Bidan Kita

Home Blog Page 10

Payudara Bengkak Saat Menyusui? Bagaimana Mengatasinya?

Pengertian Payudara Bengkak

Payudara bengkak adalah kasus yang seringkali terjadi di masa menyusui. Seringkali, pembengkaan payudara ini terjadi di hari-hari pertama setelah si kecil lahir. Pembengkaan ini seringkali terasa sakit dan apabila tidak segera diatasi, pembengkaan ini dapat menyebabkan komplikasi menyusui yang lain. Hal ini membuat pengalaman menyusui Anda menjadi cukup menyakitkan dan traumatik. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai payudara bengkak.

Apa penyebabnya?

Walaupun payudara Anda dapat mulai memproduksi ASI sejak di masa kehamilan. Namun, pada umumnya, payudara Anda akan mulai memproduksi ASI sekitar 2-5 hari setelah si kecil lahir. Sebelum itu, payudara Anda akan memproduksi kolostrum yang merupakan cairan kuning kental yang mengandung berbagai nutrisi penting untuk si kecil. Kolostrum ini disebut juga dengan makanan pertama bayi. Ketika payudaya mulai memproduksi ASI yang matang, payudara Anda akan terasa berat, hangat, dan penuh. Perasaan penuh ini biasanya akan menghilang beberapa hari ketika Anda mulai menyusui si kecil. Namun, apabila Anda tidak menyusui si kecil, payudara Anda dapat mulai mengalami pembengkaan. Pembengkaan ini biasanya terjadi ketika payudara Anda terlalu penuh dengan ASI. Hal ini menyebabkan payudara Anda menjadi bengkak dan terasa keras. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan payudara bengkak:

  • Telat memerah ASI atau menyusui si kecil

Hal semacam ini seringkali terjadi apabila Anda harus bekerja atau sekolah di masa menyusui. Ketika Anda harus bekerja, sekolah atau melakukan hal-hal yang mengharuskan Anda untuk jauh dari si kecil, cobalah untuk memerah payudara Anda apabila payudara Anda terasa penuh.

  • Memerah terlalu banyak ASI

Anda mungkin mendengar nasehat untuk membuat persediaan ASI yang melebihi kebutuhan si kecil. Namun, memerah terlalu banyak dapat meningkatkan produksi ASI Anda, membuat Anda menjadi lebih rentan terkena pembengkaan payudara.

  • Menyusui si kecil berdasarkan jadwal tertentu

Penelitian menunjukkan bahwa jumlah maksimal ASI yang dapat disimpan payudara ibu sangat bervariasi setiap ibu. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa ibu yang menyusui berdasarkan jadwal tertentu seringkali menderita pembengkaan payudara, mastitis, dan produksi ASI rendah karena intensitas menyusui yang rendah. Oleh karena itu, ingatlah untuk memerah ASI Anda atau menyusui di sela sela kegiatan Anda atau apabila payudara Anda terasa penuh.

  • Memberi susu formula di tengah-tengah masa menyusui

Memberikan susu formula di tengah-tengah masa menyusui dapat mengurangi intensitas menyusui Anda karena si kecil sudah kenyang atau kehilangan napsu makan. Hal ini membuat ASI Anda terus menerus ditampung payudara Anda dan mengakibatkan pembengkaan payudara.

  • Si kecil tidak ingin menyusu

Terkadang, si kecil tidak ingin menyusu karena alasan tertentu. Di masa-masa ini, cobalah untuk memerah ASI Anda sampai si kecil dapat menyusui lagi untuk membantu Anda mempertahankan produksi ASI dan menghindari ASI tersumbat, pembengkaan ASI, atau mastitis.

  • Menyapih si kecil terlalu cepat

Apabila Anda mengalami pembengkaan payudara selama proses penyapihan, cobalah untuk memperlambat proses penyapihan Anda. Hal ini dapat memberikan waktu bagi payudara Anda untuk beradaptasi dan mengurangi produksi ASI. Apabila Anda sudah tidak dapat menyusui, cobalah untuk memerah ASI Anda dengan tangan atau pompa ASI ketika payudara Anda mulai terasa penuh. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyapihan secara lembut, klik disini.

  • Kesulitan dalam menyusui

Pada saat masa menyusui, terkadang Anda mengalami berbagai kesulitan yang membuat si kecil tidak dapat menyedot ASI dengan benar. Hal ini biasanya dialami oleh para ibu yang memiliki jenis puting yang datar atau mendelep. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tips menyusui dengan puting datar atau mendelep, klik disini. 

Apa gejalanya?

Gejala pembengkaan payudara dapat berbeda-beda setiap ibu. Berikut ini adalah beberapa gejala umum pembengkaan payudara:

  • Payudara terasa kencang atau keras
  • Payudara terasa berat, penuh, hangat, dan terlihat mengkilap
  • Terdapat benjolan lunak di area ketiak
  • Demam ringan sekitar 38°C dan kelelahan
  • Puting menjadi datar dan areola Anda (area disekitar puting) menjadi keras
  • Pembuluh darah di bawah permukaan kulit payudara Anda yang semakin terlihat

Ingatlah untuk segera menghubungi provider Anda apabila Anda mengalami demam lebih dari 38,4°C atau mengalami gejala-gejala seperti gejala flu karena hal tersebut dapat menjadi tanda-tanda adanya infeksi atau mastitis. 

