Bidan Kita

Home Blog Page 23

Apa Itu Eklampsia? (Pre Eklampsia + Kejang), Ketahui Hal Ini Sebelum Terlambat!

Apa Itu Eklampsia?

Eklamsia adalah kondisi serius akibat pre eklampsia pada ibu hamil, yang ditandai adanya KEJANG. Dengan kata lain, preeklamsia yang disertai kejang disebut eklamsia.

Eklamsia merupakan kondisi jarang terjadi, namun harus segera ditangani apabila muncul karena dapat membahayakan nyawa sang ibu dan bayi yang dikandungnyanya.

Eklamsia bisa terjadi pada saat ibu hamil mengalami hipertensi berat atau preeklamsia, di mana sudah muncul kejang-kejang. Kejang dapat diikuti dengan penurunan kesadaran atau tatapan yang kosong. dan ini bisa saja terjadi mendadak.

Preeklamsia umumnya terjadi pada trimester terakhir kehamilan, dan risiko munculnya kejang (eklamsia) adalah pada saat mendekati persalinan. itulah alasannya kenapa ibu ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan dan menderita preeklampsia sebaiknya melahirkan di Rumah Sakit. Supaya apabila terjadi Eklampsia, maka penanganan akan lebih cepat dan tepat.

Fase-fase Pada Eklamsia

Kejang eklamsia dapat dibagi menjadi 2 fase:

  • Fase pertama adalah kejang sekitar 15-20 detik yang ditandai dengan kedutan di sekitar wajah.
  • fase kedua yang ditandai dengan kejang otot di sekitar rahang, otot mata, dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh selama sekitar 60 detik.

Agar dapat menghindari bahaya dari eklamsia, cara paling efektif adalah dengan mendeteksi risiko terjadinya preeklamsia pada masa-masa awal kehamilan.

Gejala Eklamsia

Munculnya eklamsia pada ibu hamil selalu didahului dengan preeklamsia. Seringkali ibu hamil yang mengalami preeklamsia tidak menunjukkan gejala. Akan tetapi, preeklamsia dapat diketahui pada waktu pemeriksaan dengan tanda-tanda klinis seperti:

  1. Hipertensi. Preeklamsia dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi yang dapat merusak pembuluh darah baik arteri, vena, dan kapiler. Kerusakan pembuluh darah arteri akan menyebabkan aliran darah terganggu sehingga mengganggu kinerja otak dan dapat menghambat pertumbuhan bayi.
  2. Proteinuria. Proteinuria adalah keberadaan protein di dalam urine yang diakibatkan oleh gangguan fungsi ginjal. Kondisi ini dapat muncul jika glomerulus, bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah, mengalami kerusakan sehingga protein dapat lolos dari penyaringan. Ditemukannya protein dalam urine merupakan tanda klinis yang penting dalam mendiagnosis preeklamsia pada ibu hamil, meskipun tidak menunjukkan gejala.

Gejala preeklamsia lainnya juga dapat muncul seperti pembengkakan pada lengan dan kaki dan kenaikan berat badan tiba-tiba selama 1-2 hari kehamilan. Meskipun demikian, ibu hamil yang tidak mengalami preeklamsia juga dapat mengalami gejala tersebut dan hal itu normal dalam kehamilan.

Apa Itu Pre Eklampsia? Bagaimana Cara Menanganinya, Bahkan Mencegahnya?

Tentang Pre Eklampsia

Beberapa hari yang lalu saya mem-posting di Instagram @bidankita tentang PRE EKLAMSIA.

Dan cukup surprise karena banyak sekali ibu ibu yang komentar di postingan tersebut. mulai dari ibu ibu yang takut jangan jangan pre eklampsia terjadi pada kehamilannya, hingga ibu ibu yang curhat tentang kejadian preeklampsia yang menimpa mereka di kehamilan dan persalinannya yang lalu.

 

 

Bahkan ada yang cerita bahwa kehamilannya terpaksa harus di akhiri secara SC Cito (Emergency) karena di usia 36 minggu si ibu mendadak kejang. dan tensinya 220mmHg sejak kehamilan 25 minggu. Saat umur kehamilan menginjak 36 minggu, malam hari diare lalu keesokan harinya pandangan buram , setelah di cek urine ternyata langsung +4, yang harusnya di jadwalkan SC esok hari ternyata tiba tiba kejang di malam sebelumnya sehingga otomatis harus SC Cito saat iu juga.

Mengerikan memang ketika kita membayangkan hal itu, karena pada penderita preeklamsia, Eklamsia (pre eklamsia di sertai kejang) biasanya hadir mendadak seperti kilat. dan penanganannyapun harus segera.

