Bidan Kita

Home Blog Page 43

Gentle Birth Untuk Semua

 

SONY DSC

Berawal dari sebuah transformasi yang dialami seorang ibu saat melahirkan anaknya

** cerita lengkap bisa di lihat disini:https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=268

Membuat akhirnya sebuah group non profit di dunia maya lahir dan menjadi salah satu rujukan bagi mereka yang ingin merasakan indahnya persalinan.

Ya Gentle Birth Untuk Semua adalah nama group ini.

Sebuah group yang mempunyai visi :

Menjembatani berbagai aspek yang ada dalam memandang kehamilan dan persalinan. Memposisikan ilmu pengetahuan, teknologi, kearifan budaya, serta spiritual, secara proporsional sesuai fungsi dan perannya untuk berjalan sinergi dan saling melengkapi. Berbagi pengetahuan dan pengalaman agar ibu hamil memberdayakan dirinya semaksimal mungkin dengan ilmu dan keterampilan, supaya kehamilannya berjalan sehat dan persalinannya aman, nyaman, lancar, dan minim trauma.

 

Gentle Birth Untuk Semua atau biasa di kenal dengan GBUS. Mengapa dahulu mbak Prita sebagai penggagas forum ini menggunakan dan memilih kata kata “Untuk Semua” karena memang harapannya Gentle Birth bisa di nikmati dan di rasakan oleh semua orang dalam semua jenis atau metode persalinan. Karena memang seharusnya persalinan yang lembut, penuh cinta, penuh kasih dan minim trauma dapat di rasakan oleh setiap orang, bukan hanya mereka yang melahirkan di dalam air (waterbirth), bukan hanya mereka yang melahirkan dirumah (homebirth), bukan hanya melahirkan di atas kasur (dry birth/bed birth) , bukan hanya mereka yang melahirkan di klinik bidan, tapi mereka juga yang melahirkan di rumah sakit, bahkan di meja operasi.

Gentle birth adalah sebuah Filosofi dalam siklus dasar kehidupan manusia, mulai dari masa konsepsi, kehamilan, persalinan, menyusui bahkan parenting.

Sebagai salah satu penggiat gentle birth di Indonesia, saya senang sekali ketika istilah gentle birth mulai di kenal banyak orang, bahkan menjadi sebuah tren dan fenomena yang nge boom di Indonesia. Tapi sebenarnya saya juga sedih karena dengan ngeboom nya istilah gentle birth ini, banyak pihak yang akhirnya belum siap untuk menerima, mencerna, merasakan dan mengolah apa itu gentle birth sehingga banyak sekali salah kaprah dalam penerapannya. Bahkan banyak sekali pihak pihak yang akhirnya menggunakan “aji mumpung” dengan ngeboomnya istilah gentle birth ini. Yang akhirnya dengan “aji mumpung” tersebut menciptakan dalih dalih bahkan semacam statment statment yang justru akhirnya “mencemari” bahkan bertolak belakang dengan filosofi gentle birth itu sendiri, dengan dalih politik, ras, bahkan agama, banyak pihak pihak yang akhirnya mencari pendukung, simpatisan yang sekiranya bisa di pengaruhi dan bahkan di hasut untuk menjadi Anti A, Anti B. Dan lain sebagainya. Padahal

Gentle birth adalah sebuah keseimbangan

Gentle Birth adalah sebuah harmonisasi

Gentle birth adalah sebuah proses awareness

Gentle Birth adalah Re Birth

Gentle birth adalah sebuah transformasi dalam kehidupan yang seimbang dan harmonis.

Seimbang dan harmonis berarti tidak Anti A, tidak Anti B

Seimbang dan harmonis berarti “membumi” dan menghormati semesta.

Gentle artinya Lembut

Birth artinya kelahiran, bukan hanya kelahiran seorang bayi, tetapi kelahiran “kembali” seorang wanita menjadi seorang “IBU” , kelahiran kembali seorang laki-laki menjadi seorang “AYAH”, kelahiran seorang menjadi Nenek ataupun kakek, Om maupun Tante,

Gentle birth adalah sebuah PROSES pemberdayaan dan pendewasaan diri.

Beberapa bulan yang lalu, ketika saya belajar tentang tari jawa, saya sangat senang sekali karena filosofi yang terkandung dalam sebuah tarian ternyata sesuai dan selaras dengan filosofi gentle birth:

1. Greget(semangat/spirit)

2. Sengguh (keteguhan hati),

3. Ora Mingkuh (fokus),

4. Nyawiji (menyatu antara body, mind and soul)

Yah untuk mendapatkan proses persalinan & kelahiran yang nyaman, lembut, minim trauma tentunya bukan sesuatu yang instan. Butuh proses dan berikut ini adalah beberapa hal yang harus Anda lakukan dan upayakan

1. Buatlah komitmen

jika Anda mulai sadar tentang betapa pentingnya proses persalinan dan kelahiran yang lembut dan minim trauma bagi Anda maupun bayi Anda maka mulai sekarang Anda harus mau membuat komitmen.

– Komitmen untuk mau belajar kembali

Knowledge is Power! Kalimat ini yang seringkali dan hampir selalu saya utarakan dan saya sampaikan kepada setiap ibu yang konsultasi maupun mengikuti kelas dan workshop saya. Karena memang ketika Anda hamil, Anda harus membekali diri dengan pengetahuan yang benar dan memadai mengenai kehamilan, persalinan bahkan pengasuhan.

– Komitmen untuk mau “open mind”

Ya Open Mind itu harus. Ingat bahwa

ini adalah kehamilan Anda,

ini adalah kelahiran Anda,

ini adalah tubuh Anda,

ini adalah bayi Anda

berarti keberhasilan proses persalinan ini merupakan tanggung jawab Anda dan suami sebagai satu team. Untuk itu pikiran Anda harus mulai terbuka, dan mau belajar

– Komitmen untuk mau berlatih nafas, Olah fisik (Yoga, Taichi, pilates atau yang lain)

– Komitmen untuk tetap fokus dan tekun.

MINDFULNESS di butuhkan untuk BERSALIN NYAMAN

Ketika saya menyusun program Gentle Birth Balance di Bidan Kita , saya menyadari bahwa persiapan pikiran, hati, psikologis, dan mental dalam menjalani proses melahirkan sangatlah penting.

Banyak dari para ibu yang inginnya serba instan. Dan tidak mau berproses dalam serangkaian peristiwa yang terjadi.

Banyak ibu yang saking inginnya jadi terobsesi sehingga ketika ada sesuatu yang kurang, ada sesuatu yang berjalan tidak seperti yang dia harapkan, maka langsung mencari cari siapa yang pantas disalahkan atas kekurangan tersebut.