Apa komplikasi yang dapat terjadi?

Apabila pembengkaan Anda semakin parah, payudara Anda akan menjadi sangat bengkak dan membuat si kecil tidak dapat menyusu dengan benar. Hal ini dapat membuat kebutuhan ASI bayi Anda tidak terpenuhi dan terkadang membuat si kecil menolak untuk menyusu. Selain itu, pembengkaan payudara yang parah dapat menimbulkan berbagai masalah seperti puting pecah-pecah, lecet, ASI tersumbat, dan mastitis. 

Bagaimana cara mengatasinya?

TIPS untuk Menyapih Si Kecil Secara Lembut

Pengertian Gentle Weaning

Baik cepat atau lambat, akan ada saatnya dimana Anda harus menyapih si kecil. Saat membicarakan mengenai proses menyapih, seringkali terdapat banyak pertanyaan yang timbul di benak Anda, seperti waktu yang tepat, cara untuk berhenti menyusui, cara menghindari mastitis dan payudara bengkak ketika menyapih, dan lainnya. Ketika Anda dan bayi Anda telah memutuskan kapan waktu yang tepat untuk mulai menyapih, terdapat berbagai teknik yang dapat membantu Anda agar proses penyapihan berjalan lebih lembut. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda ketahui ketika Anda memutuskan untuk menyapih si kecil, serta tips untuk menyapih secara lembut.

Kapan waktu yang tepat?

Keputusan untuk menyapih si kecil merupakan keputusan yang sangat personal. Waktu yang tepat untuk menyapih si kecil dapat sangat tergantung dengan kondisi Anda dan si kecil. Terkadang Anda memilih untuk mulai menyapih si kecil karena suatu alasan tertentu, namun terkadang si kecillah yang memimpin proses penyapihan ini.

Idealnya, menurut WHO, Anda dianjurkan untuk menyusui secara eksklusif sampai si kecil berumur 6 bulan, lalu sampai si kecil berusia sekurangnya 2 tahun, Anda dianjurkan untuk tetap menyusui dengan juga memberikan makanan pendamping ASI untuk si kecil. Rekomendasi ini dibuat karena ASI tidak hanya berfungsi sebagai makanan, namun juga penenang alami apabila si kecil khawatir, lelah, atau rewel. Selain itu, ASI juga mengandung komponen yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh yangmana komponen itu nantinya juga akan meningkat secara drastis apabila si kecil sedang sakit.

Alat Kontrasepsi yang Paling Umum di Indonesia

Yang Wajib Anda Ketahui

Kehamilan merupakan sesuatu yang harus direncanakan dengan matang terlebih dahulu. Kurangnya perencanaan yang matang seringkali dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan yang terjadi di waktu yang tidak tepat (lebih awal dari yang diinginkan). Kehamilan tanpa rencana ini tentu saja membawa banyak dampak negatif, seperti meningkatnya angka aborsi yang dilakukan secara tidak aman, gangguan kesehatan hingga kematian ibu dan bayi, meningkatnya tingkat KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), anak yang tidak dapat bertumbuh kembang secara sempurna, hingga masalah sosial ekonomi. Namun sayangnya, berdasarkan data dari WHO, kurang lebih setengah dari semua kehamilan di dunia dari tahun 2015 sampai 2019 adalah kehamilan tidak terencana. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui metode-metode kontrasepsi dan mencari metode kontrasepsi yang cocok untuk Anda.

Apa Saja Alat Kontrasepsi yang Paling Umum di Indonesia

Ada beberapa faktor yang perlu Anda pertimbangkan ketika Anda memilih alat kontrasepsi, di antaranya adalah keamanan, tingkat efektivitas (tingkat keberhasilan dan kegagalan), ketersediaan (termasuk harga dan susah mudahnya untuk dicari), dan respons tubuh Anda terhadap alat kontrasepsi tersebut. Selain efektivitas untuk mencegah kehamilan, efektivitas untuk mencegah HIV dan PMS (Penyakit Menular Seksual) juga perlu dipertimbangkan. Nah, berikut ini adalah beberapa refrensi alat kontrasepsi yang paling umum di Indonesia.

  1. Kondom

Pada umumnya, kondom memiliki berbagai macam jenis, antara lain adalah kondom laki-laki, kondom perempuan (internal kondom), kondom dengan rasa, tekstur, dan aroma, kondom dengan dan tanpa pelumas, dan kondom lateks dan non lateks. Kondom, baik kondom perempuan maupun laki-laki memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mencegah masuknya sperma ke tubuh wanita, menghalangi pertemuan sperma dan sel telur agar tidak terjadi pembuahan.

Tipe kondom yang paling umum, lateks, dapat membantu untuk mencegah kehamilan, HIV, dan PMS. Namun, kondom berjenis “natural” atau “lambskin” biasanya tidak memberikan perlindungan dari HIV dan PMS. Kondom memiliki performa yang cukup efektif apabila digunakan dengan benar. Pada umumnya, tingkat kegagalan kondom laki-laki adalah 13% sedangkan untuk kondom perempuan adalah 21%. Saat menggunakan kondom lateks, ingatlah untuk tidak menggunakan pelumas berbahan dasar minyak, seperti minyak pijat, baby oil, lotion, atau petroleum jelly karena dapat membuat kondom menjadi lebih lemah sehingga kemungkinan untuk robek, bocor, atau pecah menjadi lebih besar.