Nah, saat ini saya akan mencoba menjelaskan tentang preeklamsia ini. mungkin artikel ini akan terbagi menjadi beberapa tulisan, namun harapan saya, Anda mulai membaca satu demi satu supaya pengetahuan yang di dapatkan bisa utuh. dan Anda bisa bijak menentukan langkah untuk menjaga kehamilan Anda.

Apa itu Pre Aklampsia?

Preeklampsia merupakan penyebab kematian kedua terbesar pada kehamilan di dunia. Kematian pada umumnya terjadi akibat keterlambatan penanganan serta ketidaktahuan ibu mengenai Preeklampsia.

Preeklampsia adalah kondisi yang terjadi pada kehamilan yang memasuki usia minggu ke-20, ditandai dengan tingginya tekanan darah tinggi walaupun ibu hamil tersebut tidak memiliki riwayat hipertensi.

Dimana kondisi Ini juga dapat menyebabkan faktor pembekuan darah rendah (trombosit) dalam darah atau indikator gangguan ginjal atau hati. Kondisi ini juga disebut toksemia.

Penyebab preeklampsia

Hingga saat ini BELUM ADA seorang ahli-pun yang dapat mengidentifikasi satu penyebab preeklampsia, tetapi beberapa penyebab potensial sedang dieksplorasi. Ini termasuk:

  1. Faktor genetik.
  2. Diet/ masalah nutrisi
  3. Masalah pembuluh darah.
  4. Gangguan autoimun

Selain 4 faktor di atas, Ada juga faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang Anda untuk mengalami preeklampsia. Ini termasuk:

  1. Sedang hamil dengan banyak janin,
  2. Hamil saat berusia di atas 35 th
  3. Hamil dengan usia dini / kurangdari 20 th
  4. Hamil pertama kalinya
  5. Mengalami obesitas
  6. memiliki riwayat tekanan darah tinggi,
  7. memiliki riwayat diabetes,
  8. memiliki riwayat gangguan ginjal.

 

#note: Jika Anda pernah mengalami preeklampsia sebelumnya, atau jika Anda memiliki riwayat tekanan darah tinggi, risiko Anda meningkat. Jika Anda memiliki kelainan autoimun, diabetes, lupus, atau sindrom ovarium polikistik, Anda mungkin juga memiliki risiko yang meningkat.

Meningkatnya risiko preeklampsia yang menyertai diabetes juga berlaku untuk diabetes gestasional (bentuk penyakit yang menimpa wanita hanya selama kehamilan). Jika Anda memiliki diabetes gestasional, perhatikan dengan cermat gejala preeklampsia.

Bagaimana Cara Menghitung Kontraksi Saat Persalinan?

Kapan Waktu Yang Tepat?

Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan ibu-ibu yang akan melahirkan di rumah sakit adalah “Kapan waktu yang tepat untuk pergi ke rumah sakit?”. Banyak ibu hamil yang terlalu semangat sehingga saat kontraksi mereka terasa sudah cukup sering mereka langsung pergi ke rumah sakit dan akhirnya disuruh pulang oleh pihak rumah sakit.

Selain itu, Anda juga sangat disarankan untuk pergi ke rumah sakit di waktu yang tepat untuk menghindari intervensi-intervensi yang tidak perlu. Lalu bagaimana cara mengetahuinya? Kuncinya adalah di KONTRAKSI Anda.

Kontraksi Anda dapat memberi Anda berbagai informasi dari mulai kemajuan proses persalinan Anda hingga kapan waktu yang tepat untuk datang ke rumah sakit dan kapan Anda harus menghubungi provider Anda. Maka dari itu, sangatlah penting untuk menghitung kontraksi Anda. Lalu bagaimana caranya?

Saat menghitung kontraksi, Anda akan memperhatikan dua hal:

  • Kapan kontraksi dimulai
  • Berapa lama kontraksi berlangsung

Kedua hal itu akan memberi tahu frekuensi dan durasi kontraksi Anda. Paul du Treil, M.D., direktur dari departemen kesehatan ibu dan anak di Touro Infirmary di New Orleans mengatakan bahwa untuk mengetahui jarak antar kontraksi Anda, ukurlah dari awal kontraksi Anda yang pertama hingga awal kontraksi Anda yang kedua, dan bukan waktu diantaranya.

Anda juga dapat menggunakan stopwatch atau aplikasi penghitung kontraksi untuk membantu Anda.

Mengapa menghitung kontraksi itu penting?