Sebagai contoh:

a. Seorang ibu rajin ber Yoga sejak 32 w kehamilannya, karena dia ingin melahirkan dengan lancar dan nyaman, namun setiap kali beryoga sang ibu ini hanya menghafalkan gerakan demi gerakan, asal tubuh bisa di tekuk tekuk itu udah cukup. Dia tidak berusaha untuk selaras dengan nafas dan tubuh di dalam setiap gerakannya, dia hanya asal bergerak saja, tanpa “Nyawiji/Menyatu”. Sehingga ketika proses persalinan dan ternyata proses persalinannya berlangsung lama, ibu ini langsung menyalahkan YOGA nya. Dan menyalahkan dirinya sendiri karena gagal.

b. Seorang ibu rajin relaksasi hypnobirthing, expectasinya adalah agar tidak merasakan sakit saat melahirkan nanti, namun ibu ini jarang berlatih, berlatih jika ingat saja. Nah saat proses persalinan ibu ini tetap merasakan sakit terutama di pembukaan 5cm , nah lalu sang ibu ini marah dan menyalahkan hypnobirthingnya. Ternyata dia tidak belajar tentang filosofi dalam hypnobirthing tersebut namun terobsesi untuk tidak merasakan sakit dengan hypnobirthing.

Dan masih banyak lagi contoh contoh yang ada di lapangan.

Ya. Ternyata masih banyak yang melupakan dan tidak mengetahui filosofi dalam persiapan persalinan itu sendiri dimana seorang ibu harus mempunyai :

1. Greget(semangat/spirit)

2. Sengguh (keteguhan hati),

SAAT Hari Perkiraan Lahir itu Telah Lewat

 

Ingatkah Anda dulu ketika Anda masih Jomblo? Padahal umur sudah dianggap cukup untuk menikah? Apa yang teman, saudara dan orang tua katakan saat mereka bertemu dengan Anda? Bisa dipastikan pertanyaan pertanyaan pembuka yang seringkali mereka lontarkan adalah “kapan menikah?”…..”kok belum menikah sich, nunggu apa lho?”…..dan berbagai pertanyaan dengan berbagai gaya bahasa yang intinya hampir sama, padahal mungkin saat itu dalam hati Anda juga menjerit. Karena sebenarnya Anda pengen tapi apa daya pacar aja belum punya? Atau kalaupun punya, hati belum sreg?!. Sehingga seringkali Anda menjadi sangat malas dan merasa ogah ogahan untuk ikut bergabung dalam acara acara yang melibatkan banyak orang seperti reuni, arisan keluarga bahkan acara berkunjung ke rumah saudara saja rasanya menjadi ogah karena pasti pertanyaan yang sama akan Anda dengar. Dan itu membuat kuping Anda terasa “gatal”.

Begitu pula kejadiannya akan berulang sama ketika Anda akhirnya sudah menikah dan setelah beberapa bulan bahkan beberapa tahun ternyata Anda belum di karuniai momongan. Pertanyaan “kapan hamil?”…..”kok belum hamil-hamil? Nungguin apa? Kok belum isi juga??”…dan lain sebagainya selalu Anda dengar juga manakala Anda berkumpul dan bertemu dengan mereka. Nah ungkapan bunda Shinta berikut ini mungkin mewakili sebagian besar ungkapan dan perasaan hati Anda:

“Saya paling sebel ketika datang ke arisan keluarga. Tiap bertemu dengan orang, pertanyaannya adalah “Kapan hamil?” “kapan punya anak?” “gimana kok belum hamil sich?” dan itu membuat hati saya terasa panas dan kuping terasa gatal. Saya sudah menikah selama 2 tahun dan belum di karuniai momongan. Berbagai upaya sudah kami lakukan. Terkadang rasanya putus Asa. Ada rasa iri dan sedih ketika melihat teman atau saudara yang baru saja menikah tapi langsung berhasil hamil. Tapi apa daya? Dan pertanyaan pertanyaan itu sering sekali membuat saya ogah ogahan untuk pergi keluar rumah dan bertemu dengan mereka. Untung suami saya mendukung selalu.”

Dian Kiky Wardhana Jaman dulu belum hamil-hamil juga, eh terus adek begitu nikah terus hamil ada tetangga yg blg gini “ini mbak-nya kok kalah pinter mainnya, gak jadi-jadi juga, belajar sama adeknya donk mba” pas wkt itu mangkeeell banget, mangkel sak mangkel-mangkelnya, lu kate hamil tu perkara pinter ato kagak yak, pasang senyum “sok” manis, diem, tinggal masuk kamar daahh, dalam hati pengen juga nanya “bu,nanya-nanya saya hamilnya kapan,kalau saya tanya matinya kapan, situ tau jawabnya?” tapi karena tetangga uda agak berumur, jadilah tinggal caww ajah

Nah ketika Akhirnya Anda berhasil hamil, pasti setiap orang baik teman, sahabat, saudara apalagi orang tua sangat penasaran untuk mengetahui kapan sang jabang bayi ini lahir, setelah mereka mengetahui bulan atau tanggal hari perkiraan lahirnya, dan ternyata tanggal HPL tersebut telah terlampaui maka kejadian semasa jomblo dan belum hamilpun terlang kembali, yaitu Anda akan mendengar pertanyaan pertanyaan tentang kapan bayi itu akan lahir?

Inilah beberapa pertanyaan yang sering terungkap dan sering di dengar para ibu yang mendekati hari HPL apalagi yang HPL nya sudah terlewatkan:

– Kapan melahirkan?

– Belum ada tanda tanda melahirkan ya? Kok lama sekali?

– Eh itu perutnya udah kelihatan turun sekali, kok belum lahir juga?

– Kalau aku dulu 2 minggu sebelum HPL bayiku sudah lahir, nah ini udah HPL kok belum lahir juga mbak?

– Kapan ke dokter? Minta di induksi aja.

– Kapan di induksi mbak?

– Si A udah melahirkan lho, kok Anda belum? Bukankah HPL nya sama?

– Hati hati lho…nanti ketubannya kering…

GENTLE BIRTH “Tak Kenal Maka Tak Sayang”

IMG-20141016-WA0001“Cethar Membahana di seluruh Khatulistiwa” inilah ungkapan si penyanyi solo Syahrini yang sepertinya pas dan pantas saya sematkan pada GENTLE BIRTH. Sebuah fenomena dalam dunia persalinan dan kelahiran.

Nah sebelum saya lanjutkan tulisan saya, saya akan bercerita tentang kisah perkenalan saya dengan Gentle Birth, Sejak perkenalan saya dengan Hypnotherapy dan hypnobirthing sekitar tahun 2004-2005 yang lalu, ketertarikan saya akan complementary therapy semakin menjadi. Dan akhirnya Tuhan membawa saya mengenal Gentle Birth di tahun 2006-2007. Berawal dari perkenalan saya dengan bu Robin Lim lalu dilanjutkan dengan “ketemuan” dengan pakar pakar Gentle Birth di dunia serta “kebetulan –kebetulan” yang menuntun saya untuk bertemu dengan sahabat, teman dan juga guru guru spiritual saya yang semuanya mengarah ke satu muara yaitu GENTLE BIRTH

Tak Kenal, maka tak sayang…ya itulah yang akan terjadi dalam lingkup gentle birth. Dahulu saat saya belajar tentang gentle birth dan juga tentang waterbirth di Yayasan Bumi Sehat, saat itu saya bersama dengan teman teman bidan yang kebetulan juga pengurus & “pentolan IBI (Ikatan Bidan Indonesia)” Cabang Klaten dan Surakarta. Kebetulan beliau adalah trainer APN (Asuhan Persalinan Norma) juga. ** Silahkan Klik di sini:

a. tentang 60 langkah APN: http://viona-bidangaul.blogspot.com/2013/05/60-langkah-asuhan-persalinan-normal-apn.html

b. tentang 58 langkah APN : http://rabiatulrizky.blogspot.com/2011/12/58-langah-apn.html

Dan di tahun itu APN sedang baru barunya dan sedang di gaungkan di Indonesia, dengan 60 langkahnya. Dan sedang hangat hangatnya. Dimana itu adalah program pemerintah secara nasional. Dan saat itu saya bersama dengan dua “pentolan”-nya APN sedang belajar tentang hal baru di yayasan bumi sehat.