Walaupun hanya dapat digunakan 1 kali, namun harga kondom sangatlah terjangkau dan Anda dapat mendapatkannya dimanapun.

  1. Pil

Pil KB merupakan pil yang mengandung hormon progestin dan estrogen (pil kombinasi). Pil ini bekerja dengan memanipulasi kadar hormon dalam tubuh untuk mencegah pelepasan sel telur, menebalkan dinding rahim, dan mengentalkan lendir leher rahim sehingga sperma sulit untuk masuk kedalam. Pil ini memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi dengan tingkat kegagalan hanya sebesar 7%. Namun, pil ini biasanya memiliki banyak efek samping yang dapat berbeda-beda pada tiap wanita, diantaranya adalah sakit kepala, sakit perut, mual, sakit di area payudara, menstruasi tidak teratur atau perubahan siklus menstruasi, perubahan mood, berat badan bertambah, dan tekanan darah tinggi. Selain itu, pil ini tidak akan bekerja secara efektif kecuali apabila Anda mengkonsumsinya setiap hari di jam yang sama. Namun, provider Anda tidak akan merekomendasikan kontrasepsi menggunakan cara ini apabila Anda lebih tua dari 35 tahun dan merokok, memiliki riwayat penyumbatan darah, penyakit jantung, ganguan hati, migrain, tekanan darah tinggi, kanker rahim atau kanker payudara. Selain itu, KB jenis ini juga tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.

Pentingnya POSTUR dan KESEIMBANGAN pada masa KEHAMILAN

Yang Perlu Anda Ketahui

Ketika kehamilan memasuki trimester ketiga seringkali seorang ibu hamil mengeluh sakit punggung, pinggang, tulang kemaluan, sesak nafas dan masih banyak yang lainnya. Tidak jarang ketika periksa, jawaban provider hanya “Gak apa, itu wajar…sudah hamil tua ya keluhannya begitu!”. padahal sebenarya ini adalah ketidak wajaran. karena seharusnya ibu hamil yang sehat adalah ibu hamil yang bebas keluhan.

seperti kita ketahui selama kehamilan, banyak perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal sebagai mekanisme kompensasi bagi janin yang sedang tumbuh dan berkembang. Ini dapat berdampak signifikan pada postur, keseimbangan, dan gaya berjalan. Jika tidak ditangani dengan tepat, perubahan ini dapat menyebabkan sakit punggung, mudah terjatuh, diastasis recti, dan keluhan keluhan lain.

Mekanisme Yang Menyebabkan Perubahan

Pada artikel ini, saya akan membahas secara rinci mekanisme yang mendasari di balik perubahan tersebut dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan selama kehamilan. selama bertahun tahun karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran diri, maka banyak sekali orang mempunyai postur tubuh yang tidak baik. Akibatnya, koreksi postur tubuh selama masa kehamilan terkadang menjadi tantangan. Oleh karena itu, koreksi kecil pada satu waktu adalah kuncinya.

manfaat mempelajari postur tubuh yang benar dapat membantu Anda setelah hamil dan mencegah masalah muskuloskeletal di tahun-tahun yang akan datang.

Anatomi Tulang Belakang

Pertama-tama mari kita pelajari tentang anatomi dasar tulang belakang.

Lengkungan tulang belakang yang normal:

Makanan Pendamping ASI

Pengertian Makanan Pendamping ASI

Untuk dapat bertumbuh kembang dengan baik, si kecil memerlukan gizi yang cukup. Setelah si kecil lahir, gizi tersebut dapat dipenuhi dari diberikannya ASI. Namun, ketika umur si kecil menginjak 6 bulan, walaupun ASI tetap menjadi sumber utama nutrisi si kecil, namun di masa ini Anda perlu mulai memperkenalkan makanan padat sebagai pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan si kecil, atau yang seringkali disebut juga dengan istilah MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu).

Ketika Anda memberi makan si kecil, pastikan bahwa Anda memberi makanan pendamping tersebut setelah si kecil menyusui atau diantara waktu menyusui, sehingga si kecil tetap menyusu sebanyak mungkin. Ingatlah bahwa si kecil masih memiliki lambung tang kecil sehingga memerlukan makanan lembut dalam jumlah kecil namun dengan intensitas yang sering sepanjang hari. Di masa masa ini, Anda harus memastikan kehigenisan tangan Anda dengan mencuci tangan Anda dan si kecil dengan sabun sebelum menyiapkan makanan dan sebelum memberi makan si kecil untuk menghindari masuknya bakteri-bakteri dalam makanan si kecil.

Mengenalkan si kecil dengan makanan padat dapat menjadi sesuatu yang ditunggu tunggu namun juga menakutkan. Seringkali, di masa-masa ini, terdapat banyak pertanyaan yang timbul di benak Anda, seperti “Tipe makanan seperti apa yang harus diberikan?”, “Bagaimana cara memulainya?”, “Berapa banyak?”, “Berapa sering?”, dan lainnya. Untuk membantu Anda, berikut ini adalah berbagai hal yang perlu Anda ketahui dan dapat dijadikan referensi untuk membantu Anda dalam memberi makan si kecil:

Kapan makanan padat dapat mulai dikenalkan?

