Bidan Kita

Home Blog Page 21

Apa Yang Dimaksud Dengan Plasenta Anterior?

Apa itu plasenta anterior?

Plasenta anterior adalah plasenta yang terletak di dinding depan rahim. Hal ini terjadi ketika embrio menempelkan dirinya di bagian depan rahim yang paling dekat dengan abdomen Anda.

Kondisi placenta anterior bisa berpengaruh pada proses persalinan tapi juga bisa tidak berpengaruh pada proses persalinan, namun seyogyanya tetap Anda waspadai dan Anda tanyakan pada saat USG di akhir kehamilan.

Fakta Placenta Anterior

Angka kejadian Plasenta anterior  sebenarnya relatif umum — namun pada kenyataannya, penelitian menunjukkan hingga 52 % ibu hamil ternyata memiliki plasenta anterior. Dan yang menarik adalah, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa plasenta anterior tampaknya lebih banyak terjadi pada wanita dengan darah O-positif. (buka link : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3935544/).

Rebozo! Cara Kreatif untuk Lancarin Persalinan

Cara Melancarkan Proses Persalinan

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membuat proses persalinan menjadi nyaman dan lancar.

Dan salah satunya adalah dengan menggunakan selendang, yang biasanya disebut Rebozo.
kenapa rebozo? Enggak Selendang atau Jarik Saja? Bisa saja sih…..namun karena penemunya berasal dari Meksiko, maka menggunakan bahasa meksiko tentunya.

Apa Itu Rebozo?

Rebozo berarti selendang dalam bahasa Spanyol dan merupakan selendang tradisional Meksiko. Selendang tradisional ini umumnya digunakan dalam kehidupan sehari hari sebagai aksesoris, membantu mengangkat barang belanjaan, maupun membantu membawa bayi, sama seperti selendang tradisional di Indonesia.

Namun, para bidan tradisional juga menggunakan rebozo untuk meredakan rasa tidak nyaman pada saat kehamilan dan membantu bayi dalam kandungan untuk berada di dalam posisi yang seimbang.

Manteada merupakan teknik yang dilakukan oleh para bidan di Meksiko dengan menggunakan rebozo. Teknik ini dilakukan dengan menggoyang goyangkan bagian abdomen dengan menggunakan rebozo. Manteada dapat dilakukan untuk kehamilan, persalinan, postpartum, dan bahkan untuk kesuburan.

“Kekerasan/Abuse” Dalam Dunia Kebidanan (Wajib Anda Baca!)

Wajib Anda Baca!

Sebelum saya bahas lebih lanjut pada artikel ini, mungkin sebaiknya Anda melihat youtube ini terlebih dahulu:

Masih berkaitan dengan tulisan saya sebelumnya disini , saya akan membahas beberapa bentuk kekerasan yang terjadi di dalam proses pelayanan kebidanan dilapangan

Saat ini semakin banyak kita dengar dan mungkin kita baca di berbagai forum, maupun komentar komentar yang para ibu tulis di laman sosial media berkaitan dengan curhatan mereka tentang tindakan “kekerasan” atau ketidaknyamanan yang mereka terima saat proses persalinan.

Kalau di Indonesia, mungkin para ibu “baru” berani cerita dari mulut kemulut atau “baru” bisa menuliskan crita mereka di kolom komentar di sosial media atau di forum diskusi tertutup yang khusus membahas tentang ini. tapi kalau Anda mau melihat di berbagai belahan dunia apalagi di negara maju, para ibu sudam mulai BERANI “Speak out” tentang hal ini.

Silahkan Anda lihat di :

  • https://birthraped.wordpress.com
  • https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1016/j.rhm.2016.04.004
  • https://thedrawingboardcanada.com/2016/04/11/breaking-the-silence-why-do-some-women-call-their-birth-trauma-rape/
  • https://id.pinterest.com/MsBlankenstein/birth-trauma-break-the-silence/?lp=true

Dari berbagai artikel dan kumpulan gambar di pinterest tersebut, kita tahu itu semua seolah mewakili apa yang mungkin pernah atau baru saja Anda rasakan ketika Anda melahikan.