Kami sangat beruntung karena di yayasan bumi sehat, kami disambut dengan sangat baik bahkan di jamu luar biasa dan diberikan tempat tinggal gratis, yaitu Ashraam yang letaknya tepat di depan klinik yayasan Bumi Sehat, sehingga kami bisa terlibat dan melihat secara langsung layanan yang mereka lakukan.

Hari pertama datang dan melihat semua kegiatan di yayasan bumi sehat yang ada hanyalah ekspresi “melongo” dan “Mengernyitkan dahi”. Saat itu “Gelas” kami sudah terlalu penuh untuk diisi dengan “air” yang baru. Sehingga gelas ini tidak muat untuk menampungnya. Bagaimana tidak? Kami yang mana notabenenya berlatarbelakang trainer APN (2 orang teman saya), dan saya yang adalah seorang Dosen Akbid saat itu. Dengan segala ilmu yang sudah kami dapatkan dan kami ajarkan bertahun tahun tiba-tiba musti di hadapkan dengan berbagai praktek dan ilmu yang sangat jauh berbeda dengan apa yang telah kami pelajari dan kami ajarkan selama ini.

Inilah beberapa hal yang membuat kami tak bisa tidur selama kami di Ashraam (terutama saya) karena otak dan hati ini seolah-olah “perang” di sana. Seolah olah ilmu ini seperti puzzle yang tercerai berai dan harus disusun satu persatu dengan teliti dan tekun serta berhati hati agar bisa terbaca dengan jelas.

1. Melahirkan di dalam air

Sungguh sesuatu yang sangat menarik dan membikin penasaran serta terheran heran saat itu. Bagaimana tidak selama ini kami diajarkan bahwa kalau melahirkan bayi ya di atas kasur, di atas tempat persalinan. Dengan sang ibu tidur terlentang atau setengah duduk dengan kaki ngangkang. Nah ketika di yayasan bumi sehat kami melihat proses persalinan di air dengan posisi duduk. Heran dan aneh…bahkan cenderung agak skeptic saat itu. Kami lupa bahwa konsep sederhana dari waterbirth adalah menyadari bahwa bayi di dalam kandungan adalah “makhluk air” karena dia hidup di dalam air ketuban jadi ketika lahir melalui media air itu tak masalah dan justru jauh lebih baik.

Kami melongo dan kami heran namun saya sangat terkesan dan terkagum kagum….”Kok bisa ya?”….”nanti kalau ada apa-apa bagaimana?”…..”jangan jangan….”…pertanyaan pertanyaan itu menghantui pikiran saya. Namun saya sangat beruntung karena teman saya Brenda Ritchmond membimbing saya pelan pelan dan memberikan pemahaman demi pemahaman kepada saya saay itu. Dan justru berawal dari diskusi diskusi sederhana yang kami lakukan, membuat saya mau terbuka hati, pikirannya sehingga mau belajar, belajar dan belajar lagi….hingga akhirnya saat ini justru saya yang membuat buku tentang waterbirth di Indonesia 😉 :

https://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=623:waterbirth&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56

Silahkan buka tentang penelitian waterbirth disini:

http://www.waterbirth.org/

http://www.oneworldbirth.net/blog/why-is-water-birth-so-controversial/

http://www.healtheast.org/maternity/waterbirth.html

http://www.rcog.org.uk/womens-health/clinical-guidance/immersion-water-during-labour-and-birth

http://www.waterbirth.org/assets/documents/RCOG_Waterbirth_Guidelines.pdf

dan masih banyak lagi info baik itu artikel, maupun penelitian tentang waterbirth.

2. Delayed Umbilicall Cord

Adalah penundaan pemotongan tali pusat setelah bayi lahir dengan seutuhnya. WOW adalah kalimat pertama yang saya ucapkan saat itu. Tentu ini tidak sesuai dengan apa yang saya pelajari bahkan apa yang di ajarkan APN saat itu. Lagi lagi mengernyitkan dahi. Namun beruntungnya saya adalah orang yang mau belajar sehingga berawal dari WOW sambil mengernyitkan dahi dan memincingkan mata, akhirnya berubah dengan WOW sambil tersenyum lega.

Nah beberapa artikel dan penelitian yang saya baca tentang delayed umbilical cord ada disini salah satunya:

http://www.nytimes.com/2013/07/11/health/study-endorses-later-severing-of-umbilical-cord.html?_r=0

http://www.acog.org/Resources_And_Publications/Committee_Opinions/Committee_on_Obstetric_Practice/Timing_of_Umbilical_Cord_Clamping_After_Birth

http://www.midwiferytoday.com/articles/neonatalresus.asp

http://www.medscape.com/viewarticle/708616_3

dan masih buanyak lagi penelitian tentang delayed umbilical cord ini.

3. Lotus Birth

Ini apalagi!!! Aneh aneh aja!! Heheh kalimat itu yang muncul di benak saya saat pertama kali melihat lotusbirth berbagai pertanyaan seolah olah “perang” di otak saya. Delayed umbilical cord saja tidak di ajarkan, apalagi lotusbirth?WOW lagi dech!

Dan lagi lagi saya beruntung karena saya mau belajar dan belajar saat itu . nah tentang lotus birth inilah beberapa artikel yang saya baca :

http://www.pregnancy.com.au/resources/topics-of-interest/labour-and-birth/lotus-birth.shtml

http://www.sacredbirthing.com/lotus-birth/

http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm

dan masih banyak lagi lho 😉

4. Burning Cord

Burning cord = memotong talipusat dengan dibakar…lagi lagi WOW! Namun saat itu saya mengalami hal yang luar biasa dengan burning cord. Pertama kali saya melihat persalinan di yayasan bumi sehat dan waterbirth, saat itu sang bayi mengalami asfiksia, seluruh tubuhnya kebiruan dan sang bayi tidak bisa bernafas dengan lancar . Alhasil segera setelah plasenta lahir sang bayi yang masih “intact” dengan plasentanya di bawa ke bed. Dan dilakukan burning cord dan yang terjadi dalam hitungan detik, wajah dan tubuh bayi langsung kemerahan dan sang bayi langsung stabil kondisinya. Dari peristiwa itu akhirnya saya belajar tentang energi, tentang chi…tentang yin dan yang…wow…luar biasa,

5. IMD

Saat itu di APN belum ada IMD seperti langkah yang sekarang menjadi 58 langkah APN. Jadi IMD merupakan hal yang baru bagi kami saat itu. Tapi tidak bagi yayasan bumi sehat. Karena jauh sebelum IMD di gaungkan di Indonesia, mereka sudah melakukan dan selalu melakukannya. Hanya saja karena dulu praktek itu “tidak sesuai” dengan apa yang diajarkan di APN, maka saat itu kamipun menganggap itu adalah praktek yang “nyleneh” heheh. Baru setelah IMD menjadi pedoman dan praktek yang harus dilakukan …barulah kami berkomentar..oh ternyata dulu itu….oh ternyata boleh ya…oh ternyata bla bla bla. Jadi judulnya adalah “OH TERNYATA”

6. Homeophaty, naturophaty

7. Accupresure

8. Accupunktur

9. Chiropracty

10. Craniosakral

Asuhan Sayang Ibu & Sayang Bayi

Masih berkaitan dengan Gentle Birth, sebuah filosofi dalam persalinan yang mana dalam proses persalinan hendaknya penuh dengan cinta dan minim trauma, yang mungkin dalam bahasa yang lebih mudah di cerna adalah proses persalinan yang sayang ibu dan sayang bayi. Dimana kebetulan di Indonesia sebenarnya sudah ada programnya. Namun saat ini saya ingin Mencoba sedikit mengkoreksi tentang Penerapan Asuhan Sayang Ibu dan sayang Bayi di Indonesia.