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), waktu yang tepat untuk mulai mengenalkan makanan padat ke si kecil adalah ketika si kecil berumur sekitar 4 sampai 6 bulan, namun, semua ini dapat sangat tergantung dengan bayi Anda. Berikut ini adalah tanda-tanda yang harus Anda cari sebelum mulai mengenalkan makanan padat ke si kecil:

  • Dapat duduk tegak dan menyangga kepalanya sendiri
  • Mulai penasaran dengan apa yang ada di sekitarnya
  • Kemampuan untuk menelan dan hilangnya tongue thrust reflex (refleks untuk menjulurkan lidah kelar sehingga makanan padat tidak dapat masuk)
  • Ketidakpuasan ketika hanya diberi ASI
  • Munculnya keinginan akan makanan dengan mengarahkan wajahnya kearah makanan dan membuka mulutnya
  • Menunjukkan adanya kenaikan berat badan (kurang lebih dua kali lipat dari berat badan ketika lahir) dan memiliki berat badan sekurangnya 6 kg
  • Dapat menutup mulutnya dengan sendok di mulut

Makanan apa yang dapat diberikan?

Ketika si kecil mulai menginjak umur 4 sampai 6 bulan, bayi Anda masih belajar untuk mengunyah. Maka dari itu, makanan pertama bayi Anda harus merupakan makanan yang lebut sehingga mudah untuk ditelan, seperti bubur, puree buah dan sayur (makanan yang dilembutkan, baik dengan blender, grinder, atau ditekan-tekan), atau sereal bayi yang kaya akan zat besi. Berhubung bayi Anda sudah sangat familiar dengan ASI, campurkanlah makanan yang telah dilembutkan tadi (puree) dengan ASI Anda untuk menarik perhatian si kecil. Untuk pertama kali, usahakan makanan tersebut dibuat secair mungkin, lalu tingkatkan konsistensinya secara bertahap dan perlahan-lahan. Cobalah untuk memperkenalkan satu makanan baru ke si kecil setiap 3-4 hari dan amatilah reaksi si kecil sehingga Anda dapat mengetahui apabila si kecil memiliki alergi tertentu. Ingatlah bahwa rasa-rasa baru yang dirasakan dari makanan makanan ini dapat mengejutkan bayi Anda. Beri si kecil waktu untuk menjadi terbiasa dengan makanan makanan dan rasa rasa baru ini. Bersabarlah dan jangan paksa dia untuk makan. Apabila si kecil menolak untuk mengkonsumsi suatu makanan baru, cobalah lagi dalam beberapa hari. Anda juga dapat mencampurnya dengan makanan yang disukai si kecil atau menambahkan ASI di dalamnya.

Ketika si kecil mulai berusia 6-8 bulan, ia akan menjadi lebih terbiasa dengan makanan-makanan dan rasa-rasa baru. Di masa-masa ini, Anda dapat mulai mengenalkan yogurt tawar (tanpa pemanis), puree daging, dan puree legume (kacang-kacangan) ke menu si kecil.

Di usia 9-11 bulan, genggaman si kecil biasanya sudah jauh lebih kuat. Di masa ini, dari pada melembutkan makanan seperti biasa, Anda sudah dapat mulai memotong makanan dalam ukuran kecil dan membiarkan si kecil untuk memakannya sendiri menggunakan jari-jarinya. Intinya makanan-makanan yang diberikan harus mudah untuk dimakan dan kaya akan nutrisi. Selain kentang dan biji-bijian, pastikan bahwa si kecil mengkonsumsi cukup sayur, buah, kacang-kacangan, dan makanan hewani yang kaya akan lemak seperti telur, daging, ikan, dan ayam.

Ingatlah bahwa sistem pencernaan si kecil masih berkembang dan beberapa makanan dapat membuat si kecil tersedak atau berbahaya untuk si kecil. Maka dari itu, sebelum si kecil berumur 1 tahun, hindarilah makanan-makanan seperti berikut:

  • Susu sapi

Susu sapi mengandung kandungan protein dan mineral tinggi yang dapat membebani ginjal si kecil yang masih dalam tahap perkembangan dan menimbulkan kerusakan pada ginjal. Selain itu, protein dari susu sapi dapat mengiritasi dinding lambung dan usus si kecil, menyebabkan keluarnya darah ketika si kecil buang air besar, diare, dan lainnya.

  • Madu

Madu dapat mengandung spora bakteri bernama Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan terjadinya botulisme. Hal ini disebabkan karena sistem pencernaan bayi masih dalam tahap perkembangan sehingga masih lemah dan belum mampu memproduksi anti bakteri secara alami. Botulisme sendiri merupakan penyakit yang cukup serius karena dapat mempengaruhi otot-otot si kecil, termasuk otot pernafasan. Selain itu, pemberian madu sebelum saatnya juga dapat menimbulkan iritasi dan sakit kepala pada si kecil. Bakteri dan spora ini tidak dapat dibunuh hanya dengan proses pemanasan biasa (pasteurisasi), maka dari itu, cara terbaik adalah untuk tidak memberi si kecil madu dalam bentuk apapun sebelum si kecil berusia 1 tahun.

