendapatkan pengalaman persalinan yang lancar, normal, lembut dan minim trauma baik trauma pada ibu maupun trauma pada bayinya.

Nah saat pertemuan pertama biasanya saya isi dengan penyamaan persepsi tentang proses persalinan terlebih dahulu. Dan ketika saya menanyakan kepada mereka (pasangan suami istri) tentang apa ketakutan yang dirasakan dan di fikirkan tentang proses melahirkan, maka banyak sekali terungkap berbagai ketakutan yang dialami mereka.

Dan ternyata setelah mengikuti kelas hypnobirthing for gentle birth dan mereka mendapatkan pengetahuan dan persiapan persalinan yang cukup, maka proses persalinan merekpun berjalan sangat lancar bahkan indah dan romantis.

Dan saat ini saya akan mencoba menyusun daftar ketakutan, kekawatiran para calon ibu dan bapak terhadap proses persalinan mereka dan tips tentang bagaimana Anda bisa mengatasinya:

1. Takut rasa nyeri saat persalinan

Setiap wanita yang akan melahirkan untuk pertama kalinya akan khawatir tentang hal ini karena sulit untuk membayangkan bahwa proses akan bebas rasa sakit. Mereka sebagian besar masih bingung dan takut dnegan apa yang akan mereka alami nanti saat proses persalinan, “kontraksi saja saya tidak tahu bagaimana rasanya bu bidan, tetapi kata semua teman saya kontraksi itu rasanya sakit sekali, dan saya sangat takut, apalagi saya itu type orang yang tidak tahan sakit.” Ungkap ibu Ade ketika pertama kali mengikuti kelas Hypnobirthing di Bidan Kita. Mengambil kelas persiapan melahirkan, seperti Hypnobirthing dapat membantu menenangkan dan mengeliminasi kekhawatiran Anda dan mempersiapkan Anda untuk lebih siap ketika proses persalinan nanti. Karena sebenarnya rasa nyeri bukan merupakan bagian dari proses persalinan sendiri, tetapi merupakan hasil pengaruh sosial, budaya, dan faktor emosi ibu.

2. Takut proses persalinannya tidak lancar dan terlalu lama. Hampir Setiap orang telah mendengar cerita-cerita horor tentang seseorang yang mengalami proses persalinan yang panjang dan lama hingga berhari-hari, namun pada kenyataannya, proses persalinan rata-rata berlangsung 18 jam. Apalagi jika sang ibu tenang dan rileks proses persalinan bisa saja berlangsung kurang dari 5 jam.

3. Takut proses persalinannya tidak lancar sehinga harus di Pacu atau di induksi

Jangan Potong Tali Penolong Ini! Apalagi Saat Resusitasi!

0

semakin saya mempelajari tentang plasenta dan tali pusat, semakin saya di buat jatuh cinta kepada mereka. Karena ketika saya mempelajari mereka, saya menjadi semakin sadar bahwa Tuhan sangat menciptai anak-Nya = manusia.

Sejak dari awal penciptaan manusia kita tahu bahwa Manusia di ciptakan di hari ke tujuh, ketika langit, air, tanah, udara, hewan dan tumbuhan yang notabenenya sumber makanan kita telah lengkap tercipta. Artinya Tuhan ciptakan sumber makanan, menyediakan sumber makanan dahulu baru menciptakan manusia, dan ternyata inipun berlaku saat konsepsi dan penciptaan manusia di rahim sang ibu.

Betapa Tuhan ciptakan plasenta dan tali pusat nya lengkap dan sehat, penuh gizi untuk janin yang hendak bertumbuh. Bahkan ketika sang janin sudah terlahirpun plasenta dan tali pusat masih saja melaksanakan “Tugasnya” yaitu mensuplai oksigen, sel darah merah, stem sel serta “cairan emas” lainnya demi menghantarkan bayi melalui “masa transisinya” dengan lembut.

Namun sayangnya masih banyak sekali para tenaga kesehatan yang masih saja menganggap bahwa setelah bayi lahir plasenta dan talipusat hanyalah “sampah” yang harus segera di buang dan di singkirkan jauh-jauh. Padahal hingga bayi dilahirkan dan bahkan hingga tali pusat berhenti berdenyut-pun ternyata dia masih berguna bagi sang bayi.

Apalagi saat sang bayi membutuhkan dan mengalami kegagalan atau gangguan nafas (apnea, atau asfiksia) sebagian besar tenaga kesehatan pasti akan segera memotong tali pusat yang masih berdenyut tersebut lalu memisahkan bayi itu dari ibunya dan melakukan SOP (Standart Operating prosedur) melakukan resusitasi ke bayi tersebut. Padahal sebenarnya ketika upaya resusitasi harus dilakukan ketika bayi masih terhubung dengan plasenta bayi- maka hasilnya akan lauh lebih baik lagi.