Alasan paling mendasar akan pentingnya menghitung kontraksi adalah untuk mengetahui tahap persalinan Anda dan apa yang harus Anda lakukan. Selain itu, kontraksi Anda juga dapat menentukan kapan Anda harus pergi ke rumah sakit atau menghubungi provider Anda.

Menurut American Pregnancy Association, setiap tahap persalinan ditandai dengan waktu kontraksi Anda dan sejauh mana serviks Anda melebar :

  • Fase Awal : Di fase ini, seviks Anda telah melebar dari yang benar benar tertutup sampai berdiameter 3 cm. Kontraksi ringan (sama seperti sakit saat menstruasi) dan waktunya tidak teratur, setiap kontraksi berdurasi 30 sampai 45 detik dan muncul sekitar 5 sampai 30 menit sekali.
  • Fase Aktif : Serviks Anda akan melebar dari 4 cm sampai 7 cm dan kontraksi akan menguat dan berdurasi lebih lama (45 sampai 60 detik) dan berjarak 3 sampai 5 menit di setiap kontraksi. Di tahap ini lah Anda dapat pergi ke rumah sakit.
  • Transisi : Di fase final ini, serviks Anda benar benar membuka (dari 8 sampai 10 cm). Kontraksi Anda akan semakin lama dan intens. Setiap kontraksi akan berlangsung selama 60 sampai 90 detik dengan jeda 30 sampai 2 menit diantara setiap kontraksi.

Istilah dalam menghitung kontraksi 

  • Durasi : durasi adalah berapa lama kontraksi itu berlangsung. Durasi kontraksi diukur dari dimulainya kontraksi sampai berakhirnya kontraksi. Nyalakan timer Anda saat kontraksi Anda dimulai dan hentikan saat kontraksi Anda berhenti. Di tengah tengah, Anda akan merasakan puncak intensitas kontraksi Anda, namun tunggu dulu sampai semua sensasi tersebut menghilang sebelum Anda menghentikan timer Anda

  • Frekuensi : frekuensi adalah jeda di antara setiap kontraksi yang Anda rasakan. Frekuensi kontraksi diukur berdasarkan dimulainya kontraksi Anda yang pertama hingga dimulainya kontraksi Anda yang berikutnya. Jika Anda bingung, Anda juga dapat menggunakan aplikasi peghitung kontraksi dan aplikasi tersebut akan menghitungkannya untuk Anda.

Lalu kapan Anda harus pergi ke rumah sakit?

Trauma di Dalam Rahim? Bisakah Itu Terjadi?

Trauma Saat Dalam Kandungan?

Saya sering menjumpai pasien dengan beberapa kasus seperti depresi, kesedihan yang tidak kunjung hilang, emosi yang tidak stabil atau perilaku dan temperamen yang buruk hingga mengakibatkan kerugian pada orang disekitarnya, dan setelah dilacak ternyata akar masalahnya adalah trauma.

Parahnya, sebagian dari masalah tersebut berasal dari trauma yang didapat pada saat masih di dalam kandungan dan bahkan sebagian besar juga berkelanjutan sampai birth trauma pada saat dilahirkan. Namun, apakah benar jika kita bisa mendapatkan trauma saat masih didalam kandungan? Jawabannya adalah YA, hal itu dapat terjadi.

Menurut Penelitian

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa bayi dalam kandungan dapat merasakan, belajar, dan mempunyai kesadaran pada tingkatan tertentu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gonzales-Gonzales bersama rekan-rekannya pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa bayi di dalam kandungan menerima “stimulasi vibroakustik” yang merupakan stimulasi pada bayi yang masih berada di dalam kandungan yang dilakukan melalui gelombang suara.

Setelah bayi-bayi yang diberi stimulasi tersebut lahir, mereka diberikan perlakuan yang sama pada saat mereka masih di dalam kandungan, dan hasilnya adalah bayi-bayi tersebut mengenali sinyal tersebut dan menjadi lebih tenang setelah menerima sinyal suara tersebut.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa bayi dapat belajar dan mengingat dalam kapasitas tertentu pada saat masih berada di dalam kandungan sampai setelah ia dilahirkan.

Penelitian yang lain dilakuakn oleh Anthony DeCasper dan William Fifer. Mereka membuat suatu puting buatan yang terhubung dengan suatu alat pemutar suara yang dapat memutarkan suara atau detak jantung sang ibu jika disedot dengan cara tertentu, dan jika audio tersebut akan memutarkan suara atau detak jantung wanita lain jika disedot dengan cara yang lain (Kolata, 1984).