Bentuk Kekerasan Dalam Kebidanan

Nah, sebenarnya, Seperti Apa Bentuk Kekerasan dalam Kebidanan itu?
Kekerasan atau pelecehan yang terjadi di dunia kebidanan dapat berada dalam banyak aspek, tetapi elemen intinya adalah sikap tidak hormat yang terang-terangan  dan perlakuan sewenang-wenang terhadap, seorang wanita selama masa kehamilan,  persalinan /kelahiran dan atau postpartum.

Siapa Yang Memegang Kendali Saat Anda Melahirkan? (Etika Diruang Bersalin)

Etika Diruang Kendali

Pagi ini saya membaca sebuah artikel menarik yang di tulis oleh Rebecca Grand dua tahun yang lalu yang membahas tentang Etika di ruang bersalin, tentang kekerasan /abuse/violent yang terjadi di ruang bersalin serta membahas tentang siapa yang memegang kendali saat seorang ibu bersalin.

Anda bisa membacanya dengan lengkap disini

namun saat ini, saya akan mencoba menceritakan kembali tentang kisah yang saya baca ini, lalu mencoba mengajak Anda untuk merenungkannya.

#true story

Jadi critanya, ada seorang ibu namanya Turbin dari daerah Los Angeles, suatu sore saat dia hendak makan malam bersama temannya menikmati hidangan seafood di deket pelabuhan, ternyata tiba tiba ketubannya pecah dan alhasil, dia tidak jadi makan malam, namun pergi ke sebuah rumah sakit.

Begitu sampai di rumah sakit, dia berharap di perlakukan dengan lembut (mengingat dia latar belakangnya adalah korban pemerkosaan, jadi dia punya trauma yang mendalam berkaitan dengan reproduksi), namun yang terjadi adalah petugas kesehatan di rumah sakit itu sangat kasar memperlakukannya, dan bahkan dia dipaksa untuk di infus dan di pasang epidural.

Lalu saat proses persalinan terjadi, tanpa permisi, dokter yang menanganinya melakukan episiotomy. bahkan melakukannya dengan menggunting berulang kali (mungkin guntingnya tumpul saat itu sehingga episiotomi di lakukan beberapa kali guntingan) dan itu terasa sangat sakit, bahkan ibunya Turbin pun menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa anaknya di lakukan episiotomy beberapa kali tanpa permisi dan bahkan di paksa.

Karena Turbin trauma dan efek episiotomy ternyata masih dirasakan dalam jangka panjang, selama dua tahun Turbinmencari pengacara yang mau menangani kasusnya.

Apa Itu Episiotomi?

Episiotomi adalah sayatan bedah yang dilakukan pada perineum – area antara anus dan vulva. Selama abad ke-18 dan 19, dokter menggunakan teknik ini untuk mempercepat proses persalinan tetapi hanya dalam keadaan darurat.

Namun, pada pertemuan American Gynecological Society pada tahun 1920, dokter kandungan terkemuka Joseph DeLee merekomendasikan agar dokter menggunakan episiotomi sebagai hal yang biasa untuk mencegah robekan perineum, yang viasa terjadi pada proses persalinan normal.

Peran Hormon dalam Proses Persalinan (Merupakan Kunci Sukses)

Kunci Sukses Persalinan

Keseimbangan hormon di dalam tubuh merupakan kunci dari persalinan yang sukses dan aman. Dalam tubuh Anda, hormon berperan sebagai kurir yang mengirimkan pesan dan mengantarkan respon ke berbagai organ dan jaringan tubuh.

Hormon mengelilingi tubuh Anda melalui darah dan terikat dengan protein di dalam sel tubuh kita yang bernama reseptor. Dalam kehamilan dan proses persalinan, hormon berfungsi untuk mengubah fungsi tubuh kita untuk mendukung kehamilan dan proses persalinan.

4 Hormon Utama Yang Perlu Anda Ketahui

Dalam proses persalinan, ada 4 hormon utama yang akan aktif. Hormon-hormon tersebut adalah oksitosin si hormon cinta, beta-endorphin si hormon kebahagiaan, adrenaline dan nonadrenaline (epinephrine dan norepinephrine) si hormon semangat, dan prolactin si hormon ibu. Sistem semacam ini ada di semua mamalia dan berasal dari otak limbik atau otak mamalia.

Semua sistem ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi emosional Anda. Inilah mengapa, ada benyak wanita yang mengalami persalinan macet di tengah tengah proses persalinan mereka.