Terus terang saya agak kaget ketika mendengar bahwa sesuai dengan hasil KONAS IBI kemaren di Jakarta menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu diIndonesia meningkat tahun ini. Kok Bisa Ya?

Padahal tehnologi semakin maju, Dokter banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia, bahkan bidan saja terutama di pulau Jawa, hampir setiap desa sudah ada bidan desa-nya bahkan di beberapa daerah, satu desa mempunyai dua bidan desa. Artinya fasilitas kesehatan sudah sangat mencukupi di lapangan. Walaupun mungkin saja di daerah-daerah marginal belum banyak, namun saya rasa 80% lebih sudah tersedia nakes di daerah mereka.

Selain itu selama 5 tahun terakhir ini, keberadaan sekolah- sekolah yang mencetak tenaga bidan sudah sangat banyak sekali. Di DIY Yogyakarta saja ada lebih dari 10 stikes dan akbid. Begitu pula di daerah lain, bahkan di Makasar saja hampir setiap kabupaten mempunyai akbid atau stikes, dimana setiap tahunnya mereka meluluskan lebih dari 80 bidan. Artinya tenaga bidan sudah banyak sekali tercetak di negeri ini. Namun mengapa masalah kematian ibu tidak bisa teratasi?

Seolah-olah semakin maju tingkat ekonomi, sosial dan tehnologi, justru kemampuan seorang wanita untuk melahirkan secara normal alami justru semakin menurun.

Seperti kita ketahui bersama bahwa angka kejadian Operasi SC semakin tahun semakin tinggi saja. Angka kejadian Induksi dan persalinan dengan tindakan pun semakin banyak dan lazim terjadi.

Dan angka kematian ibu semakin hari bukannya menurun tetapi menanjak naik.padahal

Program yang pemerintah canangkan pun sangat bagus sekali, mulai dari program :

Program Safe Motherhood pada tahun 1988 Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996, Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Saver (PMS). Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal

Yang mana semuanya adalah demi tercapainya penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Namun mengapa semua program tersebut tidak membawa hasil yang signifikan? Bahkan hingga persalinan gratis dicanangkan pun , Angka kematian ibu justru malah cenderung meningkat. Apa yang salah?

Saya akan mencoba untuk mengkaji sedikit demi sedikit kenyataan di lapangan. Bukan berarti menjelek-njelekkan, namun mencoba untuk mengajak kita semua untuk saling mengkoreksi diri.

Karena pada dasarnya semua program pemerintah tersebut jika di laksanakan secara baik, benar dan bekelanjutan, maka sudah di pastikan Angka kematian ibu di indonesia bakalan menurun drastis. Nah saya akan mencoba mengkaji PENERAPAN ASUHAN SAYANG IBU DALAM PERSALINAN yang ada di lapangan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?” dan sebenarnya Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang paling ideal karena berpusat pada ibu yang mana disini ibu adalah klien (Client oriented) Kala I Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan dukungan emosional.

Dukungan secara emosional ini adalah mutlak harus diberikan kepada ibu karena kita tahu bahwa proses persalinan adalah sebuah proses panjang yang dimana seringkali membuat kepanikan, kecemasan dan rasa ketidaknyamanan muncul. Padahal kita tahu sendiri bahwa ketika seorang ibu berada dalam proses persalinan, seharusnya kecemasan, kepanikan tersebut tidaklah muncul.

Namun kenyataan yang sering dilihat di masyarakat adalah, dukungan inilah yang justru kurang,

– Di awali dari kurangnya pengetahuan sang ibu dan keluarga akan proses persalinan, sehingga mengakibatkan mereka panik.

– Kemudian ditambah dengan hubungan antara nakes dan ibu yang sebatas hanya hubungan antara pasien dan nakes bukan hubungan antara klien dan nakes.

Beda antara klien dan pasien sangatlah banyak. Klien = pengguna jasa, partner, sedangkan pasien lebih berarti seorang yang sakit dan secara emosional pasien berada di “bawah” nakes. Namun beda dengan klien. Klien stratanya setara dengan nakes. Artinya klien berhak untuk berdiskusi, bahkan bernegosiasi dengan nakes tentang asuhan apa yang hendak di terapkan.

– Masih banyaknya nakes yang menganggap bahwa proses persalinan adalah proses medis mekanis yang mana ketika pross persalinan tersebut tidak sesuai dengan standart maka dianggaap gagal dan harus dilakukan tindakan dan intervensi. Misalnya seorang ibu mengalami kala I tak maju dimana pembukaan berlangsung lama, maka segera saja nakes langsung melakukan intervensi, padahal mungkin akar masalah dari hal itu adalah stres dan ketegangan yang dialami sang ibu. Sehingga bukannya akar masalahnya yang di atasi namun tanda gejalanya saja yang diatasi sehingga alhasil banyak sekali tercipta “cascade intervensi” disini.

– Masih banyaknya perilaku nakes yang belum mampu memberikan dukungan emosional kepada sang ibu, dimana nakes masih lebih sering berkutat pada lembar dan kertas Asuhan Kebidanan dan administrasi di bandingkan dengan berada di samping ibu dan memberikan dukungan berupa support, melakukan relaksasi, memberikan massage, memberikan elusan, belaian kepada ibu. Yang saya lihat adalah sebagian besar nakes hanya mendatangi ibu hanya jika ada keperluan misalnya hendak memeriksa detak jantung bayi, hendak melakukan pemeriksaan dalam saja setelah itu para bidan hanya berkutat pada pekerjaanya tentang administrasi (sibuk dengan lembar asuhan kebidanan) yang harus diisi dan di dokumentasikan. sedangkan support atau dukungan lain yang sebenarnya dibutuhkan oleh ibu diserahkan begitu saja kepada pendamping persalinan dalam hal ini adalah suami, padahal suami dan keluarga tidak dibekali cara-cara dan tips dalam melakukan pendampingan. Bisa di bayangkan, suaminya yang panik dan kebingungan harus mendampingi istri yang panik, kebingungan dan kesakitan.

Disini saya seringkali tergelitik, karena saya merasa bidan masih kalah dengan dukun beranak. Dan seharusnya bidan belajar banyak kepada dukun beranak yang mana seorang dukun beranak pasti melakukan dukungan yang terus menerus, berada di samping sang ibu, memberikan massage, menghibur dan memberikan rasa aman dan nyaman yang mutlak di butuhkan seorang ibu yang sedang bersalin.