De Casper juga melakukan penelitian yang hamper sama dengan buku anak anak yang telah dibacakan dua kali sehari di 6,5 minggu terakhir pada masa kehamilan. Hasilnya adalah bayi yang telah lahir menghisap dengan cara tertentu untuk mendengar suara ibunya atau suara buku anak anak tertentu yang telah dibacakan pada saat bayi tersebut berada di dalam kandungan.

Hal ini juga membuktikan bahwa apa yang didengar oleh bayi pada saat di dalam kandungan juga dapat mempengaruhi selera bayi setelah ia lahir.

Suatu penulis yang juga merupakan ahli kebidanan terkenal yang bernama Christiane Northrup (2005) mengungkapkan bahwa saat ibu hamil melalui suatu rasa takut, stress, atau kecemasan, ia akan membentuk suatu “metabolic cascade” dimana hormon yang bernama cytokines diproduksi dan sistem imun sang ibu dan bayinya ikut terpengaruh.

Hal ini nantinya dapat menyebabkan komplikasi saat melahirkan, keguguran, bayi prematur, dan bahkan kematian. Sebaliknya, saat sang ibu merasa sehat dan bahagia, ia akan menghasilkan hormon oxytocin yang disebut juga dengan hormon cinta yang justru dapat meningkatkan sistem imun sang bayi dan memperkuat ikatan sang ibu dengan bayinya.

Saat sang ibu merasa bahagia dan sehat, neurotransmiter akan bergerak dari tubuh sang ibu ke tubuh sang bayi, membuat sang bayi merasa tenang dan aman.

Bagaimana Stress dapat Sampai ke Rahim?

Sebenarnya bagaimana sih cara stress bisa sampai ke bayi dalam kandungan? Salah satu penyebabnya adalah hormon cortisol yang merupakan hormon stress melewati enzim yang berada di placenta dan sampai ke bayi. Lalu bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

Penelitian telah menemukan komponen utama dalam plasenta yang biasanya dapat melindungi bayi dalam kandungan dari paparan hormon cortisol yang tinggi yang ada di dalam darah sang ibu saat ibu tersebut merasa stress.

Masalahnya adalah saat sang ibu merasa cemas, fungsi plasenta dapat berubah. Enzim yang biasanya dapat mencegah hormon cortisol untuk mengenai bayi menuruh sehingga hormon stress tersebut dapat lewat dan mengenai bayi, yangmana akan mempengaruhi perkembangan sang bayi.

Apa Itu Mindfulness? Dapat Memberikan Mengalaman Positif Saat Persalinan?

Apa Itu Mindfulness?

Apa sih itu mindfulness? Mindfulness sebenarnya adalah suatu bentuk meditasi dimana Anda merasa sadar dan fokus dengan apa yang Anda lakukan dan alami pada masa sekarang ini, disertai dengan sikap yang terbuka, menerima, dan keingin tahuan.

Singkatnya, mindfulness berarti “Sini Kini”. Nah ternyata, teknik ini sangat berguna lho saat persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Larissa Duncan, PhD, seorang professor di UW-Madison mengungkapkan bahwa latihan mindfulness dapat memberikan pengalaman positif saat persalinan dan mengurangi depresi postpartum (PPD).

Mindfulness Dapat Mengubah Mindset Anda

Saat mendengar tentang proses persalinan, kebanyakan dari kita akan berpikir bahwa proses persalinan itu sakit. Hal itu disebabkan karena sejak kecil kita selalu di beri tahu bahwa persalinan itu sakit oleh keluarga dan lingkungan sekitar.

Bahkan untuk tenaga kesehatan pun dalam buku pelajarannya dituliskan bahwa persalinan itu sakit. Penelitian yang dilakukan oleh Whitburn di tahun 2014 mengungkapkan bahwa apa yang Anda pikirkan mengenai rasa sakit dalam proses persalinan dapat mempengaruhi pengalaman persalinan kita.

Pertanyaanya, bagaimana jika kita tidak percaya bahwa proses persalinan itu menyakitkan? Jika pikiran kita dapat mempengaruhi kenyataan dan kita dapat memprogram ulang pikiran kita untuk berpikir bahwa proses persalinan itu nyaman dan menakjubkan, bisakah itu terjadi?

Ya, itu dapat terjadi, namun hanya berpikir bahwa persalinan itu nyaman saja tidaklah cukup, Anda harus dapat memasukkan pikiran tersebut ke alam bawah sadar Anda, yang mana hal itu memerlukan pengulangan, emosi, visualisasi, afirmasi, dan meditasi.