Tubuh mamalia kita didesain untuk melahirkan di alam liar, yang mana macetnya proses persalinan menjadi suatu keuntungan ketika ada bahaya, karena dengan macetnya persalinan tersebut, kita menjadi punya waktu untuk mencari tempat yang lebih aman dan lebih nyaman.

Maka dari itu jika saat proses persalinan hormon flight-or-flight kita aktif karena perasaan takut atau asing atau tidak nyaman, kontraksi akan melambat dengan sendirinya. Inilah mengapa banyak wanita yang mengalami persalinan melambat atau bahkan macet ketika mereka berada di lingkungan yang asing seperti rumah sakit.

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi Anda untuk datang ke rumah sakit atau provider Anda di saat yang tepat.

Hormon Dalam Persalinan

Oksitosin

Okstosin, atau hormon cinta merupakan salah satu hormon utama yang aktif saat proses persalinan. Hormon ini akan aktif saat kita merasakan cinta, berhubungan seksual, orgasme, melahirkan, dan menyusui.

Bagaimana Cara Menghindari Epidural? Apa Kaitannya Dengan Persalinan Lancar?

Fakta Proses Persalinan

Persalinan yang lancar, nyaman dan minim intervensi seringkali menjadi impian para ibu karena minimnya resiko birth trauma dan proses pemulihan yang jauh lebih cepat.

Seperti yang Anda tau, satu intervensi dalam kasus persalinan dapat mengarah ke intervensi lainnya, inilah yang disebut dengan cascade intervention dan Anda juga tau bahwa setiap intervensi pasti akan mempunyai resiko dan efek samping.

Begitu juga dengan epidural. Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda untuk menghindari epidural, dan bahkan jika Anda memilih untuk melakukan epiduralpun, tips ini dapat membantu Anda untuk tetap tenang dan nyaman sampai anesthesiologist(ahli anestesi) Anda datang.

Tips Cara Menghindari Epidural

  1. Persiapkan dan berdayakan diri Anda

Ingatlah untuk selalu mempersiapkan dan memberdayakan diri Anda dalam segi mental, tubuh, maupun ilmu pengetahuan selama kehamilan karena ini adalah kunci dari melahirkan lancar, nyaman, dan minim intervensi. Banyak-banyaklah membaca dan ikutilah kelas-kelas persiapan persalinan.

Dengan begitu Anda dapat mempunyai gambaran mengenai apa yang akan Anda hadapi nanti saat proses persalinan dan tau cara mengatasinya. Selain itu, Anda juga akan menjadi lebih siap dan lebih tenang saat menjalani proses persalinan nantinya. Namun, ingatlah bahwa pengetahuan saja tidaklah cukup.

Cara Menjadi Pendamping Persalinan yang Sempurna

Yang Wajib Anda Ketahui

Persalinan dapat menjadi pengalaman yang intens dan luar bisa. Namun, bisa dibilang juga membosankan. Kita benar-benar harus bersabar menunggu kedatangan si kecil, dan di waktu waktu inilah para ayah mendapat kesempatan untuk benar-benar bersinar.

Proses persalinan secara fisik memang sebagian besar melibatkan ibu dan anak. Ya, merekalah bintangnya, tetapi Anda mempunyai peran yang tidak kalah penting sebagai pendamping persalinan, dan ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu pasangan Anda dalam proses persalinan selain mengambil beberapa foto dan menghubungi keluarga atau teman-teman terdekat.

Untuk Para Ayah

  1. Mengetahui apa yang diinginkan pasangan Anda

Bicarakan dengan pasangan Anda jauh jauh hari sebelumnya mengenai apa yang dia ingin dan tidak dia inginkan selama proses persalinan. Akan jauh lebih baik jika Anda dapat menemani pasangan Anda untuk membuat birth plansehingga Anda tau dengan pasti tentang apa yang dia inginkan.

Ingatlah juga untuk membawa birth plantersebut ke tempat provider Anda. Hal ini akan sangat membantu Anda ketika Anda dan pasangan Anda dihadapkan pada suatu pilihan. Karena pada saat proses persalinan nanti, tugas Anda adalah untuk memberi tau sang provider dan membuat keputusan jika Anda dan pasangan Anda dihadapkan pada suatu pilihan.

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi Anda untuk mengetahui apa yang pasangan Anda inginkan.