– Masih banyak nakes yang berkata seperti ini : “ibu ini buatnya saja sambil tertawa, masak pas giliran mau melahirkan malah menangis?” di saat ibu sedang panik dan kesakitan menahan ketidaknyamanan yang dia rasakan.

Nah untuk itulah sebenarnya dukungan emosional ini harus di jabarkan secara lebih mendetail dalam program asuhan sayang ibu sehingga, nakes dan keluarga dapat menjadi tim yang solid dalam memberikan dukungan kepada seorang ibu bersalin.

Misalnya, seorang pendamping persalinan di berikan semacam pelatihan pendampingan, semacam pelatiahan “Birth partner” sehingga di hari H sangat birth partner inilah yang dapat membantu nakes untuk memberikan support kepada ibu bersalin. Karena pada dasarnya pengetahuan adalah kekuatan. Disinilah letak fungsinya pemberdayaan diri.

2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.

Ya pendampingan keluarga ini sangatlah penting, karena rasa aman sang ibu bisa didapatkan ketika dia berada di antara keluarga yang mendukungnya, namun sanyang sekali masih banyak fasilitas kesehatan yang tidak mengijinkan adanya pendampingan persalinan sampai proses kelahiran bayi. Sebagian besar keluarga terutama suami hanya diperbolehkan untuk mendampingi saat kala I persalinan saja, giliran ibu memasuki kala dua, pendamping dipersilahkan untuk keluar. Padahal justru disinilah moment puncak tertinggi seorang ibu membutuhkan support dari seseorang yang dia percayai.

3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.

Beberapa ibu menginginkan pendampingan oleh orang yang dia percayai dan mungkin saja bukan suaminya, tetapi teman, ibu, saudar atau bahkan doula yang sengaja dia “hire” untuk pendampingan. Namun tidak sedikit fasilitas kesehatan yang tidak menghormati keinginan ibu tersebut. Nah mari kita koreksi dan perbaiki bersama.

4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara :

(a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.

(b) Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.

(c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.

(d) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.

Alasan Untuk Tetap ber-Olahraga selama Hamil

0

Menjadi bugar itu penting, tidak hanya untuk Anda dan saya namun juga untuk para ibu hamil.karena ketika seorang ibu hamil bugar dan sehat, maka proses persalinannyapun akan berjalan dengan lancar dan nyaman. Dan manfaat untuk ibu tidak berhenti di situ. Sebuah studi pada tahun 1992 oleh Lois Jovanovic-Peterson menemukan bahwa ibu yang mengalami diabetes kehamilan bisa menurunkan kadar gula darah mereka ke titik normal dimana mereka tidak lagi membutuhkan suntikan insulin dengan melakukan olahraga aerobik selama 20-30 menit tiga kali seminggu.

Dr Tanya K. Sorensen melaporkan pada pertemuan tahunan 2002 Society for Maternal-Fetal Medicine di Amerika bahwa olahraga selama kehamilan tampaknya mengurangi resiko terkena pre-eklampsia.

Adapun dalam proses persalinan, studi yang dilaporkan dalam Jurnal Penelitian pada tahun 1991 kembali menunjukkan bahwa ibu yang berolahraga 20 menit tiga kali seminggu selama paling sedikit 20 minggu kehamilan mereka akan memiliki proses persalinan yang lebih pendek pada kala kedua-nya (kala pengeluaran bayi) dan lebih sedikit komplikasi selama persalinan dibandingkan dengan ibu yang jarang atau bahkan tidak pernah melakukan olahraga.

 

James Clapp, MD pada tahun 1996 melaporkan bahwa wanita yang berolahraga selama kehamilan melahirkan bayi mereka rata-rata 5 hari lebih awal dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah berolahraga dan mereka jarang memerlukan intervensi medis. Dalam makalahnya The American Journal of Sport Medicine ia menyatakan, “Fase aktif dalam persalinan mereka adalah sekitar 2 jam lebih pendek, bukti klinis dan laboratorium terhadap kondisi stres janin juga menurun, dan timbulnya persalinan operatif (forceps atau operasi caesar) berkurang dari 48% menjadi 14%. ”

Tetap bugar dan sehat juga dangat bermanfaat untuk bayi Anda. Dalam sebuah penelitian di tahun 1997 dari Case Western Reserve University di Cleveland James Clopp, MD menemukan bahwa di usia 5 bulan, bayi dari ibu yang berolahraga minimal 30 menit tiga kali seminggu memiliki tingkat lemak tubuh yang lebih rendah dan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, serta lebih mampu berbahasa lisan.

Jika manfaat fisik tidak cukup untuk Anda, pada tahun 2003 Dacosta dan rekan menerbitkan sebuah studi dalam Journal of Psychosomatic Obstetri dan Ginekologi menunjukkan bahwa ibu yang berolahraga selama kehamilan maka, kejadian depresi post partum/paska melahirkan lebih sedikit, kecemasan dan stres selama kehamilan juga lebih sedikit.

Jadi olahraga selama kehamilan bagus untuk Anda secara fisik dan emosional. Hal ini dapat membuat Anda lebih nyaman selama kehamilan dan membantu Anda selama persalinan. Ia bahkan bisa membantu bayi Anda semakin sehat. Dengan alasan yang baik begitu banyak, bagaimana bisa Anda tetap tidak mau berolahraga selama masa kehamilan??

Manfaat berolahraga selama kehamilan dimulai segera dan akan berlangsung seumur hidup.

Berikut daftar alasan untuk mulai berolahraga hari ini:

1. Berat badan bayi Anda akan sesuai dengan tumbuh dan kembangnya

2. Persalinan akan terasa lebih mudah dan lancar, tentu saja, karena sistem kardiovaskular yang sehat membuat Anda lebih semangat dan stamina kuat terutama pada tahap kala dua (melahirkan bayi). Satu studi menemukan bahwa ibu yang rajin olehraga maka , permintaan obat nyeri selama persalinan lebih rendah sekitar 58 persen daripada ibu yang tidak olahraga

3. Anda menurunkan risiko diabetes kehamilan Anda dengan sebanyak 27 persen

4. Suasana hati Anda akan lebih baik selama masa kehamilan

5. Sekitar dua pertiga dari wanita hamil mengalami sakit punggung, tetapi jika Anda sering olahraga apalagi Yoga, maka semua keluhan tersebut dapat di atasi.

6. Sistem pencernaan Anda lebih sehat

7. Anda memiliki lebih banyak energi selama masa kehamilan dan persalinan

8. Anda cenderung menjadi bugar walaupun hamil di usia pertengahan

Persiapan batin untuk proses persalinan

Proses persalinan merupakan pengalaman mental yang luar biasa dan tidak mungkin dilupakan atau terlupakan. Ini terbukti ketika Anda coba bertanya kepada ibu Anda bahkan Nenek Anda tentang sejarah atau kisah persalinan mereka. Mereka akan dengan detail mampu menceritakan dan menggambarkan tentang pengalaman melahirkannya. Apalagi ketika mereka mengalami trauma atau mengalami sesuatu yang sangat berkesan baik dalam konteks positif maupun negatif. Sehingg seringkali saat Anda bertanya tentang kisah persalinan mereka justru Anda akan mendapatkan wejangan-wejangan khusus dari mereka berkaitan dengan proses tersebut.