Manfaat Mindfulness dalam Proses Persalinan

  1. Mindfulness membantu Anda untuk menghemat energi

Ingatlah bahwa persalinan dapat menjadi sangat melelahkan dan menguras energi. Maka sangatlah penting bagi Anda untuk menghemat energi Anda. Perasaan seperti rasa takut, kecemasan, dan memikirkan masa lalu atau masa yang akan datang dapat sangat melelahkan bagi Anda.

Anemia Saat Kehamilan? Apa yang Harus Dilakukan?

Apa Penyebab Anemia Saat Hamil?

Anemia saat kehamilan merupakan sesuatu yang sangat umum terjadi. Saat hamil, tubuh Anda memproduksi lebih banyak darah untuk mendukung pertumbuhan bayi Anda. Darah tambahan ini bertujuan untuk mendukung perkembangan bayi Anda. Jika Anda tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup, tubuh Anda mungkin tidak dapat memproduksi jumlah asupan sel darah merah yang cukup untuk memproduksi darah tambahan ini.

Tipe-tipe Anemia Saat Kehamilan

Anemia adalah salah satu penyakit yang sangat umum terjadi pada ibu hamil. Hal ini pastinya sangatlah menyebalkan karena akan membuat Anda merasa lemah dan lelah, apalagi jika tidak diobati, anemia dapat menjadi lebih parah dan menimbulkan beragam komplikasi. Lalu apa sih tipe tipe anemia yang dapat terjadi saat persalinan? Dan apasih penyebabnya?

  • Kekurangan zat besi:Anemia jenis ini merupakan jenis anemia yang paling umum terjadi pada ibu hamil. Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi ketika tubuh Anda tidak mempunyai kadar zat besi yang cukup untuk memproduksi hemoglobin yang Anda perlukan. Hemoglobin sendiri merupakan suatu protein dalam sel darah merah yang berfungsi untuk membawa dan mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Sehingga, dalam anemia jenis ini darah tidak dapat membawa jumlah oksigen yang cukup untuk mengedarkannya ke seluruh tubuh.
  • Kekurangan asam folat:Asam folat merupakan vitamin yang biasanya terdapat di makanan tertentu. Vitamin ini berfungsi untuk memproduksi sel baru, termasuk sel darah merah. Ibu hamil akan membutuhkan lebih banyak asam folat karena tubuh juga harus memproduksi lebih banyak sel darah merah. Selain itu, kekurangan asam folat juga dapat meningkatkan resiko berat badan bayi rendah dan cacat lahir seperti neural tube abnormalities(spina bifida) yang merupakan cacat lahir bagain otak, tulang belakang, dan saraf tulang belakang.
  • Kekurangan vitamin B12: Tubuh Anda memerlukan vitamin B12 untuk membentuk sel darah merah. Ketika ibu hamil tidak mendapatkan jumlah vitamin B12 yang cukup, tubuhnya juga tidak dapat memproduksi jumlah sel darah merah yang diperlukan tubuhnya. Ibu hamil yang tidak mengkonsumsi daging merah, daging putih, produk olahan susu, dan telur lebih beresiko untuk terkena anemia jenis ini. Kekurangan vitamin B12 juga dapat meningkatkan resiko lahir seperti neural tube abnormalities(spina bifida) yang merupakan cacat lahir bagain otak, tulang belakang, dan saraf tulang belakang, dan dapat mengarah ke kelahiran prematur.

Gejala Anemia Saat Kehamilan

 Lalu apasih gejala anemia saat kehamilan? Berikut ini merupakan gejala-gejala anemia yang paling umum terjadi pada ibu hamil:

  • Kulit, bibir, dan kuku terlihat pucat
  • Merasa lemah dan lelah
  • Pusing
  • Sesak napas
  • Detak jantung yang cepat
  • Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi

Pada anemia tahap awal, Anda mungkin tidak akan merasakan gejala-gejala yang berarti. Gejala-gejala tersebut juga mungkin terjadi ketika Anda hamil, bahkan jika Anda tidak mengalami anemia. Jadi pastikan untuk melakukan pemeriksaan darah jika Anda mengalami gejala tersebut untuk memastikan bahwa Anda mempunyai anemia atau tidak.

Tes untuk Anemia

Berikut ini merupakan tes darah yang biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa Anda mempunyai anemia atau tidak:

  • Tes Hemoglobin: Tes ini berfungsi untuk mengukur tingkat hemoglobin yang merupakan suatu protein dalam sel darah merah yang berfungsi untuk membawa dan mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
  • Tes Hematocrit:Tes ini dapat mengukur presetase kandungan sel darah merah dalam suatu sampel darah.