  • Makanan keras dan kacang kacangan

Hindarilah memberikan makanan keras seperti kacang kacangan untuk si kecil sebelum dia berumur 5 tahun untuk menghindari resiko tersedak. Anda dapat mulai memberikan kacang kacangan apabila bayi Anda sudah berumur kurang lebih 6 bulan selama kacang tersebut telah dilembutkan terlebih dahulu atau berbentuk selai. Konsultasikanlah terlebih dahulu dengan konsultan gizi atau dokter anak Anda sebelum Anda memutuskan untuk memasukkan kacang dalam menu si kecil apabila Anda atau keluarga Anda memiliki riwayat alergi kacang. Selain makanan keras, hindarilah pula makanan seperti jeli atau marshamallow untuk menghindari resiko tersedak.

  • Keju yang tidak dipasteurisasi

Keju dapat menjadi menu yang sehat bagi si kecil karena kaya akan protein, vitamin, dan kalsium. Pada umumnya, keju dapat diberikan apabila si kecil sudah berumur 6 bulan atau lebih. Namun, konsumsi keju lunak yang dimatangkan oleh jamur seperti brie atau camembert, keju dari susu kambing, dan keju berurat biru seperti roquefort karena tingginya resiko listeria. Ingatlah untuk selalu memeriksa label keju apabila Anda membelinya untuk memastikan bahwa keju tersebut dibuat dari susu yang telah dipasteurisasi. Namun, apabila Anda tidak yakin, Anda dapat meminimalisir resiko adanya bakteri listeria dengan memasak keju tersebut terlebih dahulu.

  • Kerang, ikan dan seafood

Kerang dan seafood merupakan makanan yang dapat berpotensi sebagai alergen bagi si kecil. Maka dari itu, tunggulah sampai si kecil berumur 1 tahun sebelum mengenalkan makanan-makanan ini sedikit demi sedikit. Ketika Anda memutuskan untuk mulai mengenalkan ikan, kerang, atau seafood di menu si kecil, pastikanlah bahwa makanan tersebut benar benar matang untuk mengindari keracunan makanan. Pastikan juga bahwa ikan tersebut telah bersih dari duri duri, dan hindarilah seafood yang memiliki kandungan merkuri yang tinggi seperti hiu, ikan todak, dan ikan marlin.

  • Garam

Garam merupakan hal yang harus dihindari ketika Anda memberi makan si kecil. Apabila Anda berfikir bahwa si kecil menolak makanan yang Anda berikan karena makanan tersebut tawar, maka Anda salah. Si kecil seringkali menolak makanan baru karena ia telah terbiasa dengan ASI dan makanan tersebut asing baginya. Pada dasarnya, kebutuhan garam si kecil adalah kurang dari 1 gram (0,4 gram sodium) setiap harinya, dan kebutuhan ini telah dipenuhi dengan konsumsi ASI. Apabila Anda memberikan makanan yang mengandung garam didalamnya, garam tambahan tersebut justru akan membebani ginja si kecil sehingga ginjal tersebut tidak dapat berfungsi seperti semestinya. Hal ini dapat menyebabkan penyakit ginjal. Selain itu, berdasarkan penelitian, konsumsi garam berlebihan pada saat kecil dapat meningkatkan resiko hipertensi, osteoporosis, penyakit jantung, dan penyakit pernafasan.

Untuk referensi lebih lanjut, berikut ini adalah daftar kebutuhan garam untuk bayi dan anak-anak menurut SACN (Scientific Advisory Committee on Nutrition):

Baby Blues? Apa itu?

Pengertian Baby Blues

Saat Anda hamil, Anda merasa bahagia dan tidak sabar untuk menemui si kecil. Namun, begitu si kecil lahir, alih-alih merasa bahagia, Anda justru merasa sedih, cemas, marah-marah dengan pasangan Anda, dan merasa ingin melarikan diri. Perasaan ini seringkali dialami oleh para ibu, bahkan, berdasarkan penelitian, 60 sampai 80% ibu yang baru melahirkan mengalami hal ini. Perasaan sedih, kesal, dan cemas yang datang secara tiba-tiba ini seringkali disebut dengan baby blues. Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai baby blues.

Apa penyebabnya?

Walaupun para ahli belum dapat menentukan penyebab pasti terjadinya baby blues, namun terdapat berbagai hipotesis yang didasarkan dari waktu terjadinya baby blues. Masa postpartum seringkali bukanlah masa yang mudah bagi para ibu. Dengan datangnya anggota keluarga baru yang membutuhkan banyak perhatian, Anda seringkali diharuskan untuk merubah rutinitas dan gaya hidup Anda. Selain itu, di masa postpartum, Anda seringkali tidak mendapatkan tidur yang cukup, belum lagi apabila Anda mengalami masalah saat menyusui seperti ASI macet, payudara lecet, atau bahkan mastitis. Di masa ini, tubuh Anda juga mengalami perubahan hormonal yang cukup ekstrim, seperti hormon estrogen yang menurun sekitar 100 kali lipat dalam kurun waktu 3 hari setelah Anda melahirkan, mulai diproduksinya hormon prolactin yang membantu Anda untuk memproduksi ASI, dan lainnya. Terkadang, terjadinya baby blues dan tingkat keparahanya juga dapat dipengaruhi dari proses persalinan Anda dan trauma yang Anda alami selama proses persalinan.

Apa gejalanya?