Untuk itulah maka sangat penting bagi anda untuk mempersiapkan mental dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan nanti. Ada beberapa sikap dasar yang harus Anda miliki sebagai calon ibu.

1. Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind)

Dari semua aspek dalam proses persalinan yang terjadi pada setiap orang, pengalaman persalinan Anda adalah milik Anda sendiri yang mana pengalaman persalinan Anda tentu saja berbeda dengan pengalaman persalinan ibu yang lain. Bahkan pengalaman persalinan Anda yang pertama tidak akan sama dengan pengalaman persalinan Anda yang kedua atau seterusnya. Dan pengalaman persalinan tersebut bisa saja berbeda dengan apa yang Anda baca, Anda lihat di TV maupun video. Persalinan Anda adalah unik. Jadi pemikiran inilah yang harus mengawali dan menjadi dasar dalam pikiran dan hati Anda. Sehingga jangan sampai anda mengandalkan rumus “KATANYA”, yaitu katanya si A begini……, lalu katanya si B begitu…. dan seterusnya. Ingat Anda harus mengingat bahwa persalinan setiap manusia itu berbeda karena manusia itu unik.

Pikiran Awal/pemula (Beginner”s Mind) hampir sama dengan pikiran tidak tahu atau “don”t know mind”. Kita tahu bahwa selama proses kehamilan terkadang kita menemui beberapa kejadian yang tidak di harapkan. Contohnya ketika Anda melakukan test laboratorium ditemukan bahwa Anda menderita anemia atau sesuatu yang lebih serius misalnya mengidap virus CMV (Cytomegalovirus). Atau mungkin tiba-tiba di umur kehamilan 32 minggu posisi janin Anda menjadi sungsang, dimana hal ini memungkinkan sebuah jawaban yang tidak diharapkan ketika muncul pertanyaan bagaimana cara bayi Anda dilahirkan nanti. Seringkali kejutan demi kejutan terjadi pada saat proses persalinan dan kejutan tersebut terkadang tidak dapat Anda hindari, contohnya jika tiba-tiba selaput ketuban Anda pecah dan Anda mengalami Ketuban Pecah Dini, atau kejutan yang Anda alami saat tiba-tiba Anda merasa ingin mengejan padahal belum pembukaan lengkap

Pikiran awal atau beginner mind membuat kita lebih siap menghadapi segala kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam persalinan nanti, dimana dalam pikiran ini kita dapat menyadari harapan dan harapan kita akan proses persalinan tanpa harus terpaku kaku dengan harapan-harapan tersebut, apalagi terobsesi. Dalam arti bahwa ketika Anda sudah mempersiapkan segalanya dengan sebaik-baiknya maka saat persalinan adalah waktunya untuk pasrah, ikhlas dan tenang.

2. Tidak menghakimi (Non-Judging)

“Pasti bakalan terasa sakit sekali!”

“Sepertinya aku tidak bakalan kuat menahan rasa sakit yang katanya orang benar-benar luarbiasa!”

“Aku terlalu gemuk, pasti aku kesulitan saat melahirkan nanti”

Apa yang kita pikirkan seringkali merupakan reaksi dari pengalaman hidup kita yang lalu. Kita bisa saja dengan mudah dan cepat menghakimi atau menilai sesuatu apakah itu sebagai hal yang baik atau buruk ketika kita menemukan bahwa itu menyenangkan atau menyakitkan. Dan beberapa kalimat di atas adalah kalimat-kalimat penilaian dan penghakiman terhadap diri sendiri yang seringkali ada di dalam pikiran dan hari Anda.

Ketika pemikiran tentang penghakiman atau penilaian tersebut terus ada dalam hati dan pikiran Anda, maka hal ini akan sangat berdampak hingga proses post partum (paska melahirkan) nanti, dimana ini justru membuat Anda berpotensial menderita depresi post partum. Karena dengan adanya pemikian tersebut bisa saja Anda selalu menyalahkan diri Anda atas beberapa kejadian yang mungkin saja tidak mengenakkan dan menyakitnyan yang Anda alami.

Bunda Fathya adalah seorang ibu yang mempunyai masalah berat badan berlebihan sejak sebelum dia hamil. Ketika dia melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan Kita, sejak awal dia sangat khawatir dengan kondisinya karena menyadari bahwa badannya besar dia menilai bahwa dia tidak bakalan bisa melahirkan secara normal alami, karena tubuhnya yang besar tersebut bisa saja membuat kesulitan demi kesulitan terjadi saat proses persalinan. Saat itu saya sangat maklum dengan apa yang dirasakan bunda Fathya. Karena memang berat badannya hampir mencapai 95 kg di usia kehamilan 20 minggu. Namun saat itu bunda Fathya saya ajak untuk mengikuti kelas persiapan persalinan dengan program balance gentle birth di klinik Bidan Kita. Selain belajar untuk lebih tenang dan optimis, bunda Fathya juga saya motivasi untuk rajin melakukan prenatal yoga. Sehingga tulang belakang dan kakinya kuat serta pinggulnya lebih lebar. Ketika berada di kelas prenatal yoga untuk pertama kalinya, memang bunda Fathya lumayan minder karena tubuhnya yang paling besar diantara ibu yang lain dan gerakannya paling kaku dan sulit di banding ibu yang lain. Namun saat itu semua ibu-ibu dan saya menyemangati bunda Fathya sehingga muncul dalam pikirannya bahwa dia lebih percaya diri, dan menganggap bahwa kondisi tubuhnya ini adalah sebuah kesempatan dan peluang serta tantangan untuk berlatih lagi dan lagi. Hingga akhirnya bunda Fathya bisa melahirkan dengan normal dan lancar padahal berat badan bayinya cukup besar.

Nah untuk itu, ketika Anda hamil, jangan pernah menghakimi diri sendiri dan seolah-olah memberikan sugesti negatif kepada diri sendiri dengan menilai dan menghakimi.

3. Sabar (Patience)

Sabar adalah modal utama dalam proses kehamilan dan dan persalinan. Dan melalui proses ini jugalah saya belajar banyak tentang arti kesabaran.

Sabar adalah ketika Anda harus menunggu tanda-tanda persalinan datang padahal hari perkiraan lahir sudah terlewati dan semua orang sudah menayakan kepada Anda tentang kapan Anda melahirkan.

Sabar adalah ketika Anda harus menunggu selama 40 minggu bahkan lebih untuk bertemu dengan buah hati Anda

Sabar adalah ketika pembukaan berjalan begitu lambat dan terasa tidak nyaman

Sabar adalah ketika Anda merasakan kontraksi demi kontraksi yang tak kunjung usai.

Ya sabar, sabar dan sabar adalah hal pokok yang harus dimiliki seorang calon ibu, calon bapak juga oleh bidan maupun dokter. Saya seringkali menggambarkan bahwa sabar adalah ketika saya harus mengawasi, mengobservasi dan menunggu. Dimana saya harus bersabar untuk tidak melakukan intervensi yang tidak perlu ketika pembukaan klien tidak sesuai dengan teori yang ada. Dimana saya harus bersabar untuk tidak memberikan induksi ketika hari perkiraan lahir sudah terlampaui.