Jika hasil tes Anda lebih rendah dari batan normal, maka provider Anda mungkin akan melakukan tes darah yang lain untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa penyebab anemia Anda.

Faktor Resiko untuk Anemia Dalam Kehamilaan

Semua ibu hamil beresiko untuk terkena anemia saat kehamilan karena mereka akan membutuhkan lebih banyak zat besi dan asam folat dari biasanya. Namun apa sih hal-hal yang dapat meningkatkan resiko tersebut? Apakah ada hal-hal yang dapat membuat Anda menjadi lebih beresiko untuk terkena anemia saat kehamilan? Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat meningkatkan resiko terkenanya anemia saat kehamilan:

  • Kehamilan anak kembar
  • Jarak kehamilan terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya
  • Muntah muntah karena morning sickness
  • Tidak mengkonsumsi cukup makanan kaya zat besi
  • Mempunyai anemia sebelum kehamilan
  • Merupakan ibu muda

Resiko Anemia pada Kehamilan

 Anemia karena kekurangan zat besi parah yang tidak diobati saat kehamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya:

  • Bayi prematur atau berat badan bayi rendah saat lahir
  • Tranfusi darah (jika Anda kehilangan banyak darah saat proses persalinan)
  • Postpartum depression
  • Bayi yang menderita anemia
  • Penundaan perkembangan bayi

Sedangkan untuk anemia yang disebabkan oleh kekurangan asam folat dan kekurangan vitamin B12 dapat meningkatkan resiko terjadinya:

  • Bayi prematur atau berat badan bayi rendah saat lahir
  • Cacat lahir seperti neural tube abnormalities(spina bifida) yang merupakan cacat lahir bagain otak, tulang belakang, dan saraf tulang belakang.

Cara Mengatasi Anemia Saat Kehamilan

 Setelah mengetahui jenis jenis anemia, resiko, dan gejalanya, lalu apa yang harus dilakukan? Bagaimana cara mengatasinya? Anda dapat mencegah dan mengatasi anemia saat persalinan dengan memastikan bahwa Anda mengkonsumsi makanan yang seimbang dan mendapatkan nutrisi-nutrisi yang Anda butuhkan. Berikut ini adalah daftar makanan yang dapat membantu Anda untuk mencegah dan mengatasi anemia:

Melahirkan Normal? Apa manfaatnya?

Apa Manfaat Melahirkan Normal?

Bicara tentang proses persalinan normal, memasuki jaman milenial ini, semakin banyak orang yang maunya instan. tidak haya di Indonesia, di negara majupun demikian. di Amerika misalnya.

Sekitar 80% ibu di Amerika memutuskan untuk melakukan epidural saat persalinan dan sekitar 30% ibu ibu di Amerika melahirkan dengan cara caesar. dan sepertinya trend ini pun Sudan multi merambah ke Indonesia.

Jika dahulu trend caesar tanya ada di kota besar, sekarang trend operasi caesar sudah merambah ke pedesaan. karena jika di amati, semakin kesini semakin banyak ibu yang Melahirkan dengen operasi caesar disbanding dengan persalinan normal.

Apa sebenarnya keuntungan dari Melahirkan normal? mengapa kita harus memperjuangkan dan memberdayakan diri untuk berhasil melahirkan normal pervaginam?

Mungkin pertanyaan pertanyaan itulah yang muncul dalam pertanyaan Anda saat mendengar mengenai melahirkan normal. Dalam artikel ini kita akan belajar mengenai melahrikan normal beserta keuntungan keuntungannya.

Tubuh wanita diciptakan untuk melahirkan

Walaupun hal ini sudah sangatlah jelas, namun pada kenyataanya lingkungan maupun provider Anda terkadang membuat Anda berfikir sebaliknya.

Anda mungkin berfikir bahwa intervensi pada saat proses melahirkan merupakan suatu yang sangatlah wajar dan memang harus dilalui, namun kenyataanya, di berbagai kasus, seorang ibu dapat melahirkan seorang bayi yang sehat tanpa intervensi apapun. Melahirkan merupakan kejadian alami biologis yang dialami oleh setiap ibu, dan bukannya kejadian medis.

Namun sayangnya, banyak ibu yang tidak mengetahui tentang hal ini dan hal ini akhirnya mengharah ke rasa takut akan proses melahirkan. Rasa takut ini mempunyai suatu dampak yang cukup signifikan pada seorang ibu.