Pada umumnya, baby blues dapat terjadi mulai dari 2 sampai 3 hari setelah si kecil lahir. Seringkali kondisi ini akan hilang dengan sendirinya 10 sampai 14 hari setelah si kecil lahir, namun apabila baby blues Anda tidak menghilang setelah 14 hari dan justru menjadi lebih parah atau Anda justru mengalami gejala manik, segera konsultasikanlah dengan provider Anda. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda alami apabila Anda terkena baby blues:

  • Merasa emosional atau menangis karena hal hal sepele atau bahkan tanpa alasan apapun
  • Mengalami mood swing atau sering merasa kesal dan lebih mudah marah
  • Merasa tidak ada ikatan dengan si kecil
  • Merindukan kehidupan Anda yang lampau, seperi kebeasan untuk pergi bermain dengan teman-teman Anda
  • Merasa cemas dan khawatir
  • Merasa tidak dapat istirahat walaupun Anda merasa lelah atau bahkan mengalami insomnia
  • Kesulitan untuk membuat keputusan-keputusan sederhana atau berfikir dengan jernih 

Baby blues vs Postpartum depression

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat membantu Anda untuk membedakan baby blues dengan postpartum depression. Ingatlah untuk segera menghubungi provider Anda apabila Anda menunjukkan tanda tanda postpartum depression. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai postpartum depression, klik disini.

  1. Tingkat keparahan gejala

Intensitas gejala merupakan cara yang paling mudah untuk membedakan baby blues dengan postpartum depression. Gejala baby blues pada umumnya cukup ringan seperti yang telah disebutkan diatas, sedangkan gejala postpartum depression pada umumnya jauh lebih parah dan dapat mengganggu kehidupan Anda secara signifikan, seperti perubahan berat badan, pikiran untuk melukai diri sendiri atau bayi Anda, dan bahkan pikiran bunuh diri.

  1. Durasi

Walaupun lama tidaknya baby blues dapat sangat tergantung dengan masing masing ibu, namun pada umumnya gejala baby blues memuncak pada hari ke 2-5 setelah persalinan dan bertahan dari 2 hari sampai 2 minggu, sedangkan postpartum depression terjadi dengan lebih intens dan tidak menghilang setelah berminggu minggu. Berbeda dengan baby blues, postpartum depression dapat terjadi berhari-hari atau bahkan berbulan bulan setelah persalinan.

  1. Tingkat kelaziman

Berdasarkan penelitian, baby blues terbukti lebih umum daripada postpartum depression, dengan baby blues yang menyerang 60-80% ibu pasca persalinan dan postpartum depression yang menyerang 12% ibu pasca persalinan.

  1. Penyebab

Terkadang, postpartum depression dapat dikaitkan dengan riwayat kesehatan mental Anda (walaupun tidak selalu), namun baby blues tidak memiliki kaitan apapun dengan riwayat kesehatan mental Anda.

Bagaimana cara mengobatinya?

Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat Anda terapkan untuk membantu Anda mengatasi baby blues:

  • Rendahkan ekspektasi

Cobalah untuk merendahkan ekspektasi Anda, baik untuk diri sendiri, maupun untuk si kecil. Ingatlah bahwa tidak ada ibu yang sempurna dan bayi yang sempurna. Yang terpenting adalah lakukan yang terbaik sebisa Anda. Terkadang, ada beberapa hari dimana Anda tidak dapat melakukan sebaik yang Anda inginkan dan hal ini sangatlah normal. Apabila Anda mengalami hal semacam ini, yang perlu Anda lakukan adalah menjadikannya sebagai pembelajaran sehingga Anda dapat menjadi lebih baik kedepannya.

  • Mintalah bantuan

Tidak ada hal yang lebih menyedihkan dari sendirian dengan si kecil yang terus menangis dan dikelilingi oleh pakaian kotor, cucian piring, dan jaminan bahwa Anda lagi-lagi tidak akan tidur dengan nyenyak malam itu. Di masa-masa ini, mintalah bantuan ke orang-orang terdekat Anda, baik orang tua Anda, pasangan Anda, go-clean, teman, atau siapapun itu. Ingatlah bahwa Anda tidak perlu melalui semua ini sendirian.

  • Rawat dirimu

Intinya adalah apabila Anda ingin membahagiakan orang lain, Anda harus membahagiakan diri Anda sendiri terlebih dahulu. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan berkeluarga, apabila Anda ingin membahagiakan dan mengasihi pasangan dan anak Anda, maka Anda juga harus mulai membahagiakan dan mengasihi diri sendiri. Rawatlah diri Anda dengan memakan makanan bergizi seimbang, berolahraga, dan carilah waktu untuk beristirahat disela-sela kesibukan Anda. Ingatlah bahwa ketika Anda beristirahat, yang terpenting adalah kualitas dan bukannya kuantitas. Selain itu, Anda juga dapat mulai berdandan, melakukan perawatan kulit, mengenakan baju bagus, dan lainnya.

  • Pergilah

Ketika Anda merasa suntuk, pergilah keluar rumah dan carilah udara segar. Pergantian pemandangan dapat sangat membantu Anda untuk lebih baik dan membantu pikiran Anda agar lebih fresh. Normalnya, Anda dapat berjalan jalan dengan si kecil ke taman, ke tempat teman Anda, ke supermarket, dan lainnya. Namun di kondisi yang tidak memungkinkan Anda untuk keluar seperti di masa corona ini, Anda setidaknya dapat ke halaman depan atau halaman belakang rumah dan membiarkan Anda dan bayi Anda terkena sinar matahari dan menghirup udara segar. Apabila Anda tinggal di daerah yang cukup aman, Anda juga dapat berjalan kaki disekitar rumah Anda menggunakan masker.