Alasan untuk tidka memotong tali pusat saat bayi dilakukan resusitasi adalah ketika tali pusat masih berdenyut maka dia akan masih mengalirkan/ mensuplai O2 ke tubuh sang bayi. Darah yang mengalir ke tubuh bayi tidak hanya penting karena mengandung oksigen, tetapi juga karena memberikan cukup darah sehingga tubuh dapat mempunyai jumlah darah yang tepat yang memungkinkan paru-paru mereka untuk berfungsi dengan baik. Dan jumlah darah yang tepat berarti ada sejumlah sel darah merah yang mengedarkan oksigen ke tubuh setiap bayi yang tidak berhasil untuk bernapas melalui paru-parunya.

Jika tali pusat di potong agar bayi dapat diresusitasi, bayi tidak hanya kekurangan oksigen dari darah yang masih dalam plasenta, ia juga tidak memiliki darah yang cukup untuk memungkinkan paru-paru untuk bekerja dengan baik dan mengalami sejumlah penurunan oksigen dari sel darah merah yang beredar. Namun sayangnya Rumah sakit saat ini tidak dirancang, baik dengan peralatan atau pelatihan personil, untuk melakukan resusitasi pada bayi dnegan tali pusat yang masih utuh. Padahal sebenarnya bisa dilakukan.

Seringkali ketika saya mengungkapkan tentang hal ini kepada teman sejawat maka jawaban mereka adalah mereka tidak akan bisa melakukan resusitasi karena ketika melakukan resusitasi, mereka harus menempatkan tubuh bayi di atas permukaan yang datar, padahal itu tetap bisa dilakukan sebenarnya misalnya dengan meletakkan papan pemotong sayur di bawah tubuh bayi dan melakukan resusitasi tetap diatas perut atau di pelukan sang ibu.

Seorang bayi yang masih menempel pada plasenta masih menerima darah beroksigen, Bahkan tali pusat yang telah berhenti berdenyut masih dapat mengalirkan darah ke bayi dari plasenta-ini merupakan proses yang kompleks.

Namun bagaimana caranya menggeser praktek dan budaya serta pemahaman yang selama ini ada di dunia medis? Dimana setiap melakukan relaksasi pada bayi baru lahir, maka tali pusat harus dipotong segera lalu bayi di pisahkan dari ibunya lalu di pindahkan ke meja resusitasi dimana permukaannya datar dan disitulah bayi di berikan tindakan resusitasi dan “dipaksa” untuk melakukan pernafasan paru-paru yang mungkin saja saat itu sebenarnya paru-parunya “belum sepenuhnya siap” untuk bernafas? Apalagi dengan melakukan resusitasi tanpa memotong tali pusat berarti akan bertentangan dengan protokol dan prosedur di RS?

Dokter, bidan, perawat- kebanyakan dari mereka tenggelam dalam suatu sistem medis yang tidak memiliki cukup waktu untuk mendidik mereka tentang proses kelahiran secara fisiologis, dan memiliki tradisi mengikuti aturan kedokteran, yaitu: proses persalinan dan kelahiran bayi haruslah dilakukan intervensi

Ketika Anda menyadari dan meyakini bahwa melakukan resusitasi pada bayi baru lahir haruslah dengan menjaga tali pusat tetap utuh, maka Anda harus mulai melakukan beberapa hal berikut:

Pertama, mengumpulkan kekuatan batin Anda.

Kedua, mengumpulkan penelitian tentang manfaat untuk tidak segera memotong tali pusat segera setelah bayi lahir. Mencetaknya. Sorot poin yang relevan. Saya akan memberikan beberapa referensi dari artikel maupun penelitian ilmiah yang bisa Anda gunakan sebagai acuan.

Harapanku di Persalinan mendatang

0

Dimana Anda melahirkan kemarin? apakah Anda akan melahirkan disana lagi besok kalau mau melahirkan? apa yang anda suka ataupun benci (pengalaman persalinan kemarin)?

 

Itulah pertanyaan saya saat mengawali kelas persiapan persalinan “Hypnobirthing for Gentle Birth” di Bidan Kita dan kepada Anda sekareang sebagai pembaca www.bidankita.com. Mengapa saya tanyakan hal ini? Ya…karena pengalaman proses persalinan merupakan pengalaman yang sangat transformasional yang mampu mengubah persepsi, mindset dan berdampak panjang baik bagi Anda sebagai ibu maupun bagi Anak Anda kelak.