  1. Urus diri Anda sendiri

Saat proses persalinan, tentu saja sang ibu menjadi pusat perhatian dan prioritas, namun, Anda juga akan ikut menemani pasangan Anda di tempat bersalin dan bahkan bermalam disana. Jadi ingatlah untuk membawa keperluan Anda sendiri juga.

Bawalah barang-barang dan baju yang nyaman untuk Anda karena Anda harus dapat tetap dalam kondisi segar untuk mendampingi dan menyemangati pasangan Anda. Pastikan juga bahwa Anda makan, minum, dan istirahat yang cukup karena Anda akan membutuhkan banyak energi juga. 

  1. Mengikuti kelas persiapan persalinan bersama pasangan Anda

Cobalah untuk mempelajari terlebih dahulu tentang proses persalinan. Selain dengan membaca, Anda juga dapat mengikuti kelas persiapan persalinan bersama pasangan Anda sehingga Anda tau apa yang akan Anda hadapi nantinya dan dapat membuat pilihan yang baik ketika dihadapkan dengan sesuatu yang tidak terduga.

Tips Meningkatkan Produksi ASI (Ibu-ibu Wajib Baca)

Ibu-ibu Wajib Baca

Setelah si kecil lahir, Anda akan memasuki masa-masa menyusui. Dengan ASI yang merupakan makanan, minuman dan sumber gizi utama si kecil, terkadang kita merasa khawatir dan bertanya tanya “apakah saya memproduksi cukup ASI?” atau “apa yang harus saya lakukan untuk meningkatkan produksi ASI saya?”.

Ditambah lagi jika Anda merasa bahwa ASI Anda tidak kunjung keluar dan si kecil terus menangis sehingga keluarga mulai mempertimbangkan menggunakan susu formula yang tentunya akan mempunyai efek samping bagi si kecil, terutama jika diberikan di umur yang sangat dini.

Tips Meningkatkan Produksi ASI

Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi ASI Anda.

  1. Konsumsi cukup cairan

Ingatlah untuk mengkonsumsi cukup cairan terutama di masa-masa ini. Kebutuhan setiap orang akan cairan setiap harinya mungkin berbeda-beda. Namun, usahakan untuk meminum setidaknya delapan gelas setiap harinya atau sekitar 2 liter air untuk menjaga Anda tetap terhidrasi.

  1. Makan makanan yang bergizi seimbang

Pada umumnya, ibu menyusui akan memerlukan tambahan 500 kalori setiap harinya. Namun, ingatlah untuk tidak makan secara berlebihan. Sesuaikan porsi makanan Anda sesuai kebutuhan Anda.

Pilihlah makanan-makanan bergizi yang dapat memberi Anda energi. Konsumsilah makanan yang kaya protein dan  dapat meningkatkan produksi ASI Anda seperti oatmeal, bawang putih, papaya hijau, kacang-kacangan, wortel, bayam, salmon, dan lainnya.

  1. Disiplin dan rajin

Yang dimaksud dengan disiplin dan rajin disini adalah disiplin dan rajin untuk menyusui dan memerah ASI, karena sebenarnya cara paling ampuh untuk meningkatkan produksi ASI adalah dengan lebih sering menyusui dan memerah ASI.

Mengapa Mengupayakan Kelahiran Alami Itu PENTING?

Artikel ini adalah lanjutan dari artikel ini (silahkan baca)

Anda Wajib Tahu

Ketika saya share di web dan sosial media tentang hal hal yang bisa diupayakan untuk menghindari intervensi dalam proses persalinan, dan juga bercerita tentang birth trauma dan efek jangka panjangnya, beberapa ibu protes dan menghubungi saya dengan berbagai kalimat demikian:

  • “terus kalau ternyata harus operasi , gimana dong?”
  • atau, ada cerita bahwa si ibu sudah berupaya sebaik mungkin agar bisa persalinan normal alami namun endingnya ternyata harus operasi Caesar.
  • Atau ada crita juga,seorang ibu belajar dan mempersiapkan untuk persalinan alami, dan ternyata saat persalinan, si ibu masih panic dan epidural menenangkan ibu yang tegang sehingga leher rahim nya membuka dari 6 cm menjadi 10 cm dalam hitungan menit. (artinya mungkin epidural pada kasus si ibu ini nyata nyata membantunya melahirkan dengan nyaman)

Nah! Mari kita bahas, kenapa tetap saja kita harus mengupayakan persalinan alami dulu, sebelum memutuskan untuk melakukan intervensi.