  • Lakukan hal yang Anda suka

Setelah persalinan, Anda akan disibukkan dengan mengurus si kecil. Ketika Anda harus melakukannya setiap hari secara terus menerus, lama kelamaan Anda dapat meraasa lelah dan suntuk. Di masa-masa ini, sisakan sedikit waktu untuk melakukan hal yang Anda suka. Anda dapat menonton film, berkencan atau sekedar makan-makan berdua dengan pasangan Anda, menicure, pergi ke salon, menikmati waktu sendiri Anda di kamar mandi, atau apapun itu. Lakukanlah apapun yang dapat membiat Anda rileks dan bahagia, bahkan apabila Anda hanya dapat melakukannya selama 20 menit sekalipun.

Seks Setelah Operasi Caesar

Apakah Seks Setelah Operasi Caesar Baik?

Selama ini, terdapat banyak asumsi yang salah mengenai seks pasca persalinan. Seringkali saya mendengar atau menjumpai ibu-ibu yang memilih melahirkan secara caesar karena takut bahwa vaginanya akan longgar setelah dilewati bayi ketika melahirkan secara normal. Adapula yang beranggapan bahwa kehidupan seks pasca persalinan akan mulus-mulus saja setelah operasi caesar karena vaginanya sama sekali tidak tersentuh selama proses persalinan (untuk mengetahui lebih lanjut mengenai vagina rapet, klik disini). Bagaimana kenyataannya? Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai seks setelah operasi caesar.

Kapan dapat berhubungan seks lagi?

Sebenarnya tidak ada patokan waktu yang pasti mengenai kapan Anda dapat berhubungan seks lagi mengingat bahwa setiap ibu itu unik, namun pada umumnya, provider Anda akan menyarankan Anda untuk menunggu sampai kurang lebih 6 minggu sebelum kembali berhubungan seks. Waktu ini didasarkan atas asumsi bahwa pada minggu keenam setelah Anda bersalin, jahitan Anda sudah mulai menutup dan pendarahan sudah berhenti. Rekomendasi ini juga berlaku bagi para ibu yang melahirkan secara normal mengingat bahwa pendarahan ini dialami oleh semua ibu tanpa memandang proses persalinannya (Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pendarahan pasca persalinan, klik disini). Apabila Anda mengalami komplikasi pasca operasi, seperti infeksi atau pendarahan, Anda mungkin akan disarankan untuk menunggu lebih lama sebelum kembali berhubungan seks dengan pasangan Anda.

Walaupun pada umumnya, Anda dapat kembail berhubungan seks 6 minggu setelah persalinan, namun hal ini bukan berarti Anda harus berhubungan seks segera setelah 6 bulan setelah melahirkan. Ingatlah bahwa waktu 6 minggu ini ditetapkan dengan catatan bahwa robekan Anda sudah pulih, pendarahan Anda sudah berhenti, dan Anda sudah siap baik secara fisik maupun mental, mengingat bahwa proses penyembuhan persalinan dengan operasi caesar pada umumnya jauh lebih lama daripada proses penyembuhan persalinan normal.

Setelah persalinan, Anda akan mengalami penurunan hormon esterogen yang akan mempengaruhi tubuh dan mood Anda, seperti ASI yang keluar secara tiba-tiba, libido menurun, dinding vagina lebih kering, tipis, dan kaku, mudah lelah, dan lainnya. Kondisi-kondisi ini terjadi pada semua ibu baik yang melahirkan secara caesar maupun secara normal. Hal ini seringkali membuat berhubungan seksual setelah persalinan menjadi tidak nyaman dan terkadang bahkan menyakitkan. Komunikasikanlah hal ini dengan pasangan Anda untuk menghindari kesalahpahaman. Ceritakan pada pasangan Anda mengenai segala kekhawatiran, ketakutan, dan keluh kesah Anda. Ingatlah bahwa komunikasi adalah kunci.

Trauma Kelahiran (Birth Trauma)

Trauma Kelahiran

Apa itu trauma kelahiran?

Trauma kelahiran terjadi ketika wanita menemukan beberapa aspek dari kelahiran mereka traumatis, menyedihkan, dan / atau menakutkan.

setiap kali saya posting tentang cerita persalinan yang sedikit agak menyeramkan, misalnya tentang Episiotomy, tentang placenta lengket atau tentang apapun yang berbau horor di Instagram, pasti banyak sekali ibu yang berkomentar dan menceritakan cerita cerita horor mereka dalam proses persalinan mereka maupun orang terdekatnya.

saat saya membaca beberapa data dan jurnal penelitian, tentang birth trauma ini, saya cukup terkejut, karena ternyata menurut beberapa penelitian, data statistik mengatakan bahwa Saat ini, di negara maju sekitar 30% wanita menemukan beberapa aspek dari trauma kelahiran mereka, yang setara dengan lebih dari 150.000 wanita per tahun, bahwa banyak wanita yang memulai perjalanan menjadi ibu merasakan emosi yang sangat sulit. apakabar di negara berkembang? dan memang benar! di negara berkembang lebih dari 50% wanita bersalin mengalami trauma kelahiran.

itulah kenapa, tidak heran WHO membuat artikel ini :

seperti yang kita ketahui, di Indonesia, apalagi pada para ibu dengan tingkat ekonomi menengah kebawah , banyak sekali yang “tidak punya pilihan” sehingga banyak sekali ibu ibu yang mengalami kisah horor saat melahirkan.