Ini adalah beberapa cerita dan pengalaman persalinan klien saya saat kami ngobrol mengawali kelas hypnobirthing di bidan kita:

Bunda Linda **Nama samaran

Dengan mata berkaca-kaca dan tangan yang dingin, dia bercerita tentang pengalaman proses persalinannya, sambil sesekali mengambil tissue dan mengusap air mata yang menetes dengan derasnya

Bunda Linda : Bu bidan, saya seorang ibu yang sedang hamil 15 minggu dengan riwayat

persalinan SC sebelumnya, saya sangat traumatik bu bidan dengan pengalaman

persalinan anak saya yang pertama itu, walaupun jaraknya adalah 7 tahun.

Saya : bolehkah bunda ceritakan? Apa yang dialami dan apa perasaan nya?

Bunda Linda : Selama kehamilan, saya periksa ke bidan dan kadang-kadang ke dokter kandungan, dulu menjelang HPL bu bidan mengatakan kepada saya bahwa saya boleh datang ke Rumah Bersalinnya kapan saja jika ada keluhan sakit/kontraksi atau jika ada tanda persalinan.

Suatu hari tiba-tiba celana saya basah, saya serasa “kapicirit” (Buang air kecil tapi tidak terasa, dengan volume yang sedikit) karena takut terjadi apa-apa, akhirnya saya datang ke bu bidan. Setelah diperiksa ternyata air ketubanku merembes, walaupun tidak banyak cuman “sak crit” (Sedikit sekali) dan walaupun saya tidak mengalami kontraksi sedikitpun tetapi bidanku menyuruh saya untuk dirawat di RB nya. Setelah di VT (vaginal Toucher) ternyata pembukaan 1 cm, kemudian saya di beri pil warna biru. Sejenak setelah minum pil itu perut saya terasa sakit sekali dan katanya bu bidan itulah yang disebut kontraksi. Saat itu dalam hati saya hanya heran mengapa rasa sakitnya seperti ini dan “berbeda” karena setahu saya, menurut informasi dari teman-teman, bahwa kontraksi itu rasanya mules seperti orang hendak menstruasi, namun yang saya rasakan saat itu adalah sakit semuanya. Empat jam kemudian saya di VT lagi dan pembukaannya masih tetap sama yaitu 1 cm..padahal rasa sakit ini semakin lama semakin sakit. Akhirnya beberapa jam kemudian saya di rujuk ke RS.

Disana begitu masuk ruang bersalin, saya yang langsung di suruh berbaring (padahal punggung saya sakit sekali jika di pakai untuk berbaring terlentang) kemudian ada 4 perawat mengerumuni saya yang dua langsung ambil darah di lengan kanan sedangkan yang lengan kiri langsung memasang infus, semua begitu cepat bahkan tanpa ada permisi terlebih dahulu, hanya pemberitahuan bahwa mau di infus beberapa detik sebelum jarum-jarum itu menusuk tubuh saya. (dengan mata berkaca-kaca bunda Linda meneruskan ceritanya)….setelah itu, dengan posisi tetap HARUS berbaring terlentang saya di periksa menggunakan CTG sambil menunggu dokter SPOG nya datang. Dari hasil CTG kondisi janin saya masih sehat dan sejahtera, dan ketika sesaat kemudian dokter datang dan melakukan VT lagi (untuk yang kesekian kalinya saya di VT berulang-ulang dan berganti-ganti orang) dokterpun mengatakan bahwa saya sudah pembukaan 3 cm dan kondisi janin baik. Sedikit lega saat itu, namun tiba-tiba 30 menit kemudian, situasi berubah karena sang dokter menganjurkan saya untuk SC.

Saat itu saya bingung karena semuanya baik-baik saja, hanya saja memang saya agak kesakitan, nah tiba-tiba ibu saya menghampiri saya dan mengatakan bahwa saya harus SC demi kebaikan janin saya daripada janin saya nanti meninggal? Semakin bingunglah saya. Sesaat kemudian dua perawat datang lalu menyukur bulu kemaluan saya, memasang kateter dan meminta saya untuk mengganti baju. Semuanya berlangsung begitu cepat hingga sayapun tidak mampu berfikir dan bertanya apa yang terjadi. Saya tidak ingin SC tetapi kenapa saya akhirnya di bawa ke ruang operasi. Yang saat itu saya hanya sendirian di dorong masuk ke ruang operasi yang berwarna hijau dan dingin. Ketika pintu terbuka, yang saya lihat pertama kali adalah deretan alat dan gunting yang mengerikan. Lalu beberapa perawat dan dokter datang mengerumuni saya dan semuanya laki-laki. Rasanya saat itu adalah saya ingin lari, namun saya tidak kuasa. Saat itu tensi saya langsung naik dan saya akhirnya di bius total. Saya tidak tahu apa yang terjadi tiba-tiba saya dengan ada suara bayi menangis keras sayup-sayup dan ternyata itu adalah anak saya, saya ingin meraihnya tetapi saya tidak kuasa, karena tubuh saya masih sangat lemah. Bayi saya menangis terus dan dipisahkan dari saya saat itu.