Karena pada dasarnya, kenapa harus di intervensi dan di lakukan operasi jika memang bisa di upayakan untuk normal alami?

Tentang Operasi Caesar!

Banyak yang tidak benar-benar membicarakan hal ini tetapi operasi caesar sebenarnya termasuk dalam kategori bedah besar seperti operasi bypass jantung. Proses persiapan sebelum operasi caesarpun tidak selalu nyaman, apalagi ibu ibu yang harus operasi Caesar karena gawat janin atau kondisi tertentu, dimana dia harus ditusuk punggungnya (kadang lebih dari 1 kali) untuk di masukin obat bius.

Belum lagi ketika si ibu mau gak mau harus tidur terlentang untuk beberapa lama, dan ini rasanya tidak nyaman.

Belum lagi setelah operasi, ibu membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk bisa sembuh dari luka bekas operasinya.

lebih dari itu, operasi Caesar juga meningkatkan kemungkinan infeksi, dan kemungkinan untuk masuk kembali harus di rawat di rumah sakit berkaitan dengan berbagai komplikasi terkait pembedahan, pembekuan darah, dan masalah medis lainnya.

Dan tragisnya lagi, ibu yang sudah pernah operasi caesar dengan anak pertama mereka jauh lebih kecil kemungkinannya mengalami kelahiran vagina pada anak-anak berikutnya (kecuali jika Anda menemukan OB yang sangat pro-VBAC).

Bayi yang lahir melalui operasi caesar berisiko mengalami “pemotongan yang tidak disengaja”, komplikasi pernapasan, kemungkinan alergi (perlu diketahui bahwa penelitian menunjukkan anak anak yang lahir melalui operasi Caesar resiko mempunyai penyakit alergi jauh lebih banyak/tinggi di banding dengan anak anak yang lahir pervaginam silahkan buka disnin: https://www.medbriefnamibia.com/c-section-children-run-increased-risk-of-developing-food-allergies/,

Kemungkinan peningkatan resiko obesitas (5x lebih beresiko untuk obesitas= bisa di baca di sini: http://allergen-nce.ca/c-sections-and-gut-bacteria-increase-risk-of-childhood-obesity/)bahkan diabetes. Seringkali, operasi cesar yang dijadwalkan melahirkan bayi sebelum mereka cukup bulan, juga menciptakan berbagai komplikasi menempatkan mereka di NICU.

Masalah Yang Akan Anda Hadapi

Komplikasi termasuk masalah pernapasan, infeksi, penyakit kuning, masalah pencernaan, dan masalah makan.

Tentang Gentle Birth dan Pemberdayaan Diri

Kepada Calon Orang Tua

Dalam setiap tulisan saya di buku, website maupun postingan-postingan saya di social media, saya selalu berbagi tentang Gentle Birth dan persalinan alami.

Sebagian ibu yang membaca menjadi merasa termotivasi dan akhirnya berupaya dan memberdayakan diri. Namun beberapa ibu justru merasa sakit hati dan merasa gagal karena merasa persalinannya belum seindah yang mereka baca atau justru persalinannya berujung trauma.

Mari kita bahas pelan pelan ya?

Namun saya akan ajak Anda dulu untuk memahami sebuah konsep tentang persalinan yang minim trauma / Gentle Birth.

  1. Gentlebirth adalah metode persalinan yang tenang, penuh kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia.
  2. Gentle birth membutuhkan persiapan sejak masa kehamilan. Baik persiapan fisik maupun mental calon ibu

Silahkan membaca beberapa art work yang sudah saya buat tentang GENTLE BIRTH di bawah ini:

Filosofi

Setelah melihat artwork yang saya posting, semoga Anda lebih memahami tentang arti gentle birth

karena saat mempersiapkan persalinan, lalu Anda justru terobsesi dengan persalinan pervaginam, tanpa mempersiapkan segala kemungkinan di luar exspectasi, maka justru ini yang akan merugikan. Karena pada dasarnya gentle birth bukanlah PERSALINAN NORMAL perVAGINAm VS Operasi Caesar/ persalinan dengan intervensi.