
Dalam pelaksanaannya, prosedur dan tipe episiotomi dapat bermacam-macam tergantung dengan kondisi Anda. Di awal, apabila Anda belum mendapatkan bius apapun, provider Anda akan menyuntikkan obat bius di area perineum sebelum melakukan robekan. Setelah bayi dan plasenta lahir, robekan episiotomi Anda akan diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui adanya robekan lebih lanjut. Setelah itu Anda provider Anda akan menyuntikkan obat bius lagi sebelum akhirnya menjahit robekan yang ada.
Hal berikut merupakan suatu hal yang SEHARUSNYA terjadi, namun dalam praktiknya, terutama di Indonesia seringkali hal ini tidak dilakukan. Anda tidak akan diberikan obat bius dan bahkan terkadang provider Anda akan melakukan episiotomi tanpa seijin Anda dan tanpa mengatakan apa-apa, yang mana ini sebenarnya melanggar UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran pasal 52 mengenai hak-hak pasien dimana tertulis bahwa pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis, sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3). Hal inilah yang akhirnya menimbulkan ketakutan akan robekan dan jahitan saat proses persalinan.
Setelah episiotomi, biasanya Anda akan diberi obat penghilang rasa sakit. Apabila Anda bersalin di klinik atau apabila situasi memungkinkan, Anda dapat meminta tolong pendamping Anda untuk menyiapkan kompres es dan mengompres area perineum segera setelah persalinan untuk membantu mengurangi pembengkaan dan rasa sakit. Selain itu, merendam area pantat sampai pinggul Anda dengan air hangat atau dingin dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Ingatlah untuk menjaga agar area jahitan Anda tetap bersih dan kering. Hindari melakukan douchs (membersihkan vagina dengan menyemprotkan cairan khusus ke dalam vagina), menggunakan tampon, mengangkat barang-barang berat, melakukan aktivitas berat, dan melakukan hubungan seksual hingga luka jahitan Anda benar benar sembuh. Hubungilah provider Anda apabila Anda mengalami pendarahan di area sayatan, luka tidak kunjung membaik, terdapat bau yang tidak sedap di area vagina, area sekitar sayatan terlihat kemerahan atau bengkak, mengalami demam, dan rasa sakit di area perineum.
Mengapa episiotomi dilakukan?
Tidak semua wanita membutuhkan episiotomi dan sebenarnya WHO sendiri tidak merekomendasi dilakukannya episiotomi. Hal ini sebenarnya membuat episiotomi hanya boleh dilakukan di situasi darurat dalam persalinan, seperti fetal distress. Berikut ini adalah beberapa alasan yang memungkinkan dilakukannya episiotomi:
- Fetal distress
- Bayi sungsang, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai posisi bayi dalam kandungan, klik disini atau distosia bahu (bahu bayi tersangkut saat proses persalinan)
- Fase dua (fase mengejan) lama
- Persalinan menggunakan forceps atau vacuum
- Bayi besar
- Bayi prematur
- Terdapat kemungkinan terjadinya robekan parah
- Sang ibu pernah melakukan operasi panggul
Kapan episiotomi perlu dilakukan?
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di tahun 2009 dan melibatkan lebih dari 5.000 ibu, episiotomi seringkali tidak terlalu membantu dan tidak dilakukan berdasarkan indikasi yang benar. Namun, ada beberapa kasus dimana episiotomi memang berguna dan diperlukan, diantara lain adalah:
- Apabila episiotomi membantu sang ibu untuk menghindari operasi caesar
- Apabila terdapat resiko terjadinya robekan yang parah
- Apabila terjadi fetal distress
Konsultasikanlah terlebih dahulu dengan provider Anda dan tanyakan mengenai tingkat episiotomi di tempat bersalin yang Anda ingginkan. Apabila tempat bersalin yang Anda inginkan mempunyai tingkat episiotomi yang mencapai lebih dari 20%, maka CARILAH TEMPAT LAIN!
Apa efek samping episiotomi?
Semua prosedur operasi, bahkan operasi kecil sekalipun akan mempunyai efek samping, begitu pula dengan episiotomi. Berikut ini adalah beberapa efek samping atau resiko episiotomi:
- Pendarahan
- Luka
- Waktu penyembuhan yang lama
- Inkontinensia urin (untuk mengetahui lebih lanjut mengenai inkontinensia urin, klik disini)
- Infeksi
- Bekas luka yang menyakitkan
- Disfungsi seksual
- Pembengkakan
- Rasa sakit saat berhubungan seksual
- Perasaan sedih, percaya diri rendah, rasa malu, dan lain sebagainya.
Beberapa ibu mengatakan bahwa pemulihan episiotomi lebih lama dan lebih menyakitkan daripada robekan yang terjadi secara alami. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan, mereka menemukan bahwa beberapa ibu yang mengalami episiotomi melaporkan penurunan kenikmatan seksual dan mendapat citra tubuh yang buruk.
Episiotomi merupakan hal yan dapat dihindari, begitu pula dengan robekan saat persalinan. Kuncinya adalah pemberdayaan diri. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai cara mencegah robekan saat persalinan, klik disini.