Menurut Penelitian

Menurut penelitian yang dipublikasikan pada 27 Juni 2012 di BJOG (An International Journal of Obstetrics and Gynaecology) mengatakan bahwa ibu yang mempunyai ketakutan akan proses melahirkan akan memiliki proses melahirkan yang lebih lama dibanding ibu yang tidak mempunyai rasa takut akan proses melahirkan, dengan perbedaan waktu sebanyak 1 jam 32 menit, dan bahkan setelah melalui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi panjangnya durasi persalinan, perbedaan waktunya masih signifikan, yaitu sebanyak 47 menit.

Penelitian ini juga menemukan bahwa ibu yang memiliki ketakutan akan proses melahirkan lebih sering mendapat intervensi saat persalinan (17.0% dibanding 10.6%) atau melahirkan secara caesar karena keadaan darurat (10.9% dibanding 6.8%) jika dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki rasa takut akan proses melahirkan.

Oleh karena itu, Anda perlu memperkaya diri dengan pengetahuan sehingga Anda dapat lebih siap untuk menghadapi proses melahirkan.

Rasa sakit merupakan bagian dari rancangan alam semesta

Sensasi itu penting! Rasa sakit yang Anda rasakan pada proses persalinan normal dapat membantu Anda untuk menemukan cara yang tepat untuk mengantarkan bayi Anda ke dunia. Rasa sakit ini dapat memberi tahu Anda kapan Anda harus mengganti posisi sehingga bayi Anda dapat turun ke jalan lahir.

Selain itu rasa sakit juga dapat membantu Anda untuk mengetahui kapan Anda harus mengejan, bagaimana cara mengejan, dan kapan untuk berhenti mengejan untuk menghindari robekan.

Bagaimana Cara Mengetahui Kontraksi Asli atau Palsu?

Temukan Perbedaanya

Sebelum Anda akan mengalami proses persalinan, Anda mungkin akan merasakan kontraksi palsu. Kontraksi ini juga disebut dengan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini berfungsi sebagai semacam pemanasan bagi tubuh Anda sebelum Anda benar-benar memasuki proses persalinan. Namun, Anda perlu ingat bahwa kontraksi ini bukanlah tanda persalinan akan dimulai.

Apa penyebabnya?

Ada dua hal yang dapat mengakibatkan kontraksi palsu, yaitu dehidrasi dan stress. Rasa haus atau tekanan emosional dapat memicu timbulnya kontraksi ini. Namun, jika Anda mengalami kontraksi palsu dan hal ini membuat Anda merasa tidak nyaman, bergeraklah atau lakukanlah kegiatan yang membuat Anda merasa nyaman dan rileks.

Anda dapat berendam air hangat, tidur, mendengarkan musik, membaca, atau melakukan kegiatan lain yang dapat membuat Anda rileks. Kontraksi ini seringkali juga akan berhenti saat Anda berjalan, mengganti posisi atau berdiri.

Bagaimana cara membedakan kontraksi asli dengan kontraksi palsu?

Setelah mengetahui penyebab Braxton Hicks, lalu bagaimana cara membedakan kontraksi palsu dengan kontraksi asli? Berikut ini merupakan beberapa cara untuk membedakan antara kontraksi Braxton Hicks

Tips Tidur Nyaman Untuk Ibu Hamil

Anda Wajib Baca

Apakah Anda sekarang ini sedang hamil, kelelahan, dan berbaring di tempat tidur namun tidak bisa tidur? Eileen Sloan, psikiatris di Toronto Sleep Institute di Mount Sinau Hospital, mengatakan bahwa 80% ibu hamil pernah mengalami insomnia pada saat masa kehamilan.

Selain itu, menurut National Sleep Foundation, 78% ibu hamil mengalami tidur yang lebih tidak nyenyak atau terganggu dibanding saat mereka sedang tidak dalam masa kehamilan, hal ini dirasakan terutama bagi ibu hamil yang mulai menginjak trimester ketiga.

Apakah penyebabnya?

  1. Hormon

Saat Anda sedang hamil, hormone progesterone Anda akan melunjak naik. Hal ini terkadang akan membuat otot Anda menjadi tegang yang nantinya akan mengakibatkan tidur mendengkur atau gangguan pernapasan lain saat Anda tidur.

  1. Rasa cemas

Kecemasan merupakan faktor utama penyebab insomnia pada ibu hamil, terutama pada ibu yang sedang hamil untuk pertama kalinya. Hal ini sangat umum terjadi karena tubuh Anda sedang mengalami perubahan yang luar biasa dan Anda sedang mengalami hal hal baru yang mungkin belum pernah Anda alami sebelumnya.