Namun, trauma kelahiran seringkali tidak dikenali atau diidentifikasi dengan baik.

padahal, dengan membiarkan trauma kelahiran yang tidak ditangani dalam jangka panjang dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berkepanjangan baik bagi ibu maupun keluarganya.

Tidak semua wanita yang mengalami kesulitan persalinan terus mengalami Depresi, Kecemasan atau Gangguan Stres Pasca Trauma / PTSD, Namun, beberapa akan mengalaminya

Bentuk kepala Peyang! Baguskah? Yuk kenali Brachycephaly & Plagiocephaly

Bentuk Kepala Saat Bayi

Saya masih ingat sekali dengan omongan nenek nenek jaman dulu sewaktu saya masih kecil. mereka “niteni/menandai” bahwa bentuk tengkorak kepala bayi itu erat kaitannya dengan tumbuh kembang bayi.

dulu saya hanya di beri tahu bahwa kalau kepala bayi bulat dan dimetris dengan dahi yang sedikit menonjol itu artinya anaknya bakalan cerdas. sedangkan bayi bayi yang kepala belakangnya datar artinya perkembangannya akan sedikit terlambat, akan ada keterlambatan bicara dan daya tangkap sedikit terlambat. walaupun ini bisa di adjust dan di rangsang terus dan banyak juga yang tidak ada masalah.

saat itu saya sempat berfikir, “ah…itu ilmu kuno!” namun ternyata setelah belajar lagi dan lagi, Ilmu simbah saya dulu BENAR adanya. silahkan lihat di penelitian ini

itulah kenapa simbah jaman dulu begitu cerewet menyuruh anak anaknya untuk menggonta ganti posisi kepala bayi baru lahir saat tidur supaya bentuk kepalanya bagus. dan ternyata memang ada alasan ilmiahnya.

Brachycephaly

Brachycephaly adalah suatu kondisi yang ditandai dengan area pipih di bagian belakang tengkorak.

Mengapa Bentuk Kepala Bayi Baru Lahir Peyang?

Bentuk Kepala Bayi Baru Lahir

Kalau kita amati bentuk kepala bayi bayi baru lahir, seringkali kita temukan bahwa bentuknya beda beda. Ada yang lonjong, ada yang peyang dan tidak simetris juga.

Nah apa yang sebenarnya terjadi pada kepala bayi pada saat proses persalinan?

Para ahli telah lama mengetahui bahwa kepala bayi berubah menjadi bentuk kerucut selama persalinan saat melewati jalan lahir, tetapi kami tidak pernah dapat melihat bagaimana hal itu terjadi secara real time. Sampai sekarang.

kebetulan karena saya jarang sekali mendokumentasikan bentuk kepala bayi, maka saya mengutip foto dari internet yang bisa menggambarkan bentuk kepala bayi baru lahir yang lonjong atau kerucut.

Menurut Peneliti

Sebuah penelitian dari University Hospital Center di Clermont-Ferrand, Prancis, menjelaskan lebih banyak tentang seberapa besar tekanan yang dialami bayi, karena tengkorak kecil mereka tumpang tindih sehingga bisa keluar dari vagina ibu. dan ini sangat menarik. (Anda bisa melihat hasil penelitiannya disini)

Nah kali ini saya akan tunjukkan gambaran bagaimana kepala bayi melewati jalan lahir pada saat proses persalinan, melalui MRI.

Tekanan Yang Dialami Bayi Dalam Kandungan

lalu gambaran di bawah ini adalah gambaran tentang seberapa besar tekanan yang dialami wajah, tengkorak, dan otak bayi selama kelahiran. Dan meskipun sebagian besar bayi mampu mengatasi tekanan seperti yang diharapkan oleh alam, dan jarang ada komplikasi, namun ketika proses persalinan terlalu lama, atau ada hambatan, maka tidak jarang ini berpotensi memunculkan masalah.

Bentuk kepala bayi yang tidak biasa dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk tekanan traumatis pada kepala dalam rahim atau selama persalinan, posisi tidur yang teratur, atau kelainan genetik yang jarang terjadi. Bergantung pada jenis deformasi kepala yang dimiliki bayi, dokter mungkin menyarankan untuk membiarkannya sembuh sendiri seiring waktu, intervensi non-invasif kecil, atau operasi besar.

Proses Molase

Tengkorak bayi terdiri dari lempeng tulang yang tumpang tindih, dihubungkan oleh sambungan yang disebut jahitan. Tulang baru muncul dari garis jahitan, memungkinkan kepala bayi tumbuh secara simetris. Biasanya, jahitan menutup antara usia 2-3 tahun. Ini memungkinkan tengkorak untuk mengembang dan menampung otak yang sedang tumbuh. Sebelum penutupan, tengkorak bayi baru lahir sangat lunak dan mudah dibentuk.