Dan saya selalu mengatakan kepada klien saya bahwa sabar adalah pelajaran yang di dapat dalam proses persalinan, karena jika Anda tidak sabar, bagaimana dengan pola pengasuhan kelak, karena ketika Anda sudah memasuki fase pengasuhan anak, sabar adalah modal utama untuk menjadi orangtua yang baik.

Kesabaran memang sederhana tetapi tidak mudah. di budaya Jawa, nenek kami selalu mengatakan bahwa “kabeh bayi bakalan metu nek uwis sangate” artinya adalah bayi akan lahir ketika sudah tiba saatnya. Saatnya siapa? Ya saatnya dia sudah diap untuk di lahirkan dan Tuhan sudah menghendaki bayi itu untuk dilahirkan. Bukan kehendak manusia tetapi kehendak Sang Kuasa. bagi saya filosofi dalam budaya Jawa ini sangat dalam artinya. Seringkali dalam kenyataan hidup ini calon orangtua bahkan para provider tidak sabar untuk menanti “sangate/saat-nya” tersebut. Sehingga seringkali akibat rasa tidak sabaran inilah maka muncul rasa takut, muncul rasa khawatir, muncul rasa tidak percaya kepada tubuh dan bayi, dan akibatnya berbagai intervensi yang sebenarnya tidak perlu di lakukan. Dimana satu intervensi akan menimbulkan munculnya intervensi berikutnya dan berikutnya lagi.

4. Tidak Kejar Target

Proses kelahiran, kematian adalah rahasia Sang Pencipta. Dan ini akan terjadi ketika Dia menghendakinya. Artinya bahwa seharusnya tidak ada kata-kata death line di dalam proses persalinan. Kita tahu bahwa ilmu pengetahuan dan tehnologi berkembang untuk membantu Anda dan saya, untuk memudahkan Anda dan saya dalam menjalani dan mendampingi proses persalinan. Sebagai contoh penggunaan rumus Neagle dalam penentuan hari perkiraan lahir, atau USG untuk menentukan umur kehamilan dan hari perkiraan lahir. Semua tehnologi dan ilmu tersebut bertujuan untuk mempersiapkan Anda dan saya supaya lebih “aware” atau lebih waspada kapan sekiranya bayi Anda akan dilahirkan. Namun kenyataannya seringkali justru Hari Perkiraan Lahir dianggap sebagai harga mati dalam persalinan dimana jika hari perkiraan lahir tersebut terlampaui maka berbagai intervensi dilakukan agar sang bayi segera lahir, tidak perduli apakah tubuh ibu sudah siap atau belum, atau apakah bayi memang sudah siap untuk dilahirkan atau belum. Tanpa melihat pola menstruasi sang ibu yang lalu atau pola konsepsi yang terjadi HPL jadi harga mati. Sehingga seringkali intervensi yang tidak perlu terjadi karena mental “kejar target/kejar death line ” ini.

Tidak hanya itu saja, ketika masuk dalam proses persalinanpun seringkali provider menetapkan tentang target pembukaan. Dimana pembukaan haruslah berjalan sekian jam. Namun ketika pembukaan berjalan dengan sedikit lebih lambat, dan tidak sesuai dengan tabel grafik atau pedoman yang mereka pakai, maka tanpa melihat akar masalah dari pembukaan yang melambat tersebut, provider langsung melakukan berbagai intervensi untuk mengejar target pembukaan.

Nah pertanyaan yang perlu di renungkan adalah:

Di dalam teori dan penelitian dikatakan bahwa setelah pembukaan 5 cm, maka pembukaan akan meningkat satu sentimeter tiap jam-nya. Jadi misalnya pembukaan lima terjadi di pukul 18;00 maka pukul 23;00 pembukaan harusnya sudah lengkap.

Nah dari teori dan penelitian tersebut, apakah bisa diterapkan kepada semua wanita bersalin di muka bumi ini? Tentu saja tidak! Karena proses kelahiran tidak bisa di atur jam nya. Namun yang terjadi adalah seringkali teori dan hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai standart operating procedur (SPO) yang membuat provider seolah-olah memperlakukan seorang ibu bersalin seperti “robot yang melahirkan”.

Nah apa yang terjadi jika perilaku kejar target ini Anda miliki saat proses persalinan?

Dimana setiap saat Anda melihat jam dinding untuk menghitung sekiranya berapa lama Anda akan menjalani proses persalinan ini, yang barangkali terasa tidak nyaman bagi Anda? Lalu perasaan apa yang akan Alami jika ternyata target waktu yang sudah ditentukan tersebut terlampaui, misalnya didalam teori dikatakan bahwa proses persalinan untuk ibu yang pertama kali bersalin adalah sekitar 18 sampai 24 jam. Namun apa yang terjadi atau yang Anda rasakan jika ternyata 24 jam tersebut sudah terlewati dan ternyata proses pembukaan masih berlangsung lama? Bukankah itu justru akan menghambat proses karena justru Anda menjadi stres dan semakin cemas dan khawatir?

5. Percaya diri (Trust)

Belajar untuk “mendengarkan” tubuh belajar untuk memercayai tubuh adalah elemen kunci dalam keberhasilan sebuah persalinan alami. Ketika mind set Anda menyatakan bahwa tubuh seorang wanita di ciptakan untuk melahirkan alami, maka Anda akan mampu menjalani proses persalinan tersebut walaupun mungkin proses tersebut begitu tidak nyaman atau bahkan menyakitkan. Namun sebaliknya jika di dalam diri Anda tidak percaya diri, maka Andapun tidak akan mampu melewati masa-masa itu dengan baik.

Percaya kepada kekuatan tubuh, percaya pada kekuatan bayi Anda dan tentunya percaya kepada Nya bahwa Anda diciptakan untuk melahirkan alami dijaman ini memang bukan sesuatu yang mudah namun harus Anda lakukan untuk mencapai Gentle Birth.

6. Pengakuan dan penerimaan (Acknowledgment)

Kehamilan yang sehat dan sadar -Healthy and conscious pregnancy-

 

perjalanan hidup Anda saat kehamilan akan mampu mengubah hidup Anda selamanya mulai dari status yang semula seorang gadis atau seorang istri, menjadi seorang ibu, dapat mengubah kenyataan hidup dan masa depan Anda juga.

Banyak sekali perubahan-perubahan yang akan Anda alami, dan sadarilah bahwa Tuhan sedang menyulam karyaNya di dalam tubuh Anda. Selama empat puluh minggu masa kehamilan, bahkan lebih, fondasi dari spirit janin dan karakternya di bangun di dalam rahim Anda. Semua pengalaman Anda, segala hal yang Anda lihat, Anda dengar, Anda ucapkan dan bahkan Anda pikirkan, menjadi bagian dalam tumbuh kembang janin Anda.