  1. Perasaan ingin buang air kecil

Pada saat Anda sedang hamil, terutama hamil tua, kandung kemih Anda Akan semakin terdesak karena bayi Anda juga semakin besar dan semakin turun. Hal ini akan membuat Anda menjadi sering sekali buang air kecil di trimester ketiga, dan ini adalah hal yang NORMAL.

  1. Merasa tidak nyaman di area kaki

Perasaan tidak nyaman di area kaki ini akan membuat Anda terus menggerakkan kaki Anda. Hal ini dikenal dengan istilah Restless Leg Syndrome. Perasaan ini mungkin akan membuat Anda merasa sangat terganggu terutama dimalam hari ketika Anda sedang berusaha untuk tidur.

  1. Heartburn

Terkadang, posisi tidur yang salah dapat membuat asam lambung naik sampai tenggorokan, membuat Anda harus bangun dan duduk tegak sehingga Anda dapat merasa lebih baik. Atau mungkin Anda mengalami heartburn secara terus menerus dan rasa itu tidak kunjung hilang.

Bagaimanapun, berbaring biasanya tidak akan membantu Anda merasa lebih baik. Cobalah untuk menggunakan essential oil seperti Lemon untuk meredakan heartburn Anda.

  1. Tidur terlentang

Tidur terlentang dapat menyebabkan berat perut Anda menekan pembuluh darah aorta di bagian perut (pembuluh darah yang memberi makan bayi Anda) sehingga Anda biasanya tiba tiba terbangun agar Anda dapat menyesuaikan posisi dan membantu meningkatkan aliran darah di pembuluh darah tersebut.

Sembuhkan Luka Jahitan Perineum Dengan Cepat

Affirmasi & Visualisasiku

Salah satu hal yang paling di takutkan pada saat melahirkan selain rasa sakit karena kontraksi adalah TAKUT ROBEK VAGINANYA dan TAKUT SAKIT SAAT PROSES PENJAHITAN LUKA ROBEKAN DI VAGINA.

Saat saya iseng iseng mencoba untuk survey sederhana melalui akun Instagram saya dimana saya mengajak followers untuk memilih satu diantara dua ketakutan yang paling sering mereka alami:

1. Takut sakit saat proses persalinan

  1. Takut vaginanya robek alami/ di sobek sengaja (episiotomy) dan di jahit dan jawabannya adalah:

Dan artinya ternyata ketakutan akan proses robekan dan penjahitan luka perineum cupun banyak ya


Kenapa hari ini saya menulis tentang bagaimana cara supaya luka jahitan perineum segera sembuh adalah karena:

  1. Banyak ibu yang takut dengan proses ini
  2. Banyak ibu yang mengeluh tidak nyaman dan bahkan trauma karena luka jahitan yang tidak kunjung sembuh
  3. Beberapa ibu mengalami kasus seperti vaginismus, poop melalui vagina, vagina bau, dll

Dan itu sangat kasihan sekali.

Harusnya proses pasca salin dinikmati dengan surganya menyusui, namun banyak ibu yang terpaksa harus berlarut larut dalam rasa ketidaknyamanan gara gara luka jahitan episiotomy atau robekan alami.

Okay, sebelum kita lanjut ke bahasan yang lebih dalam, saya akan bahas dulu tentang gambaran tentang penjahitan luka perineum.

Berdayakan Dirimu

Tentang seperti apa derajat robekan jalan lahir berikut cara mencegahnya, Anda bisa melihat disini:
1. https://www.bidankita.com/aku-ingin-perineumku-utuh-part-1/

2.https://www.bidankita.com/aku-ingin-perineumku-utuh-part-2/

3.https://www.bidankita.com/aku-mau-perineum-ku-utuh/

4.https://www.bidankita.com/penyebab-robekan-pada-perineum-saat-persalinan/

5.https://www.bidankita.com/melindungi-perineum-dari-robekan-akibat-melahirkan/

6.https://www.bidankita.com/perawatan-perineum-paska-melahirkan/

Sudah banyak kan tulisan tentang perineum ? silahkan buka terlebih dahulu.

Nah sekarang saya akan memberikan gambaran tentang bagaimana proses penjahitan perineum ini dilakukan.

Silahkan melihat proses episiotomy terlebih dahulu di video ini:
https://www.youtube.com/watch?v=PR88v5CS07g

Sedangkan proses penjahitan seperti berikut

https://www.youtube.com/watch?v=8AV3Qpghfa0

Video resource : Please visit https://www.mednav.org/

Tentang Luka dan jahitan Episiotomi

Setelah episiotomi dilakukan, dokter atau bidan akan memperbaiki perineum (area antara anus dan vulva) dengan menjahit luka supaya tertutup.