Baru 8 jam kemudian saya bisa bertemu dnegan bayi saya, dan saat bertemu pertama kali saya tidak merasakan apa-apa, reaksi pertama kali saya adalah “bayi siapa ini?” dan saya tidak merasakan rasa “jatuh cinta” seperti yang diceritakan rekan-rekan saya. Selama 3 hari saya merasa kesulitan untuk menyusui, akhirnya bayi sayapun kuning dan harus dirawat di RS tersebut. Hari ke 4 saya sudah bisa pulang tetapi tanpa bayi saya karena bayi saya masih harus di foto therapy. Setelah bayi saya pulang, saya merasakan post partum blues, hampir tiap hari saya menangis. Dua minggu kemudian saat saya kontrol jahitan, ternyata jahitan saya terinfeksi, pantesan beberapa hari itu badan saya panas dan bekas jahitan terasa sangat nyeri.

Keputusan dokter saat itu adalah saya haru di jahit ulang. Itu artinya saya harus operasi lagi!

(bunda Linda pun tidak sanggup melanjutkan ceritanya karena dia menangis tersedu-sedu)

Bunda Linda : Saya trauma bu…walaupun itu sudah terjadi 7 tahun yang lalu tapi entah mengapa begitu saya tahu saya hamil lagi, hampir setiap hari saya mersa ketakutan dan mimpi buruk, karena takut operasi dan mengalami kejadian seperti 7 tahun yang lalu.

memang sampai saat ini tak ada satupun kecuali suami saya yang mendukung langkah saya ikut kelas persiapan persalinan disini bu…kakak dan keponakan saya yang kebetulan sebagian besar juga SC hanya mengatakan “mbok yo sing sumeleh! nek uwis Sc yo bakalan SC seterunya ngono wae kok di gawe repot (mbko ya yang pasrah, tak usah macam-macam, karena kalau sebelumnya SC ya pasti SC lagi) , tapi saya tak peduli bu bidan..ini tubuh saya…ini bayi saya…dan yang merasakan juga saya. saya hanya ingin berikan yang terbaik untuk anak saya nanti. walaupun akhirnya saya di haruskan SC lagi ya saya akan ikuti tapi setidaknya saya jauh lebih siap nanti dan tidak mengalami trauma seperti kemarin.

Itulah sekilas cerita dari bunda Linda, dan sekarang beralih ke bunda lainnya:

Bunda Endri ** nama Samaran

Bunda Endri : proses persalinan saya termasuk persalinan yang lancar bu bidan. Jam 04:00 pagi saya merasakan kontraksi dan ada flek di celana, lalu saya pergi ke bidan setempat ternyata sudah pembukaan 2 cm. Karena jarak ke rumah bidan tidak terlalu jauh hanya sekitar 45 menit, maka saya disuruh pulang terlebih dahulu dan jalan-jalan. Saat itu kontraksi semakin lama semakin intens, yang sebelumnya 20 menit sekali dengan durasi 10 detik semakin lama semakin sering menjadi 5 menit sekali dnega durasi 40 detik. Karena kontraksi terasa semakin tidak nyaman akhirnya saya datang ke rumah bu bidan lagi, dan saya sudah pembukaan 5 cm. Sambil terus menikmati kontraksi yang semakin lama semakin kuat, Kira-kira 4 jam kemudian ada dorongan ingin mengejan dan ternyata saya sudah pembukaan lengkap. Ketika masuk ruang persalinan, saya di haruskan tidur berbaring dengan setengah duduk dan kaki terbuka lebar “mekangkang” (bahasa jawanya), saat itu saya merasa sakit sekali di punggung dan tulang ekor, ingin rasanya saya bangkit dan jongkok, tetapi bu bidan tidak mengijinkan karena kata beliau kalau mau melahirkan ya posisinya harus demikian tidur setangah duduk dengan kaki mekangkang lalu mengejan. Saat itu sama sekali saya tidak bisa mengejan dengan baik, dan sampai saya kelelahan. Akhirnya saya diinfus untuk menambah kekuatan kata bu bidan.