Conscious berarti sadar sepenuhnya secara hati dan pikiran. Conscious pregnancy artinya bahwa anda sadar sepenuhnya bahwa Anda sedang hamil, bahwa ada janin yang tumbuh dan berkembang di dalam tubuh Anda, bahwa Ada tanggung jawab yang mengiringi perjalanan ini. Bahwa Anda bersyukur dan bertanggungjawab akan kehamilan ini, Bahwa sebentar lagi Anda akan menjadi orang tua yang mempunyai tanggung jawab pengasuhan anak. Ada conscious pregnancy (kehamilan yang sadar) berarti seharusnya ada pula conscious conception (konsepsi yang sadar). Inilah yang seringkali terlupa oleh Anda bahwa sebelum terjadi kehamilan, pasti terjadi sebuah konsepsi yaitu sebuah pertemuan antara sel telur dan sel sperma. Lalu mengapa harus conscious (sadar)? Ya karena dengan conscious consception maka akan tercipta conscious pregnancy. Dan dasar dari konsepsi yang sadar adalah kasih, sayang dan pelayanan. Karena conscious pregnancy berarti bukanlah suatu kehamilan yang tak disengaja, kehamilan akibat “kecelakaan”,  namun kehamilan yang memang sudah direncanakan, disadari dan di niatkan.

Sahabat saya Reza Gunawan pernah bertutur kepada saya ketika kami bersama-sama mengikuti pelatihan healing birth trauma bersala Elena Tonetti (bidan asal Rusia), Reza menyatakan bahwa apapun yang di tanam di dalam rahim akan tumbuh subur. Karena rahim adalah miniatur dari Alam semesta, miniatur dari bumi bertiwi. Jadi ketika kasih sayang dan cinta yang ditanamkan di dalam rahim sejak konsepsi, maka rasa itulah yang akan tumbuh dan berkembang dengan subur. Namun jika amarah, kebencian, kekecewaan dan penyesalan yang ditanamkan di dalam rahim ketika konsepsi, maka rasa dan emosi negatif itulah yang tumbuh dan berkembang secara subur di rahim.

Ketika saya mendengar penuturannya tentang hal ini saya membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berbulan-bulan untuk memahami dengan jelas dan benar apa yang dikatakannya. Hingga akhirnya saya bertemu dengan Giuditta Torneta seorang doula dan juga penulis buku painless childbirth yang bercerita bahwa rahim adalah otot terbesar, terkuat dan sangat istimewa di dalam tubuh manusia yaitu wanita. Rahim adalah miniatur dari bumi pertiwi (mother earth). Rahim adalah tempat kehidupan bermula, dan rahimlah yang menjaga kehidupan itu sama dengan bumi menjaga kita manusia. Namun disisi lain rahim adalah organ yang paling rapuh di antara organ tubuh yang lain. Karena di dalam rahimlah trauma seringkali bermula dan mudah sekali di dapatkan dan ini yang akan menjadi fondari dalam kehidupan. Mengapa saya berkata rapuh? Ya contohnya ketika seorang wanita di landa masalah yang luarbiasa pelik dan berkepanjangan, seringkali kita dapati siklus menstruasinya menjadi kacau. Bahkan ketika Anda stres maupun kaget bahkan marah, rahim mudah sekali terpengaruh.

Dan Akhirnya Malaikat kecilku LAHIR! “Kisah persalinan dengan umur 42+2 w”

birth

Namanya bunda Putri, beliau domisilinya di Klaten. Dekat dengan Bidan Kita.

Semenjak hamil beliau rajin mengikuti kelas hypnobirthing for gentle birth di Bidan Kita.

Suatu hari 40 minggu sudah berlalu. Santai tapi was-was..beberapa kali melakukan induksi alami namun tidak ada hasil. Hingga setelah 41 minggu terlewati rasa cemas itu mulai mengganggu. Takut kenapa-kenapa. Hingga akhirnya memutuskan untuk periksa ke SPOG terdekat untuk mengetahui kondisi janin. Dan SPOG berkata bahwa harus segera induksi karena ketuban habis. Karena cemas akan kalimat dokter yang menyatakan bahwa ketuban sudah habis, maka Hari tu juga bunda putri datang ke Bidan Kita untuk cross ceck tapi ternyata di USG terlihat ketuban masih cukup banyak dan detak jantung serta kondisi janin sungguh masih sehat dan sejahtera. Alhasil, rencana induksi-pun batal, dan akhirnya mbak putri melakukan beberapa treatment di Bidan Kita. Alhasil pembukaan terjadi 3 cm namun kontraksi tak intens, dan selama 3 harian, pembukaan hanya mentok segitu saja.

1 minggu hampir berlalu tanggal 13 juni 2013,bisa Anda bayangkan betapa bingung dan cemsanya mereka. Maka saya anjurkan dia untuk pergi ke JIH ketemu dengan dr Nurhadi rahman SPOG yang mana beliau saya anggap paling Pro normal di JOGJA, KLATEN, SOLO,. Dan alhasil hasil NST bayinya sehat dan sejahtera jadi bisa nunggu 2 -3 hari lagi. tgl 14 juni 2013, itu adalah genap 42 minggu kehamilannya. Padahal hari itu saya sudah ada jadwal untuk pergi ke cirebon karena ada dua seminar disana, otomatis sepertinya saya tidak “berjodoh” dnegan sang adek. Karena lumayan galau dan bingung dengan kontraksi seperti apa, saya ajak mbak putri untuk melihat apa dan bagaimana kontraksi dengan memegang perut mbak Detty yang kebetulan saat itu sedang dalam persalinan. Memegang perut dan merasakan perbedaan kontraksi dan tidak membuat dia merasa lebih tenang ternyata karena dia semakin yakin bahwa sang bayi bisa di ajak kerjasama. Karena saya akan pergi, maka mbak Putri langsung minta surat pengantar kepada saya untuk ditujukan ke JIH.

Saat itu mbak putri masih ragu apakah dia harus jauh-jauh dari klaten ke jogja untuk persalinannya? Tapi saya benar-benar berusaha untuk meyakinkan beliau bahwa:

1. Proses persalinan dan kelahiran adalah kenangan seumur hidup jadi perlu di perjuangkan. Jogja klaten hanya 1 jam, dan 1 jam demi mendapatkan pengalaman yang indah saya rasa tidaklah susah. (itulah mengapa banyak ibu yang memilih melahirkan di BidanKita walaupun jarak dari rumah mereka berjam-jam, semua demi proses persalinan gentle birth)

2. Jarang sekali ada dokter SPOG yang mau bersabar, bahkan memberi semangat kepada kliennya ketika usia kehamilannya lebih dari 41 w, apalagi mendekati 42 w. Ketika dr Adi berkata dengan “jujur” kepada klien bahwa bayinya sejahtera dan masih bisa ditunggu barang 2-3 hari serta meyakinkan bahwa mbak putri bisa melahirkan normal, saat itu saya yakin bahwa dialah dokter yang baik dan doaku khusus untuknya dalam kasus ini.

Tanggal 15 Juni 2013 saat itu saya sudah di cirebon, dan mbak putri sms mengatakan bahwa dia sudah mondok di JIH dan hanya di observasi saja.

Tgl 16 Juni 2013, berarti saat itu 42+2 w. Dr Adi sms saya : “mbak yesie putri udah lahiran ya, spontan semalem jam 10 di JIH., oya affirmasinya apa sich, pembukaan 8-9-10, dia memang gak merasa nyeri tapi kegelian setiap kontraksi, jadi aku malah ngakak sendiri.”

Oh Tuhan..trimakasihhhh…

Rasanya sujud syukur.

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.” ~ Jane Weideman

0

“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.” ~ Jane Weideman